Kalau Jodoh Belum datang, apa yang akan Anda lakukan? apakah anda ingin bunuh diri? simak artikel ini untuk jika anda belum berjodoh hingga saat ini.
Kalau Jodoh Belum datang, Ini yang harus dilakukan
Emang udah fitrah kalo cowok dan cewek ketika udah cukup usia punya keinginan buat nikah. Siapa juga yang tahan hidup sorangan wae, ngejomblo minus pendamping. Semua juga pengen merasakan yang namanya dicintai dan dikasihi. Apalagi kalau selama ini udah punya incaran, deuh, makin membara aja tuh.
Eits, tunggu dulu nggak semua cowok dan cewek yang ingin menikah itu bener-bener karena kesiapan lahir batin lho. Ada yang karena faktor usia. Bukannya bermaksud menyinggung ya.
Fakta membuktikan nggak sedikit cowok cewek yang udah masuk kepala 3 tapi belum nemuin pendamping hidup. Menurutku wajar jika mereka resah dan gelisah karena ini termasuk masalah dalam hidup.
Jangankan yang udah berkepala 3 yang usia 25 menjelang 30 aja udah H2C (harap-harap cemas). Apalagi kalo ditambahi dengan pertanyaan-pertanyaan. Sebenernya pertanyaannya ringan sih diucapkan, tapi dalem bo’! Bikin perih ati.
Ya gimana nggak perih kalo ketemu teman seangkatan atau bahkan adek kelas yang udah nikah jalan bareng. Dan mereka bertanya kapan nikah? Itu yang bikin bete, jalan barengnya itu lho yang bikin ngiri. Iya nggak? Hehe.
Walaupun saat ditanya dengan pertanyaan tersebut menanggapinya dengan senyuman. Tapi dalam hati jelas nggak hepi alias nyinyir. Belum lagi dorongan ortu yang menuntut untuk segera mengakhiri masa lajang. Hehhhh.....tolooooong!
Padahal yang namanya jodoh mah emang nggak bisa diprediksi kapan datangnya. Saat usia kita berapa dan dengan siapa. Seharusnya mereka turut berempati nggak menyinggung-nyinggung masalah sensitif ini. Kalo toh ingin tahu kabar apakah sudah nikah atau belum, cukup dengan bertanya pada orang-orang didekatnya. Jangan nembak langsung dong! Takut menyinggung perasaan gitu lho. Hahaha. Ya kecuali kalau bertanya itu dengan niatan untuk menawarkan ta’aruf dengan seseorang. Ngarep!!!
Melihat temen-temen yang udah nikah sangat mudah terpengaruh, apalagi temen kita itu provokator. Ups maksudnya temen dekat gitu. Adakalanya doi bercerita betapa indahnya dan menyenangkannya hidup berumah tangga. Ya, udah jadi rahasia umum kalo yang mereka ceritakan adalah sesuatu yang indah-indah, kalo ada temen yang sudah menikah, pasti cerita yang indah-indah, jarang kisah sedih, konflik dalam rumah tangga yang diungkapkan, entah karena gengsi ato mungkin tak ada problem.
Udah gitu dipanas-panasin. Sssssttt! Percaya nggak percaya, diantara obrolan cewek cowok salah satu topik favorit yang dibicarakan ya, seputar nikah. Lambat laun, karena seringnya membicarakan hal itu, membuat hati semakin kebat kebit.
Apalagi kalo sudah ditambah bumbu-bumbu penyedap rumpian. Belum lagi kalo ada gank cewek atau cowok yang udah mau nikah nentuin tanggal pernikahan. Beih dijamin deh jadi kompor pemanas teman-temannya. Gimana nggak jealous coba, tiap kali dipanas-panasi, dan tentunya membuat semakin tertekan. Hadeh!! Dijamin bakal panas juga jika selama ini sangat memimpikan seorang suami atau istri ideal. Eh lha kok keduluan dengan yang barangkali jauh dari segi umur, keberuntungan, wajah, tsaqofah, harta de el el.
Trus mereka yang udah mau nikah bikin alasan klise abis, ingin nikah karena ingin menjaga diri dari hal-hal yang tidak diinginkan. Tapi emang bukan alasan yang salah. Hehe. Hidup di zaman kayak gini bagi jomblo emang nggak gampang. Kudu waspada terhadap segala resiko. Godaannya banyak banget. Termasuk godaan syahwat yang mengepung dari berbagai penjuru. Belum lagi berbagai bentuk pelecehan seksual, kekerasan dan sebagainya yang sering menjadikan kaum hawa sebagai objeknya. Jadi nggak salah-salah amat sih kalo pengen nikah karena ingin menjaga dari hal-hal yang membahayakan. Sebab dengan menikah akan ada pelindung dan pembela. So tepat banget kalo yang seperti ini butuh yang namanya nikah.
Berharap dengan menikah aktivitas dakwahnya makin kenceng karena didukung sang suami ato istri yang satu fikrah. Itu kondisi yang ideal banget. Padahal, belum tentu ketika udah nikah aktivitas dakwahnya tambah bagus. Bisa jadi menikah justru menimbulkan masalah baru yang malah menghambat dakwah. Ini bisa terjadi aja yang menikah sementara kurang tsaqofah. Bayangkan disatu sisi harus memperdalam tsaqofah disisi lain beban kewajiban mencari nafkah bagi suami, beban tugas rumah tangga yang bertubi-tubi bagi istri. Aktivitas dakwah justru keteteran...hehe becanda.!!
Yang mau nikah, yang udah nikah, dan yang belum nikah pasti punya masalah namun masalah-masalah itu tidak boleh dijadikan alasan untuk bangkit. Karena disamping masalah pribadi tersebut. Ada masalah yang lebih besar lagi yaitu ketidakadilan, keterpurukan, dan pengabaian perintah-perintah Allah di negeri ini. Iya nggak? Serius nih.
Keadaan yang belum menikah semakin terpuruk dan yang sudah menikah begitu pula. Keadaan yang harus ditanggung merugikan kaum muslimin khususnya, membuat kaum muslim bermimpi dan bergerak untuk bangkit dari keadaan ini menuju kesejahteraan.
Jika masalah-masalah ini belum terselesaikan dijamin baik yang udah nikah atau belum tetep akan galau. Ya, galau karena korban dari sistem. Yang sudah nikah sibuk cari uang dan uang untuk menghidupi keluarganya, yang belum nikah sibuk cari jodoh yang baik tak ketemu-ketemu, karena jaman sekarang susah banget cari jodoh yang baik, misalnya. Jadi, baik yang udah nikah atao yang belum terus akan dihantui dengan berbagai masalah pribadi tanpa ketentraman.
Jadi, jangan bersedihlah jika jodoh tak kunjung datang itu hanya masalah kecil dan udah dijamin sama Allah dan karena dari kacamata tauhid, nggak ada tuh istilah terlambat dalam mencari jodoh. Berapa pun usianya, tetap berikhtiar untuk menemukan jodoh.
Selanjutnya, yakinlah kita bahwa seluruh ciptaan Allah Swt pasti berpasangan. Hanya Allah Swt saja yang nggak punya pasangan. Selain Allah Swt, wajib ada pasangannya. Ini yang diterangkan dalam firman-Nya, "Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah." (QS adz-Dzariyat [51]: 49).
Dua poin tadi, kudu dipahami karena ada dalam akidah. Setelah pemahaman ini baik, baru masuk dalam proses mencari jodohnya. Jika dua hal ini nggak dipahami dengan baik, orang akan kecewa jika belum bertemu jodoh. Bisa jadi, dia akan berputus asa dan memutuskan untuk melajang aja hingga akhir hayatnya.
Orang yang udah berumur tapi belum juga bertemu jodoh, sebenernya dari dulu-dulu udah ada. Artinya, ini bukan perkara baru di zaman sekarang. Kebiasaan kita dalam masyarakat, laki-laki ada dalam posisi mencari, sementara perempuan posisi menunggu.
