Rahasia di Balik Kata 'Pemuda' yang Jadi Headline dalam Kisah Ashabul Kahfi
@edgarhamas
Pernah bertanya-tanyakah kita tentang hal satu ini: kenapa Allah secara tersurat mengumumkan bahwa Ashabul Kahfi adalah anak muda?
Sebelum memulai kisah, Allah tegaskan dengan lugas, "Kami ceritakan kepadamu kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda..."
Masa muda itu istimewa, sampai-sampai Rasul pun menggambarkan salah satu dari 7 golongan yang diberi naungan oleh Allah di hari kebangkitan adalah "anak muda yang tumbuh dalam bertaat pada Allah." Soekarno pun pernah bilang kan? "Beri aku 10 pemuda, akan ku guncangkan dunia!"
Seorang guru pernah bilang, mengapa anak muda selalu jadi simbol perubahan. Beliau membuat analogi sederhana: anak kecil itu menang 1 hal dan kalah di 2 hal. Waktunya banyak, tapi tenaga lemah, finansial pun lemah. "Orangtua pun begitu", kata beliau, "menang 1 hal, kalah 2 hal."
"Orangtua itu menang dalam finansial. Keuangannya lebih stabil, tapi waktunya menipis dan tenaganya pun mengempis."
Tapi anak muda, waktunya banyak. Tenaganya besar, meskipun seringkali sumber dayanya masih belum settle. Menang dalam 2 hal, dan masih berjuang dalam 1 hal lain.
Dalam alam pikiran, anak muda menjadi berani melakukan sesuatu justru karena sedikit pengalamannya. Masih mencoba, sedang meraba, terus berimajinasi. Sementara orangtua —kata seorang guru— justru kadang takut dengan perubahan karena sudah terlalu banyak makan asam garam hidup.
Itulah mengapa Ibnu Katsir menafsirkan penyebutan "pemuda" dalam Al Kahfi yang dengan ungkapan memesona, "mereka lebih sigap menerima kebenaran dan lebih jernih meniti jalan. "Dan itulah, ternyata yang paling banyak menerima panggilan dari Allah dan Rasul adalah anak muda."
Tapi, sebagai tadabbur, ada satu nasihat guru di Madinah yang masih saya ingat, "masa muda itu ditentukan oleh manusia sendiri." Ada yang muda tapi berpikirnya sudah banyak menyerah. Muda tapi pola hidupnya seperti sepuh. Sedangkan, banyak orangtua yang tetap berjiwa "muda."
Pada akhirnya kita tahu, yang menentukan muda atau tidaknya kita sebenarnya bukan semata-mata umur, tapi sudut pandang. Siapapun yang tidak pernah mewisuda dirinya untuk terus belajar, ia akan tetap menjadi penyambut dan aktor bagi perubahan.
Posting Komentar