Agar Teman Tidak Jadi Pacar (tempat maksiat)

Agar Teman Tidak Jadi Pacar (tempat maksiat)

Artikel ini berjudul asli :Temen jadi Temen, Duh Bagaimana

“Kita kan berteman, masak nggak boleh?” Oke, kalau memang kamu mau berteman dengan lawan jenismu sih boleh-boleh aja. Islam nggak melarang hal itu, tapi syaratnya kamu musti ngikuti aturannya. Karena berteman dengan lawan jenis, tentu saja berbeda berteman dengan yang sesama jenis. Malahan, kalau nggak ngeh dengan aturan, naga-naganya kamu malah ber TTM ria dengan si dia. Iya, teman tapi mesra.

Gini ya sob, pertemuan laki-perempuan dalam kehidupan sehari-hari memang nggak bisa kita hindari, seperti di sekolah, di dunia kesehatan, di pasar, de el el. Pada kondisi seperti itu wajar dong kalau terjadi interaksi cowok-cewek, malah justru kemaslahatan itu nggak tercapai kalau nggak ada interaksi. Misalnya kamu yang tinggal di dusun pelosok, kebetulan kamu sakit, disitu cuma ada puskesmas dan kebetulan dokter satu-satunya perempuan, sementara kamu cowok, maka sudah pasti si dokter dan si pasien kudu berinteraksi.


Tapi gini sobat, interaksi antar cowok-cewek ini berpotensi menimbulkan efek. Mungkin kamu ngeles “ah, itu kan tergantung orangnya”. Oke, pada situasi dan kondisi tertentu bisa jadi alasannmu benar. Tapi kalau melihat interaksi anak muda sekarang, kayaknya alasan kamu tadi nggak ngaruh sama sekali. Apalagi ditambah kencangnya arus kebebasan yang dihembuskan oleh media seperti tivi, film yang ngasih contoh nggak bener tentang model gaul anak muda. Wah udah jaminan mutu, anak muda pasti akan menconteknya abis-abisan.

Ada juga anak muda yang masih suka cari-cari alasan, katanya kalau curhat, cerita sama lawan jenis itu lebih nyambung, lebih nyaman. Maklum aja, anak cewek nyari sosok yang perhatian, tegar, pengertian, dan katanya itu nggak didapetin kalau curhat sesama cewek. Demikian sebaliknya, si cowok, karena sudah terbiasa bergaul sesama cowok yang dunianya keras, maka katanya dia butuh sosok yang lebih berperasaan, lebih kalem, dan dihadapan ceweklah semua itu bisa didapatkan. Klop nggak?

Ya, bisa jadi alasan kayak gitu, mampir di benak kamu. Tapi yakin aja, kalau itu cuma akal-akalan doang, biar kamu bisa gaul bebas dengan lawan jenis. Ya, yang dimulai dari temen akhirnya jadi demen alias TTM. Betul tidak?

Boleh jadi yang muncul pertama adalah perasaan empati yang satu merasa butuh solusi buat masalahnya, sedang yang satunya merasa perlu membantu menyelesaikan masalahnya. Dari empati, muncul simpati, lalu perasaan suka, dan bukan nggak mungkin kalau akhirnya jatuh cintrong, dan pacaran.

Awalnya mungkin cuma SMS ria, dilanjutin MMS, trus video call, telepon-telepon. Setelah itu akhirnya, hampir tiap detik apa yang dilakukan atau dialaminya dalam hidup, kayaknya perlu diobrolin dengan lawan bicaranya. Sampe-sampe pada masalah nggak penting banget, misal masalah kucing tetangga mati aja, jadi bahan obrolan.


Kalau kebetulan perasaan dan interaksi macam diatas juga menghinggapi aktivis pengajian, maka akibat lanjutannya, janjian saling nge-jam kalau pas bangunin sahur pada saat puasa, atau pas shalat tahajud, dan seterusnya. Yang pada akhirnya mereka secara diam-diam, sembunyi-sembunyi juga melakukan pacaran terselubung, yang biasa mereka sebut dengan istilah pacaran islami. Padahal mencampuradukkan antara pacaran dengan Islam, sama halnya mengkompromikan antara kebaikan dan keburukan, maka sudah barang tentu yang menang pasti keburukan. Tul nggak?


Nggak percaya? Coba kita buktikan, kalau di hadapan kamu ada segelas susu, trus didalamnya ditetesi racun sedikit saja, apa kira-kira kamu mau minum? Tentu enggak kan. Karena emang air susunya sudah rusak tercampur racun. Jadi bikin istilah pacaran islami sama halnya mencampur susu dengan racun.


Jadi, jaga jarak aman adalah cara ampuh menjaga hati kita untuk tidak melakukan aktivitas berbahaya yang namanya pacaran. Karena seiring bisikan setan dalam hati kita, maka saat itu juga kalau pas lagi ketemuan atau bahkan berduaan dengan orang yang berada dalam T-O alias target operasi, maka kita nggak kaku menahannya untuk ngobrol berdua, mojok dan aktivitas seru yang notabene mendekati zina. Hiih, jangan sampe ya, kamu lakuin itu!