Jika ada perempuan yang sudah telanjur berumur, sementara belum juga dipilih oleh laki-laki, ini kita anggap sebuah proses dalam tatanan ilahiah. Proses ini terus berjalan. Jadi, kita nggak boleh menyalahkan keadaan sehingga mencari-cari kambing hitam dari persoalan ini.
Padahal menikah, atau belum bukan ukuran seseorang itu lebih baik atau tidak. Yang menikah lebih bertaqwa misalnya dan yang belum menikah penuh dosa, tidak begitu juga. Menikah atau belum menikah adalah ujian yang diberikan oleh Allah untuk menguji siapa yang yang bertahan dan ikhlas menjalani, baru mendapat gelar bertaqwa.
Maka dari itu, baik yang udah nikah atao yang belum, lebih baik berlomba-lomba untuk berbuat baik untuk umat dan kebaikan untuk dunia ini. Saatnya kita bergerak, berjuang, pantang menyerah. Untuk keluar dari masalah-masalah pribadi menuju impian kita dengan menerapkan seluruh aturan-Nya dan meraih ridho-Nya.
Mencinta Itu Butuh dipelajari
Ngomongin soal cinta lagi nih! Semoga tak menghilangkan ibrah. Karena cinta itu seluas langit dan samudera. Kalo orang Jawa bilang “tresno jalaran saka kulina” (cinta itu datang karena terbiasa). Kalo saya bilang cinta itu bisa dipelajari. Karena belajar makanya terbiasa dan akhirnya cinta deh. Hehe, maksa ya!
Kalo soal belajar mencintai mungkin masih banyak yang mikir sebatas pada pasangan alias rumah tangga kelak. Tapi ada hal yang mungkin kita lupakan.
Ingat nggak waktu pertama kali kita mengkaji Islam? Mulai penasaran, habis itu nyari tahu, berdiskusi dan mulai belajar mencintai segala sesuatu yang berbau Islam. Termasuk ketika mencintai jilbab yang kita pake, emang sih disaat itu belum trend dan semua orang menertawakan dengan jilbab kita. Kita pun akhirnya harus belajar mencintai apa-apa yang ada dalam Islam mulai dakwah, (kajian rutin) halaqah, musyrifah (guru ngaji), teman-teman ngaji dan mungkin satu kos-kosan, teman seperjuangan, dan semua hal yang dulunya asing bagi kita sebelum kita mengenal Islam.
Semua itu adalah proses. Proses belajar untuk mencintai. Dimulai dengan mengenal kemudian berusaha untuk menerima meski terkadang harus merasakan sakit karena ada yang tidak sesuai dengan harapan. Tapi, kita tetep berusaha untuk membuktikan cinta yang udah kita pelajari.
Mungkin terkadang kita merasa lelah, malas, frustasi, atau bahkan ingin menyerah dan putus asa saat menyampaikan apa yang kita pahami tak kunjung membuahkan hasil. Misal setiap hari ke kampus untuk kuliah.
Setelah kuliah atau sebelumnya interaksi ideologi Islam dulu keteman-teman kampus. Kadang ditolak, diajak ngobrol nggak respon, sms nggak dibalas, chat nggak digubris, telepon nggak diangkat dan berbagai macam kisah sedih nan menyayat hati.
Tapi, karena udah terbiasa kita tetep cinta walau menyakitkan. Karena rasa sakit itu dikalahkan oleh cinta. Dan semuanya kita pelajari.
Jika kita bisa belajar mencintai makhluk yang jauh dari sempurna, kenapa tidak untuk belajar mencintai Allah Yang Maha Sempurna, mencintai Rosul-Nya yang mulia dan mencintai jalan yang ditapaki oleh Rosul-Nya (dakwah)?.
Masihkah kurang pelajaran dari para sahabat ketika mereka mengenal Islam dan belajar mencintai Islam dengan segenap jiwa mereka?
Begitulah cinta, begitulah dakwah kawan! Disinilah kita belajar. Belajar mencintai dengan segenap hati dan pikiran kita. Untuk Allah, untuk Rosul-Nya untuk Islam dan kaum muslimin. Maka tak boleh berhenti belajar, tak boleh malas belajar. Karena tak satupun di dunia ini yang diperoleh tanpa belajar termasuk mencintai.
