Kekuatan Perdagangan Yang Mengubah Keadaan

Kapal-kapal Eropa berlayar ke banyak tempat dan para pedagang Eropa berusaha mengembangkan kontak dan membuka pasar di wilayah-wilayah di seluruh duni

Artikel ini adalah lanjutan dari Artikel : Konflik Internal di dunia Muslim Dalam e-book : Runtuhnya Turki Ustmani dan berkembangnya negara bangsa.

JAUH LEBIH HEBAT dari daya tembak Rusia, hasrat Mesir akan kemerdekaan, atau fundamentalisme Wahhabi, yakni kekuatan perdagangan Eropa Barat. Sejak abad ke-15 hingga ke-19, negara-negara Eropa mengembangkan infrastruktur domestik mereka (jalan, kanal, dan sistem tenaga, seperti listrik dan uap), membangun kelas menengah yang kuat berdasarkan bisnis, dan membangun ekonomi yang kuat berdasarkan perdagangan.


Namun, perdagangan ini tidak seperti perdagangan yang relatif bebas yang ada di zaman modern, di mana negara mengimpor (membawa) dan mengekspor (mengirimkan) baik barang mentah maupun barang jadi. Sebaliknya, negara-negara Eropa berusaha menemukan pasar di mana mereka dapat membeli bahan mentah yang murah, seperti kapas, sutra, atau tembakau, dan mengekspor bahan jadi yang mahal, seperti senjata atau pakaian.






Kapal-kapal Eropa berlayar ke banyak tempat dan para pedagang Eropa berusaha mengembangkan kontak dan membuka pasar di wilayah-wilayah di seluruh dunia. Di daerah kurang maju, kekuatan Eropa mendirikan koloni. Misalnya, Inggris mendirikan koloni di India, dan Prancis mendirikan koloni di Indocina (sekarang Vietnam, Kamboja, dan Laos).

Di daerah yang lebih maju atau yang sudah berada di bawah kendali politik—seperti Kesultanan Utsmaniyah atau Cina—kekuatan Eropa ini berusaha untuk menegosiasikan pola jual beli yang menguntungkan. Sejak perdagangan dimulai di Timur Tengah, kekuatan Eropa menggunakan barang dan teknologi unggul mereka untuk mendapatkan kekuasaan dan menciptakan kekayaan melalui interaksi mereka dengan Utsmani.

Interaksi ekonomi pertama antara negara-negara Eropa dan Khilafah Utsmaniyah terjadi ketika negara-negara Eropa berusaha mengamankan atau memperluas jalur perdagangan mereka—rute darat atau laut yang digunakan untuk mengirimkan barang, biasanya ke dan dari Timur Jauh.

Perjanjian atau persetujuan pertama yang ditandatangani Utsmani dengan Rusia dan Austria memberi orang Eropa hak untuk berdagang di wilayah Balkan. Karena wilayah ini berada di bawah kekuasaan Islam, banyak pedagang Eropa mencari kemampuan untuk melindungi hak-hak orang Kristen yang mungkin datang untuk berdagang di tempat-tempat ini. Hak perlindungan ini, yang pertama kali diberikan kepada Prancis pada tahun 1740, menjadi jalan bagi banyak orang non-Islam untuk menjadi kaya di Timur Tengah.

Orang Kristen yang dilindungi dan beberapa orang Yahudi menjadi perantara dalam pengaturan perdagangan, mendirikan bisnis dan memperluas kekayaan mereka. Utsmani sering membatasi kemampuan umat Islam untuk berdagang dengan negara asing, tanpa sengaja meningkatkan kekuatan ekonomi orang Eropa yang tinggal di negara-negara Muslim. Pengaturan ini tidak hanya memajukan ketidaksetaraan ekonomi, tetapi juga membangun kebencian antara Muslim dan non-Muslim, karena non-Muslim memperoleh keuntungan yang lebih besar berkat relasi Barat mereka.

Sejak awal abad ke-19 dan seterusnya, efek gabungan dari revolusi pertanian dan industri (pergeseran dari perkakas tangan dan manufaktur rumah tangga ke perkakas yang digerakkan oleh tenaga dan produksi pabrik) hanya mempertinggi jurang perbedaan antara kedua budaya tersebut.

Di Barat, petani belajar untuk secara dramatis meningkatkan jumlah makanan yang dapat mereka hasilkan per hektar, dan produsen menggunakan sumber tenaga modern dan teknik produksi untuk memperluas jumlah barang yang dapat mereka hasilkan sekaligus mengurangi biaya. Akibatnya, standar hidup meningkat untuk orang-orang di seluruh Barat dan meningkatkan keuntungan ekonomi negara-negara Barat.

Revolusi serupa tidak sampai di Timur Tengah hingga memasuki abad ke-20. Para petani Timur Tengah masih menggarap tanah mereka menggunakan perkakas tangan, dan sebagian besar barang rumah tangga—pakaian, makanan, dan selimut—adalah buatan tangan dan diproduksi secara lokal. Akibatnya, Timur Tengah tertinggal dari Barat secara teknologi, dan mayoritas orang mengalami standar hidup yang jauh lebih rendah daripada yang dikenal di Barat. Di dunia di mana uang semakin disamakan dengan kekuasaan, Timur Tengah semakin melemah karena Barat terus mendapatkan kekuasaan.




Bersambung....

Posting Komentar