Bahagia Hidup Bersama Al-Qur’an

Al-Qur’an bagi seorang muslim, peran dan posisinya sangatlah istimewa. Bukan sekedar kitab suci tetapi juga petunjuk hidup yang lengkap.




Bahagia Hidup Bersama Al-Qur’an



Oleh: Siti Rima Sarinah

Al-Qur’an bagi seorang muslim, peran dan posisinya sangatlah istimewa. Bukan sekedar kitab suci tetapi juga petunjuk hidup yang lengkap. Tak satupun dari aktivitas yang tidak diatur di dalam Al-Qur’an. Begitu sempurnanya Al-Qur’an karena mampu memberikan solusi atas setiap persoalan yang dihadapi umat manusia.

Dengan kata lain, manusia tidak ada artinya tanpa Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan ruh bagi kaum muslim, seperti ikan yang membutuhkan air untuk bernafas. Manusia pun akan menderita tanpa Al-Qur’an, sekalipun hidup dalam fasilitas serba mewah dan serba lengkap. Begitu sempurnanya dan istimewanya Al-Qur’an karena berasal dari Zat pemilik dan pencipta manusia serta dunia dan isinya.

Allah menciptakan manusia dengan dibekali akal sebagai pembeda dengan makhluk ciptaan Allah yang lainnya. Akal tersebut berfungsi untuk memahami petunjuk Al-Quran tadi, agar dapat menemukan hakikat dan kebahagiaan hidup yang sesungguhnya. Allah Swt. berfirman, ”Bila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan setiap orang yang berdoa bila berdoa kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka memenuhi perintah-Ku dan beriman kepada-Ku, supaya mereka selalu dalam kebenaran.” (QS Al Baqarah: 186).

Setiap manusia apalagi seorang muslim tentu sangat ingin meraih kebahagiaan dalam hidupnya. Namun, definisi kebahagiaan ini bukanlah menurut kacamata manusia, melainkan menurut cara pandang Allah yang tertuang dalam Al-Qur’an. Mungkin sebagian orang mendefinisikan kebahagiaan itu apabila memiliki harta yang melimpah, memiliki rumah yang megah atau memiliki kendaraan yang paling mahal harganya. Padahal kebahagiaan dengan definisi ini hanyalah kebahagiaan semu karena bersandarkan pada materi belaka.

Salah besar jika makna kebahagiaan diukur dari materi semata. Bagi seorang muslim, kebahagiaan yang sesungguhnya adalah meraih keridaan Allah dengan berupaya melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Sebab, manusia diciptakan di dunia ini dalam rangka ibadah. Ibadah yang dimaksud bukanlah sekedar salat saja, melainkan seluruh perbuatan manusia termasuk ibadah jika sesuai dengan syariat Allah.

Oleh karena itu, Al-Qur’an sebagai petunjuk agar seorang muslim bisa meraih keridaan dari Rabbnya. Mengerjakan semua perintah yang diwajibkan Allah yang terkandung dalam Al-Qur’an. Perintah bahwa Al-Qur’an bukan hanya dipelajari cara membacanya dengan tartil dan menghafalkannya, tetapi juga wajib mengkaji isinya, memahaminya, menerapkan dalam kehidupan sehari-hari dan mendakwahnya.

Ketika seorang muslim mewarnai kehidupannya dengan Al-Qur’an, disitulah letak kebahagiaan yang sesungguhnya. Bahagia diatur dengan Al-Qur’an, bahagia membersamai Al-Qur’an, bahagia menghabiskan hari demi hari bersama Al-Qur’an. Mengkaji dan menghafal isinya senantiasa menjadi motivasi agar kelak disebut Ahlullah dan mendapat syafaat dari Al-Qur’an. Mendakwahkan risalah Al-Qur’an agar kelak Allah melayakkan kita sebagai pejuang agama-Nya. Begitu banyak bonus yang kita dapatkan dari Al-Qur’an. Tidakkah hal tersebut membuat kita bersegera untuk menjadi barisan penghafal dan pengemban Al Qur’an?

Tentu sangat disayangkan apabila kita yang mengharapkan surga sebagai tempat kembali, tidak memilih Al-Qur’an sebagai bekal meraih surga. Karena surga hanya bisa diperoleh bagi muslim yang dekat dengan Al-Qur’an dan menjadikan Al-Qur’an sebagai poros dalam kehidupannya. Jangan pernah berharap surga, jika Al-Qur’an saja jarang disentuh atau disentuh jika bulan Ramadhan tiba. Selebihnya Al-Qur’an bak benda pusaka yang keramat yang hanya menjadi penghuni lemari buku.

Memilih hidup bahagia bersama Al Qur’an tentu tidak akan menjadi pilihan orang-orang yang walaupun beragama Islam namun dihatinya tidak ada iman yang lurus. Iman yang lurus lah yang melandasi seorang muslim menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup dan sebagai tolak ukur amalnya. Harapannya ketika Allah memanggil kita, alam kubur kita bercahaya yang cahaya tersebut adalah cahaya Al-Qur’an yang senantiasa kita baca, hafalkan, amalkan dan dakwahkan kala di dunia.

Allah telah memberikan batas waktu kepada setiap manusia untuk tinggal dan hidup di dunia ini. Semuanya sedang menunggu giliran malaikat Izrail datang mencabut ajal. Jika kita menghabiskan waktu di dunia bersama Al-Qur’an, kita akan bahagia di akhirat kelak. Dan sebaliknya, jika kita mengabaikan Al-Qur’an maka tunggulah azab yang pedih sebagai balasan setimpal atas pengabaian yang kita lakukan.

Oleh karena itu, wahai kaum muslim, gunakanlah waktu yang kita tidak tahu sampai kapan, dengan mewarnai hidup kita dengan cahaya Al-Qur’an. Agar Allah melayakkan kita menjadi golongan penghuni surga. Jangan sampai penyesalan datang saat ajal menjelang, karena itu sudah terlambat dan ini sebuah kerugian yang sangat besar.

Tanamkan keyakinan yang kuat bahwa Al-Qur’an yang diturunkan Allah kepada manusia, adalah bentuk kasih sayang-Nya kepada kita. Sebab, Allah senantiasa menginginkan yang terbaik bagi kaum muslim dan Islam. Menjaga manusia agar tidak terjerumus nafsu dunia dengan segera kembali pada aturan yang berasal dari Al-Qur’an. Agar kebahagiaan di dunia maupun di akhirat bisa diraih.

Wallahua’lam.

Posting Komentar