Menjomblo Memang Bukan Aib, Tapi Jangan Menjomblo Selamanya
Pernikahan adalah salah satu fase kehidupan yang biasa dilalui oleh kebanyakan manusia. Setelah lahir melewati masa kanak-kanak, lalu remaja dan ketika dewasa lantas bertemu jodoh. Siapapun itu baik orang yang kurang pinter, cendekiawan, miskin ataupun kaya, katika masanya tiba akan menjalani fase ini. Jadi sepertinya menikah memang bukan sesuatu yang special. Bagai air yang mengalir seolah alami saja.
Tapi siapa sangka, kini jalan untuk menapaki fase pernikahan tampaknya semakin sulit. Menemukan belahan jiwa bukan hal yang gampang lagi. Lihat aja, di kalangan masyarakat tertentu, usia menikah sudah mulai meninggi. Seperti para ekskutif dan intelektual, yang lebih utama kaum hawa. Meski usia udah kepala tiga, atau bahkan kepala empat, banyak yang masih jomblo. Nah, bagi mereka mewujudkan pernikahan menjadi sesuatu yang sangat istimewa.
Kita tentu tak bisa menyalahkan para jomblo. Sebab, sulitnya pertemuan jodoh antara dua insan itu dipengaruhi oleh banyak faktor. Di luar kuasa Ilahi, kehidupan modern saat ini justru menjadi salah satu faktor penghambat untuk menemukan jodoh.
Semakin terbukanya pergaulan, bukannya mempermudah seseorang untuk menemukan jodoh untuk menikah, tapi kebanyakan menjerumuskan manusia pada seks bebas. Akhirnya menikah tak lagi dibutuhkan, karena pergaulan bebas telah mampu memenuhi kebutuhan biologis mereka. Tentu, itu melanda mereka yang menganggap pernikahan sebagai legalisasi hubungan seksual semata.
Buktinya banyak gadis-gadis belia yang sudah kehilangan virginitasnya meski belum menikah. Bahkan ada yang sampai hamil segala. Akhirnya, kalaupun pernikahan terjadi lebih pada menutupi aib. Married by accident adalah pilihan terakhir yang sepertinya sudah pas dan termaklumi di masyarakat.
Bergesernya gaya hidup menuju masyarakat individualis, memperparah kondisi ini. Tak ayal jika banyak yang lebih senang sendiri, mandiri, tanpa pasangan dan tanpa ikatan apapun. Ya, fenomena enggan menikah dan jomblo forever akhirnya menjadi pilihan hidup. Sebagian dari mereka ada yang karena putus asa, akhirnya memutuskan untuk tidak menikah. Mereka merasa hidup bebas, merdeka dan bahagia tanpa beban. Kalangan eksekutif muda yang sukses, tinggal di apartemen-apartemen atau perumahan elit sendirian. Hanya pembantu rumah tangga yang menemaninya.
Terlebih, situasi di era modern ini, semakin mempersulit orang untuk menuju ikatan suci pernikahan pun semakin luntur. Kaum perempuan tak lagi memandang gaun pengantin sebagai sesuatu yang sangat diinginkannya untuk dikenakan kelak. Gaun pengantin yang anggun tak lagi menarik perhatian. Profesi sebagai istri atau ibu rumah tanggapun semakin tak menarik minat, kalah bersaing dengan karier.
Disisi lain, rumah tangga kalangan modern saat ini juga makin rapuh. Ketika sudah berhasil dibangun, banyak yang tak bertahan lama. Buktinya, angka perceraian meroket dari tahun ketahun, antara lain karena merebaknya perselingkuhan, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) hingga persoalan ekonomi. Walhasil, institusi pernikahanpun semakin terancam eksistensinya.
Pasangan suami istri menemukan banyak kendala dalam menjalankan biduk rumah tangga. Wanita karier misalnya. Sebagai seorang istri dan ibu yang punya anak, berkarier memang dilematis. Akibatnya, banyak yang enggan punya anak. Atau kalaupun punya, cukup atau maksimal dua. Rasa bersalah meninggalkan anak akan menjadi alasan kenapa enggan punya anak atau banyak anak. Tapi, ketika ditantang untuk meninggalkan karier, takut bosan di rumah saja menjadi alasan. Ironis memang.
