Akhir-akhir ini banyak tema yang perlu dibahas seperti pahlawan, kepulangan ulama besar ke Indonesia dan yang nggak kalah seru untuk diulas yakni tentang kalahnya Donald Trump dari Joe Biden di pilpres Amerika Serikat. