Kenapa Kisah Nabi Musa Paling Sering Di-mention dalam Al Qur'an?
Gen Saladin | @gen.saladin | t.me/gensaladin
Hari ini hari Jum'at, hari raya pekanan Kaum Muslimin sedunia. Kita muliakan ia dengan zikir dan shalawat. Siang-siang para lelaki muslim berbondong menuju masjid, lengkap dengan sunnah memakai wewangian dan mendengarkan khutbah dengan khidmatnya. Tak lupa surat Al Kahfi dibaca, menjadi cahaya dari Jum'at satu ke Jum'at depannya.
Kau tahu kan salah satu kisah paling fenomenal dalam Al Kahfi? Ya, kisah Nabi Musa bertemu dengan Khidr. Cerita nyata itu begitu menginspirasi; tentang kapal yang dilubangi, anak kecil yang tewas hingga reruntuhan bangunan yang diperbaiki meski seisi desa tak mau membayar apalagi sekadar mengapresiasi. Di situ, Nabi Musa banyak sekali mendapat ilmu; kita pun demikian, hikmahnya selalu bertambah setiap kali membacanya.
Namun sadarkah kita, kisah Nabi Musa ternyata memang banyak terulang dalam baris-baris ayat Al Qur'an. Jika kita perhatikan baik-baik, Nabi Musa disebut 136 kali dalam Al Qur'an, dan kisah-kisah tentangnya pun terbentang 16 kali pula. Dan pernahkah kita bertanya-tanya; apa hikmah penyebutan kisah Nabi Musa lebih banyak daripada nabi-nabi yang lain? Ada apa dengan kisah Musa?
Itulah yang diuraikan dengan apik oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, terlebih mengenai kisah Musa vs Fir'aun, "sebab dua tokoh ini berada dalam kutub yang sangat kontradiktif. Sungguh Fir'aun ada pada puncak kebatilan karena ia tak mengimani adanya Allah dan risalah. Dan Musa ada pada puncak kebenaran karena Allah langsung berbicara padanya tanpa perantara satu makhlukpun." Jika nabi-nabi lain menghadapi kaum yang tahu bahwa Allah Tuhannya namun mereka durhaka, maka Musa menghadapi kaum yang sama sekali tak mau tahu pada keberadaan Allah.
Ibnu Qayyim Al Jauziyyah pun menulis dalam Kitab Jala' Al Afham, "Allah menyebut kisah Musa dalam Al Qur'an, lalu mengulang-ulangnya, memperjelasnya dan menghibur Rasulullah ï·º dengan kisah-kisahnya." Sebab kisah Nabi Musa adalah energi yang bisa menguatkan jiwa Rasul ï·º yang sedang menghadapi dua hal yang sama dengan Musa: penguasa yang tiran, dan masyarakat yang jahil. Kalau dalam bahasa zaman sekarang, kisah Nabi Musa inilah yang "sebelas dua belas" dengan apa yang dihadapi Rasulullah ï·º.
Sampai-sampai, pernah suatu kali Rasulullah ï·º mendengar seseorang menyakiti beliau dengan kata-kata yang tak pantas. Ketika menghadapi tantangan menyakitkan itu, Rasulullah ï·º bersabda, "Semoga Allah merahmati saudaraku, Musa. Sungguh, ia pernah disakiti dengan yang lebih besar dari ini namun ia bersabar..." (HR Bukhari Muslim)
Itulah makna luarbiasa yang Allah firmankan dalam bentangan surat Hud di ayat-ayat akhirnya, "Dan semua kisah rasul-rasul, Kami ceritakan kepadamu (Muhammad), agar dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu..." (QS Hud 120). Dari ayat tersebut, Imam Al Junaid rahimahullah berkata, "kisah orang-orang shalih adalah satu di antara tentara-tentara Allah yang menguatkan iman para wali-Nya."
Posting Komentar