Padahal ini akan menjadi bom waktu yang siap meledak di masa mendatang. Berbagai problem sosial mencuat karena persoalan di atas, terutama ancaman terjadinya loss generation.
Trus gimana mengatasinya? Sebagai muslim, tentu kita harus kembali merujuk pada Islam. Sebab hanya dengan Islamlah manusia mendapat jaminan ketentraman, kedamaian dan kesejahteraan hidup. Islam memecahkan persoalan dengan sebuah peraturan yang rinci dan tuntas bahwa menyengaja melajang selamanya bukanlan tuntunan Islam. Bahwa institusi pernikahan itu penting adanya, terutama demi eksistensi umat manusia itu sendiri.
Memang menikah itu tak mudah. Menemukan jodoh juga susah-susah gampang. Namun, jangan sampai deh sebagai muslim meniatkan diri untuk menjomblo selamanya. Jikapun harus menjomblo, karena Allah Swt belum mempertemukan jodoh kita, tetaplah berusaha dan berdoa. Toh jomblo untuk sementara bukanlah suatu aib, apalagi dosa.
Adonan Cinta
Pembuatan kue nggak bisa terlepas dari adonan tepung. Tepung yang bisa didapatkan dengan gampang di pasaran. Begitu pula orang pacaran, nggak terlepas dari adonan perasaan. Perasaan cinta membuat hati seperti adonan tepung. Adonan orang pacaran berawal dari perasaan hati. Perasaan hati teraduk, mulai dari hal biasa aja, hingga benar-benar berbentuk bulat, pipih, atau bentuk lain sesuai keinginan sampai titik maksimal.
Perhatikan prosesnya. Berawal dari kata cinta, maka hati mengalami adonan hingga pengen pada titik maksimal. Titik maksimal yang dimaksud adalah titik menikmati ato memiliki sang pasangan. Tanpa lagi memperdulikan aturan dari Sang Pencipta, sebab telah diselimuti cinta yang berdasarkan hawa nafsu.
Kalo kata pacar udah nempel pada kedua insan, hati nggak puas jika belum chat-chatan. Kalo udah chat-chatan trus pengen yang lebih lagi yaitu telepon-teleponan. Kalo udah teleponan trus mulai menyusun rencana gimana agar bisa ketemuan. Kalo udah ketemuan maka akan muncul masalah-masalah yang sebenarnya sengaja dibuat-buat ato sebenarnya bukan masalah, hanya alasan aja agar semakin sering ketemuan untuk menyelesaikan masalah. Satu paket kini telah dilaksanakan dalam proses adonan perasaan cinta. Intinya berawal dari kata pacar.
Selanjutnya, kalo hanya ketemuan dan berdua-duaan di tempat sepi belum puas, pengennya pegang-pegangan. Kalo udah pegang-pegangan pengen lebih lagi yaitu mulai meraba, berpelukan, berciuman, dan hingga yang lebih tinggi lagi tingkatannya. Itulah adonan perasaan cinta berdasarkan nafsu. Tahap demi tahapan dilalui hingga bulat, dan syetan tertawa terbahak-bahak melihat kelakuan kamu saat berhasil mengikuti segala apa yang diperintahin syetan.
Selanjutnya, kalo udah ada janin dalam kandungan trus syetan akan selalu menggoda lagi. Menggoda kamu untuk melakukan aktivitas berikutnya yaitu menggugurkan kandungan ato aborsi. Nggak ada yang berani negur kamu, termasuk negara cuma jadi penonton.
Trus, cukuk sampai disitu? Nggak ternyata, belum puas adonan hati kamu akan terus berguncang. Kalo pacar kamu udah berhasil menodai, akan muncul masalah baru yaitu perselingkuhan. Siap-siap aja hati kamu akan terbakar api karena panasnya api cinta yang kamu derita. Kamu akan merasa sakit, hingga niat untuk hidup seperti nggak ada lagi. Kamu merasakan situasi seperti gunung yang sedang meletus, langit runtuh dan kayak sedang bermukim dalam jurang.
