Ngomong-ngomong saya jadi keinget pas melayat ke rumah saudara pekan lalu. Sebuah desa yang indah di atas gunung. Jalannya bo’ jangan ditanya, wuih, saya sampek jadi korban gepok sama temen saya karena ingin turun dari boncengan melihat jalan kelip-kelip lumpur bagaikan emas. Hehe. Pas lewat di tempat-tempat yang kebetulan memang banyak sekolah, selalu ada tulisan kampanye anti narkoba. Banyak slogan-slogan yang kemudian menghiasi poster-poster tersebut. Yah, yang anak muda banget-lah. Contohnya, “Keep Calm and Say No to Drugs” dan semacamnya. Kalo di kampus saya sih banyakan slogan-slogan Say No untuk korupsi, nyontek dan sebagainya.
Saya juga nggak tau sejak kapan slogan yang pake kata “Say No” itu mulai bertebaran. Nah, yang paling banter beberapa waktu ini adalah Radikalisme dan Say No Terorism. Yup, dua say no radikalisme dan terorism dari hari ke hari terus digulirkan ke tengah-tengah masyarakat dengan berbagai framing jahat. Sehingga masyarakat yang tidak patuh aturan akan kena sorot dan bahkan bisa jadi dipolisikan, karena menurut mereka bertentangan dengan NKRI. Iih ngeri ya.
Kalo menurut saya sih, “Say No” ini sebagai bentuk penolakan. Ya, soalnya emang orang-orang udah gerah dengan banyaknya kejahatan dan masalah yang ada. Kalo remaja sih emang narkoba dan free Sex. Tapi, kalo dilihat-lihat, menjamurnya free sex dan narkoba itu bukan sesuatu yang ujuk-ujuk ada. Dengan bim salabim tiba-tiba generasi muda udah gandengan dengan yang begituan. Kalo yang masih waras sih pasti nggak mau.
Saat ini kita emang nggak bisa menutup mata dengan serangan yang sebenarnya nggak kasat mata. Waduh, susah banget bahasanya. Maksud saya, saat ini di sekitar kita khususnya anak-anak muda tengah menjamur berbagai serangan pemikiran yang justru mencoba menghancurkan masa depan mereka. Tapi, karena ngikut trend, mereka justru nganggap kalo itu semua bagus dan bikin mereka tambah kece. Maklumlah, masa muda adalah masa yang paling berapi-api kalo kata Bang Haji. Masa muda adalah masa-masa mencari jati diri. Tapi, pihak yang harusnya bertangguung jawab justru malah lepas tanggung jawab baik lingkungan dan terlebih negara.
Keluarga yang seharusnya menjadi tempat perlindungan justru nggak ada lagi. Orang tua sibuk kerja, di rumah yang ada cuma tivi. Tayangannya? Jangan ditanya. Isinya hampir semua ....is is is tak patut, tak taput, eits maksud saya tak patut ditonton karena isinya hampir semua sampah. Belum lagi mewabahnya sosmed dan internet. Situs porno setiap saat bisa diakses. Kemarin saya lagi berusaha cari referensi karya ilmiah tentang pendidikan. Eh ..eh..eh yang muncul wanita pake baju adeknya, kebayangkan kekecilan banget, trus saya berpikir apa hubungannya coba? Itulah fenomena dunia kita sekarang. Hiks...hiks..hiks memilukan. Susah banget mau jadi orang baik aja.
Gegara dapat pelajaran dari gurunya, ilmu yang paling nancep itu adalah ilmu yang nggak cuma dapet didengar dan dipahami, tapi kudu disertai prakteknya. Nah, saking pinternya remaja sekarang setiap apa yang didapat langsung dipraktekkan. Dan prakteknya sama siapa lagi kalo bukan pacar? Buat apa? Nunjukkin cinta dong. Apalagi itu dilakukan nggak cuma yang udah tua kayak saya, eh maksudnya hampir dewasa, tapi yang masih belasan juga udah berani kayak gitu. Parah kan? Rokok? Tidak aneh lagi sekarang, anak SD juga udah banyak yang ngerokok. Mabok? De el el, udah sebelas-duabelas deh.
