Inilah Kebangkitan hakiki
Kebangkitan umat menurut Syekh Taqiyuddin an-Nabhaniy dalam kitab Hadayats ash-Shiyam kebangkitan didefinisikan sebagai “irtifa’ul fikri” atau peningkatan taraf berfikir. Meningkatnya taraf berfikir bukan berarti kaum muslimin harus bersekolah ke jenjang yang tinggi atau mendirikan banyak sekolah sehingga kaum muslimin jadi pintar dan cerdas. Bukan, bukan seperti itu. Tapi yang dimaksud dengan peningkatan taraf berfikir disini adalah perubahan keadaan dari rendah menjadi tinggi.
Dalam lintasan sejarah kebangkitan peradaban dunia, kita menyaksikan betapa mabda’ (ideologi) merupakan pondasi kebangkitan atau rahasia kebangkitan umat atau bangsa. Sejarah mencatat ada negara-negara yang mengalami kebangkitan dengan kebangkitan pola pikirnya seperti kebangkitan Rusia dengan melakukan Revolusi Bolshevik 1917 di bawah pimpinan Lenin setelah bersama-sama menganut pemikiran komunis. Orang-orang kapitalis pun mengalami kebangkitan sejak Revolusi Prancis dan Revolusi Industri di Inggris pada akhir abad 18 awal abad 19. Bangsa Arab pun mampu bangkit dengan memeluk pemikiran Islam sejak abad ke-7.
Maka tepat sekali jika dikatakan, Ahmad al-Qashash, dalam bukunya Dasar-Dasar Kebangkitan bahwa “keberadaan mabda’ (ideologi) pada suatu umat adalah sebab kebangkitannya.” Sehingga
dalam hal ini kita tidak cukup hanya berbicara bangkit hanya sekedar bangkit, tapi kita harus mencari bangkit yang benar (shahih) dan hakiki.
Untuk mewujudkan kebangkitan yang kita cita-citakan memang butuh keseriusan dari kita semua, kaum muslimin. Meski kita masih remaja, bukan berarti nggak boleh serius. Justru seharusnya, masa remaja kita gunakan untuk mengasah supaya bisa mempertajam kemampuan berpikir kita. Lebih khusus lagi kemampuan untuk berpikir islami. Ada beberapa tahap yang bisa kita jadikan sebagai jalan untuk meniti kebangkitan yang hakiki. Dalam kitab an-Nahdhah (hlm. 132- 155), karya Ustadz Hafidz Shalih, dijelaskan sebagai berikut:
Pertama, setiap muslim kudu menyadari tugasnya sebagai pengemban dakwah. Allah Swt. berfirman:
Kedua, setiap muslim harus memahami Islam sebagai sebuah mabda, alias ideologi. Dengan begitu, kita bisa menjadikan Islam sebagai pedoman hidup kita. Islam bukan hanya mengatur urusan sholat, zakat, puasa aja, tapi sekaligus mengurusi masalah ekonomi, politik, pendidikan, hukum, peradilan, pemerintahan, dsb.
Ketiga, kita kudu berjuang menegakkan Islam. Keempat, melakukan kontak pemikiran dengan masyarakat, nggak cuma diem
doang. Sebarkan ide-ide Islam kepada mereka. Kalo ternyata timbul pro dan kontra, itu wajar. Rasulullah saw. saja pernah merasakannya. Tenang. Kita di jalur yang benar.
Kelima, harus jelas dalam berjuang. Artinya, kita kudu fokus dan membatasi mana yang pokok, dan mana yang cabang. Allah swt berfirman:
Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (QS Yusuf [12]: 108).
Keenam, harus berani melakukan shiraul fikriy (pertarungan pemikiran) dengan berbagai ide sesat yang ada di masyarakat. Misalnya, sampaikan bahwa demokrasi sesat, nasionalisme itu tercela, sekularisme adalah bagian dari kekufuran dan sebagainya. Itu sebabnya, perjuangan Boedi Oetomo yang katanya sebagai tonggak kebangkitan, ternyata malah menuju kemunduran. Kenapa? Karena menyerukan nasionalisme. Nah, pemuda Islam, harus berani melawan itu semua!
Ketujuh, selalu meng-update perkembangan yang terjadi di masyarakat dan berikan solusinya dengan ajaran Islam. Kedelapan, kita harus bisa menunjukkan kelemahan dan kepalsuan sistem kufur yang tengah mengatur kehidupan masyarakat kita saat ini. Supaya mereka juga ngeh, bahwa selama ini ternyata hidup dalam lingkungan yang tidak islami. Itu sebabnya kita juga mengajak kaum muslimin untuk berjuang melanjutkan kehidupan Islam.
Posting Komentar