Belajar dari Orang Buta: Bagaimana Kita Melihat Khilafah
Alhamdulillah, siang ini al-faqir diberikan kesempatan oleh Allah untuk bersilaturahmi ke kediaman seorang kiyai sepuh yang terkenal dengan pembelaannya terhadap perjuangan Islam. Dari perbincangan kami, terselip sebuah hikmah yang sangat berharga tentang cara kita memahami konsep Khilafah dalam Islam, yang dapat kita pelajari dari kisah klasik tentang tiga orang buta dan seekor gajah.
Kisah Tiga Orang Buta dan Gajah
Suatu hari, ada tiga orang buta yang diminta untuk mendeskripsikan seekor gajah. Mereka diberikan kesempatan untuk meraba bagian tubuh gajah secara bergantian.
- Orang pertama meraba telinga gajah dan mengatakan, "Gajah itu pipih dan lebar seperti kipas."
- Orang kedua memegang belalai dan tertawa, "Kamu salah! Gajah itu panjang seperti ular."
- Orang ketiga memegang kakinya dan berseru, "Kalian semua salah! Gajah itu besar dan kokoh seperti pohon kelapa."
Ketiganya memiliki persepsi yang berbeda karena mereka hanya memegang satu bagian kecil dari gajah tanpa memahami keseluruhannya. Akhirnya, seseorang datang dan menjelaskan bentuk gajah secara utuh sehingga mereka bisa memahami realitas sebenarnya.
Pelajaran Berharga: Menilai Secara Utuh
Wahai saudaraku, dari kisah ini kita belajar bahwa kesimpulan yang terburu-buru tanpa melihat keutuhan fakta bisa menyesatkan. Sayangnya, fenomena ini sering terjadi di dunia modern, termasuk dalam menilai ajaran Islam, terutama konsep Khilafah.
Banyak orang menilai Khilafah hanya dari potongan-potongan informasi yang tidak utuh, bahkan dari sumber yang bias dan tendensius. Akibatnya, mereka hanya melihat sebagian kecil dari konsep ini dan membuat kesimpulan yang salah. Padahal, Khilafah adalah bagian dari ajaran Islam yang paripurna dan mulia.
Mengapa Kita Harus Melihat Khilafah dengan Adil?
Sebagai umat Islam, kita harus adil dalam menilai sesuatu, termasuk sistem pemerintahan dalam Islam. Berikut beberapa alasan mengapa kita harus memahami Khilafah secara menyeluruh:
-
Khilafah adalah ajaran Islam yang telah diterapkan selama lebih dari 1300 tahun.
Dalam sejarahnya, Khilafah berhasil membangun peradaban Islam yang maju dalam bidang ilmu pengetahuan, ekonomi, hingga keadilan sosial. Universitas pertama di dunia, seperti Al-Qarawiyyin di Maroko, didirikan dalam sistem Khilafah (sumber).
-
Khilafah bukan sistem otoriter, tetapi sistem yang berbasis syariat dan musyawarah.
Dalam sejarah, khalifah dipilih melalui baiat dan diawasi oleh institusi yang mirip dengan lembaga legislatif dalam demokrasi modern. Ini membuktikan bahwa Khilafah bukanlah sistem diktator seperti yang sering disalahpahami.
-
Menghilangkan Khilafah membawa dampak besar bagi umat Islam.
Setelah runtuhnya Khilafah Utsmaniyah pada 1924, umat Islam tercerai-berai dalam banyak negara dengan sistem yang jauh dari syariat. Dampaknya, penjajahan semakin mudah terjadi, dan banyak negeri Muslim mengalami konflik berkepanjangan (sumber).
Bagaimana Seharusnya Kita Menilai Khilafah?
Sebagai umat Islam, kita harus menilai Khilafah dengan tabayyun (klarifikasi) dan ilmu, bukan sekadar mengikuti opini media atau propaganda yang menyudutkan Islam. Berikut langkah-langkah yang bisa kita lakukan:
- Mencari sumber yang kredibel tentang Khilafah, seperti kitab-kitab ulama terdahulu yang membahas konsep ini secara mendalam.
- Menghadiri kajian atau diskusi tentang Khilafah dari para ulama dan akademisi Muslim.
- Membedakan antara fakta sejarah dan opini, agar kita tidak terjebak dalam narasi yang menyesatkan.
- Melihat contoh nyata keberhasilan Khilafah dalam sejarah, seperti di masa Khilafah Abbasiyah yang membawa kemajuan dalam sains dan teknologi.
Kesimpulan
Kisah tiga orang buta dan gajah mengajarkan kita bahwa memahami sesuatu secara parsial bisa menyebabkan kesalahan dalam menilai. Begitu juga dengan Khilafah—jika kita hanya melihatnya dari berita negatif atau propaganda tanpa memahami ajaran Islam secara keseluruhan, kita bisa salah paham.
Khilafah adalah sistem Islam yang paripurna dan membawa kesejahteraan bagi umat manusia. Sudah saatnya kita mempelajarinya secara mendalam dengan cara yang benar, tanpa terpengaruh oleh opini yang tidak berdasar.
Mari kita menjadi umat yang adil dalam berpikir dan menilai, serta berpegang teguh pada ajaran Islam yang mulia.
Referensi:
Posting Komentar