Coba jujur! Kalo cinta kamu udah dikhianati lewat selingkuh. Trus apa yang kamu lakukan? Apa yang kamu rasain, sakit? Ya, benar-benar sangat menyakitkan. Hingga nggak ada seorang dokter yang mampu menemukan obatnya. Walau dokter seluruh dunia akan dikumpulkan, pasti nggak akan mampu mengobati sakit cinta kamu. Walau kamu menjual semua harta yang kamu miliki untuk mengobati sakit cinta, nggak akan mampu membeli jasa dokter yang ada di dunia ini. Walau kamu memanggil dokter kualitas nomor satu terbaik di dunia pasti nggak aka ada yang mampu mengobati sakit hati kamu.
Kalo udah sakit seperti itu, trus apa yang kamu lakuin? Kamu akan dihadapkan dengan pilihan jika nggak punya landasan akidah yang kuat pilihannya bunuh diri ato bagi wanita akan menjadi wanita yang nggak bener.
Sementara laki-laki, akan terus menanam dosa pada perempuan-perempuan lain. Lantas siapa yang kamu bisa harapkan?
Kalo udah seperti itu, siapa yang kamu salahin? Kamu sendiri sih yang sok tau mengartikan kata cinta. Kenapa perzinahan malah kamu anggap sebagai bukti cinta, kamu anggap sebagai bumbu cinta, kamu anggap sebagai penyedap cinta. Kamu anggap ini kewajiban, kamu anggap wajar aja. Padahal sebenernya itu adalah racun yang akan mematikan cahaya hati kamu.
Kasihan banget kamu, nggak sadar kalo kamu telah terjebak dengan syetan, kamu nggak sadar bahwa saat engkau curhatan, berdua-duaan ketiganya adalah syetan.
Ini lho buktinya:
Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan perempuan (bukan mahram) karena yang ketiganya adalah.syetan. (HR. Abu Dawud)
Cinta Yang Tak sampai
By: Zahria
Secara fitrah setiap manusia memiliki gharizah nau’ (naluri melestarikan jenis), contoh suka dengan lawan jenis, berbahayanya jika suka sesama jenis disertai nafsu, jadi lesbi dan homo nau’dzubillah, yang pada akhirnya mendatangkan murka dari Ilahi, seperti kaum Nabi Luth.
Nabi Luth merupakan anak dari saudara Nabi Ibrahim. Setelah menerima risalah kenabian Nabi Luth memiliki tugas untuk berdakwah pada kaum Sodom, kaum yang mendiami wilayah bernama Kan'an atau disebutkan dalam riwayat lain adalah kawasan Yordania.
Kaum Sodom terkenal sebagai kaum tak bermoral dan sering menyalahi fitrah manusia. Sebab tidak ada pria dan wanita yang boleh melakukan perkawinan. Namun mereka justru biasa melakukan hubungan seks sesama jenis.
Menurut sejarah, kaum merekalah yang pertama kali melakukan hal yang dalam istilah masa kini disebut sebagai homo seksual dan lesbian.
Berbagai upaya dakwah Nabi Luth pun dilakukan demi menyadarkan kaum Sodom. Namun karena sikap kaum Sodom yang ingkar, Allah pun menghukum mereka dengan azab yang pedih. Kisah dari Nabi Luth pun telah diterangkan dalam Alquran surah Al-A’raf ayat 80-82. Allah berfirman, "(Kami juga telah mengutus) Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya, ‘Mengapa kalian melakukan perbuatan keji, yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun sebelum kalian (di dunia ini)?’ Sungguh, kalian telah melampiaskan syahwat kalian kepada sesama lelaki bukan kepada perempuan. Kalian benar-benar kaum yang melampaui batas. ‘Dan jawaban kaumnya tidak lain hanya berkata, ‘Usirlah mereka (Luth dan pengikutnya) dari negeri kalian ini, mereka adalah orang yang menganggap dirinya suci.’"
