MedanDakwah.com – Jejak sejarah Islam di Sumatera Timur tidak dapat dilepaskan dari pengaruh besar Khilafah Utsmaniyah (Ottoman Empire), yang pada puncaknya di abad ke-16 hingga ke-19 menjadi pemimpin umat Islam sedunia. Di belahan dunia yang jauh, pengaruh kekhalifahan ini sampai ke bumi Melayu, terutama kepada Kesultanan Deli dan Kesultanan Serdang, dua kerajaan Islam yang berperan penting dalam perkembangan dakwah dan kebudayaan Islam di Sumatera Timur.
Pengakuan Kekhalifahan dan Simbol Keislaman Global
Sumber primer dari Arsip Nasional RI menyebutkan bahwa pada tahun 1886, Sultan Ma’moen Al Rasyid dari Deli menerima firman berupa surat kehormatan dari Istanbul berisi pengukuhan sebagai penguasa Muslim di wilayah Sumatra Timur. Surat ini dikirim melalui jaringan diplomatik Utsmani ke Singapura, lalu diteruskan ke Medan melalui utusan lokal. Hal serupa juga terjadi pada Sultan Sulaiman Syariful Alam Shah dari Serdang pada tahun 1891, yang menerima bendera kekhalifahan sebagai simbol pengakuan atas kedaulatannya.
Arsitektur dan Seni Islam ala Utsmaniyah
Jejak hubungan ini tampak jelas pada arsitektur Masjid Raya Al-Mashun, ikon Kota Medan yang dibangun pada masa Sultan Ma’moen. Kubah bergaya Timur Tengah dan motif kaligrafi khas Ottoman menjadi bukti pengaruh estetika keislaman dari Istanbul. Masjid ini tidak hanya menjadi pusat ibadah, tapi juga simbol hubungan spiritual antara Deli dan Khilafah.
Silsilah Hubungan dan Posisi Strategis
Melalui silsilah sejarah, terlihat bahwa Kesultanan Deli dan Serdang menjaga loyalitas religius terhadap pemimpin dunia Islam. Tidak hanya dalam bentuk simbolis, tetapi juga dalam bentuk dukungan moral terhadap gagasan pan-Islamisme yang digaungkan oleh Sultan Abdul Hamid II, Khalifah Utsmani yang terkenal mempererat hubungan dengan dunia Islam non-Arab, termasuk Melayu.
Pengakuan Kekhalifahan dan Simbol Keislaman Global
Sumber primer dari Arsip Nasional RI menyebutkan bahwa pada tahun 1886, Sultan Ma’moen Al Rasyid dari Deli menerima firman berupa surat kehormatan dari Istanbul berisi pengukuhan sebagai penguasa Muslim di wilayah Sumatra Timur. Surat ini dikirim melalui jaringan diplomatik Utsmani ke Singapura, lalu diteruskan ke Medan melalui utusan lokal. Hal serupa juga terjadi pada Sultan Sulaiman Syariful Alam Shah dari Serdang pada tahun 1891, yang menerima bendera kekhalifahan sebagai simbol pengakuan atas kedaulatannya.
Arsitektur dan Seni Islam ala Utsmaniyah
Jejak hubungan ini tampak jelas pada arsitektur Masjid Raya Al-Mashun, ikon Kota Medan yang dibangun pada masa Sultan Ma’moen. Kubah bergaya Timur Tengah dan motif kaligrafi khas Ottoman menjadi bukti pengaruh estetika keislaman dari Istanbul. Masjid ini tidak hanya menjadi pusat ibadah, tapi juga simbol hubungan spiritual antara Deli dan Khilafah.
Silsilah Hubungan dan Posisi Strategis
Melalui silsilah sejarah, terlihat bahwa Kesultanan Deli dan Serdang menjaga loyalitas religius terhadap pemimpin dunia Islam. Tidak hanya dalam bentuk simbolis, tetapi juga dalam bentuk dukungan moral terhadap gagasan pan-Islamisme yang digaungkan oleh Sultan Abdul Hamid II, Khalifah Utsmani yang terkenal mempererat hubungan dengan dunia Islam non-Arab, termasuk Melayu.
Peta sejarah memperlihatkan bagaimana posisi geografis Sumatera Timur yang berada di jalur pelayaran Selat Malaka menjadikan wilayah ini sebagai pintu gerbang interaksi antara dunia Islam Asia Tenggara dan kekhalifahan di Istanbul.
Posting Komentar