Makanya, keadaannya miris banget. Bagaimana mungkin generasi muda bisa menjadi harapan bangsa di masa depan kalo ternyata keluarga, lingkungan sekitar dan negara nggak bisa menjaga mereka? Memang, hidup itu pilihan. Tetapi, bukan berarti kita berlepas tangan untuk bisa menunjukkan pilihan hidup yang benar untuk orang lain. Karena bisa jadi mereka belum tau jalan mana yang akan mereka pilih.
Kalo kita mau nyari biang kerok emang nggak cukup hanya menyalahkan orang per orang. Kenapa? Karena ternyata orang-orang yang tidak tahu arah tujuan hidupnya itu banyak banget. Perlu ditelisik ulang kalo sebenarnya, ada yang salah dengan pengaturan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dan faktanya emang begitu. Mereka para penguasa membuat aturan seenaknya sendiri, hingga banyak rakyat yang menjadi korban. Ya wajarlah karena saat ini yang mengatur kehidupan adalah sistem Demokrasi-Kapitalis. Sistem yang matre dan menghalalkan segala cara hanya untuk kemanfaatan, untung rugi yang menjadi tolak ukur setiap perbuatan. Negara mana peduli sama generasinya? Mereka kan juga nyari duit dalam setiap kesempatan yaitu melalui kebijakan yang atas nama rakyat tapi kenyataanya merampas milik rakyat. So, berlakulah hukum rimba. Kalo kamu lemah, siap-siap aja bakal ditendang dari arena pertandingan, eits maksud saya area survival. Dan inilah yang terjadi hari ini.
Lalu, bagaimana solusinya? Kembalilah pada solusi yang memang sudah khusus dibuat untuk manusia. Dan yang buat adalah Pencipta manusia, Allah SWT. Sejatinya, Allah sudah membuat aturan untuk manusia. Sayangnya, manusia justru mengabaikannya dan sok hebat dengan membuat hukum sendiri. Akhirnya, ya mereka juga yang hancur.
Di dalam Islam, negara berkewajiban mengurusi urusan rakyatnya. Negara menjaga rakyatnya. Apalagi generasi yang akan menjadi penerus peradaban. Islam mengatur dari A-Z. Dari individu sampai Negara. Negara (khilafah) nggak akan sembarangan membebaskan rakyatnya untuk berbuat sesukanya. Nggak kayak sekarang. Huft.....
Islam punya sistem ekonomi yang akan menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok dan kebutuhan dasar manusia. Islam punya sistem politik yang akan menentukan kebijakan yang selalu berbanding lurus dengan kesejahteraan manusia. Islam punya sistem pergaulan yang membatasi lingkup pergaulan pria dan wanita hanya pada pernikahan dan mengatur interaksi mereka dalam kehidupan sosial. Islam punya sistem sanksi untuk mereka yang melanggar, seperti potong tangan untuk pencuri, cambuk dan rajam untuk yang berzina, hukuman mati untuk yang murtad, de el el. Semua itu bukan karena Islam kejam dan haus darah guys. Tapi untuk terjaganya kelangsungan hidup umat manusia. Ya, itu semua untuk kita !!! nggak percaya saya ulang lagi untuk kita!!! Karena, manusia yang diciptakan Allah paling sempurna .
Jelas beda dengan sekarang kan? Penista agama dianggap baik, pemuka agama dianggap penjahat. Yah jaman memang udah kebalik. Negeri membenarkan sesuatu yang biasa tapi tak membiasakan sesuatu yang benar. Walhasil banyak generasi mudanya keluar-masuk penjara, tapi justru tambah bejat. Lalu, apa yang diharapkan dari hukum buatan manusia? So, kalo mau bilang “Say No”, bilang Say No to Valentine Day, Say No to Capitalism, Say No to Democrazy, dan isme-isme rusak lainnya. Dan Say YES to Islamic Revolution! Karena udah ada buktinya kalo Islam rahmatan lil’alamin bukan cuma rahmatan lil muslimin. Jadi tak ada alasan lah ya kalo kita sebagai anak muda muslim untuk tidak taat pada agama plus ideologi super ini.
Posting Komentar