Para malaikat itu pun menyarankan agar pintu rumah Nabi Luth dibuka lebar-lebar untuk memberi kesempatan bagi orang-orang yang haus homoseks itu masuk. Ketika pintu dibuka dan para penyerbu menjejakkan kaki untuk masuk, tiba-tiba gelaplah pandangan mereka dan tidak dapat melihat sesuatu. Mereka mengusap-usap mata, tetapi ternyata sudah menjadi buta.
Sementara para penyerbu rumah Nabi Luth berada dalam keadaan kacau balau berbenturan antara satu dengan lain berteriak-teriak seraya bertanya-tanya apa yang membuat mereka buta mendadak. Para tamu jelmaan malaikat berseru kepada Nabi Luth agar meninggalkan segera perkampungan itu bersama keluarganya, karena waktunya telah tiba bagi azab Allah yang akan ditimpakan. Para malaikat berpesan kepada Nabi Luth dan keluarganya agar perjalanan ke luar kota dan jangan seorang pun dari mereka menoleh ke belakang. Istri Nabi Luth ternyata terus menoleh ke belakang.
Ternyata istri Nabi Luth sosok yang sering membeberkan rencana suaminya pada kaum Sodom. Ia juga lah yang memberi tahu kaum Sodom tentang kedatangan tamu-tamu tampan di rumahnya. Tak lama setelah itu, terjadilah gempa bumi. Guncangannya begitu besar hingga semua bangunan runtuh. Kaum Sodom tewas tertimbun reruntuhan, begitu pula dengan istri Nabi Luth yang durhaka.
Seharusnya negara-negara yang mengemban LGBT, mengambil pelajaran dari kaum Sodom, karena azab yang pedih dari Rabb Tuhan Semesta Alam. Jangan sampai azab itu berulang kembali di negeri ini.
Sebenarnya suka lawan jenis pun dapat mendatangkan musibah bagi pelaku dan orang-orang disekitar, jika tidak sesuai syariatNya, salah satu contoh adalah pacaran, kenapa pacaran salah satu perbuatan yang haram, sebab perbuatan ini dapat mendekatkan pada zina, sedangkan zina sendiri merupakan perbuatan yang keji, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Isra ayat 32
وَلَا تَقْرَبُوا۟ ٱلزِّنَىٰٓ ۖ إِنَّهُۥ كَانَ فَٰحِشَةً وَسَآءَ سَبِيلًا
“Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk”.
Manusia di beri akal, dengan akal itulah seharusnya mereka bisa berfikir dan bisa memilih jalan mana yang benar, dan mana jalan yang salah, jangan sampai manusia bertingkah laku seperti hewan, bahkan melebihinya.
Cinta yang tak sampai bukan karena aku takut zina, melainkan karena orang tua melarang untuk tidak pacaran, pemahaman islamku, masih awam sekali, bahkan belum tahu hukum pacaran yang sesungguhnya, sebenarnya waktu SMP, saya suka sama seseoarang, tetapi tidak berani mengungkapkan, takut kalau di marahi sama orang tua, lagian yang aku suka sudah punya pacar, anehnya setiap aku jalan, selalu ada dia, dan tidak sengaja, selalu menatapnya, sampai kebawa mimpi, astaghfirullah itulah masa jahiliyahku, beruntung sekali belum sampai terjadi pacaran.
Tapi sebenarnya sudah terjadi zina mata dan hati, ya Allah maafkan akan kebodohanku. Dan setelah hidayah menghampiriku, aku semakin bersyukur, karena tidak pacaran, bahkan teman-teman hijrahku pun tidak ada yang pacaran, jadi hari-hariku pun, di penuhi rasa bahagia.
Kata siapa pacaran bisa membuat semangat untuk belajar, bukankah hanya membuang waktu saja, sehingga belajarpun tak sampai, sebenarnya pacaran sendiri banyak memberi hal-hal positif lhoo, positif dosa, positif hamil, dan lain sebagainya, jangan coba-coba mendekat, bahkan terjerumus, nau’dzubillah.
Posting Komentar