Untuk itu, perlu ada rambu-rambu yang kudu diperhatikan ketika berinteraksi dengan lawan jenis.  Biar kita jadi ngeh, apa yang boleh dilakukan dan mana yang terlarang untuk dilakoni. Supaya temenan kita di pengajian misalnya, nggak bias dan bablas jadi pacaran.


Pertama, kurangi frekuensi pertemuan yang nggak perlu. Mungkin kamu membela “ah mana mungkin, kalau mengurangi ketemu berarti nggak bisa memajukan organisasi dong”. Siapa bilang? Makanya perhatikan dulu penjelasannya, yang dimaksud mengurangi frekuensi bukan berarti menghilangkan sama sekali. Artinya kamu masih boleh berhubungan dengan teman lawan jenismu, selama itu urusan organisasi dan nggak dibuat-buat. Selesai urusannya, udah selesai, nggak usah diterusin ngobrol ngalor ngidul, sampe nanya nanti malam shalat isyak dimana, sama siapa, nah yang buntut kayak gini, nggak boleh dalam Islam.


It’s not good for your health, guys! Ini nggak sehat. Perbuatan seperti itu bukannya meredam gejolak, tapi akan memperparah suasana hati kita. Pikiran dan konsentrasi kita malah semakin nggak karuan. Selain itu, bukan mustahil kalau kebaikan yang kita kerjakan jadi tidak ikhlas karena Allah.


Yup, kurangi frekuensi pertemuan, apalagi kalau memang tidak perlu. Kalau sekadar untuk pinjem buku catatan, ngapain pinjem pada si doi, cari aja teman lain yang bisa kita pinjam bukunya. Lagipula, kalau kamu nggak sabaran, khawatir ada pandangan negatif dari si doi. Bisa-bisa kamu dicap sebagai ikhwan atau akhwat yang agresif.


Kedua, gaya bicara dan penampilanmu nggak usah bikin lawan jenismu, gimana….gitu! Jadi, ketika kamu berbicara dengan lawan jenis harus diperhatikan intonasi dan gaya bicaranya. Bagi wanita, jangan sekali-kali ketika berinteraksi dengan anak cowok menggunakan gaya bicara yang mendayu-dayu kaya penyanyi dangdut. Suaranya dibuat merdu merayu, hingga menyisakan rasa penasaran yang amat sangat bagi kaum lelaki.


Ketiga, tutupi auratmu dengan benar dan nggak boleh tabaruj. Karena kalau yang cewek nekad aja pamer aurat, atau akhwatnya masih pake krudung gaul yang cepak abis! Iya, krudungnya aja modis banget. Pake lipstik lagi bibirnya. Bedakannya tebel banget. Minyak wanginya? Nah apa yang seperti itu nggak bikin jantung laki-laki deg-deg plus.


Jadi, buat para akhwat jangan tabaruj ya! Pengennya nutup aurat, tapi malah bikin mata lelaki jelalatan bin melotot, merhatiin kamu mulai dari ujung kerudung sampai ujung kakimu. Duh, kebayang banget lucunya kalau aktivis pengajian tabaruj alias tampil pol-polan dengan memamerkan kecantikannya. Jangan ya!


Keempat, hindari pertemuan langsung. Ya, kalau bisa koordinasi via sms atau telepon ngapain musti ketemu? Apalagi kalau ketemuannya berdua, antara ketua dan sekretaris, wah dijamin jadi angin segar buat setan untuk menggoda. Makanya, kurangi atau hindari ketemu langsung, gunakan fasilitas HP atau internetan. Tapi bukan berarti bebas ngobrolin apa aja ya via HP atau internet. Apalagi , sampe ada acara rutin sms tiap pagi menjelang subuh, atau chating kirim-kirim motivasi lewat whatsapp pula. Emang sih bukan termasuk khalwat. Tapi kan bisa menumbuhkan rasa yang deg-deg plus gitu, awas zina hati. Jangan dicoba!


Kelima, perbanyak doa dan istighfar. Ya, meski sesama aktivis, bisikan setan tetap berlaku. Bahkan boleh jadi semakin kuat komporannya. Itu sebabnya kalau hatimu panas terus kena panah asmara itu, dinginkan hati dengan banyak mengingat Allah. Mengingat dosa-dosa yang udah kita lakukan ketika shalat dan membaca Al-Qur’an.


Oke deh, kamu udah punya modal sekarang. Hati-hatilah dalam bergaul dengan teman satu pengajian atau teman lawan jenis lainnya. Jaga diri, kesucian, dan kehormatan kamu dan temanmu. Jangan nekat berbuat maksiat. Kalau sudah nggak kuat, segera menikah saja ( kalau emang sudah mampu). Kalau belum mampu? Banyakin aktivitas bermanfaat dan seringlah berpuasa.


Emang sih, kalau pengen ideal, kudu ada kerjasama semua pihak: individu, masyarakat dan juga negara. Hmm…soal cinta juga urusan negara ya? Negara wajib meredam dan memberantas faktor-faktor yang selalu ngomporin masyarakat untuk berbuat yang tidak sesuai syariat. Jadi jangan sampe pertemanan kita berubah jadi demenan!

Posting Komentar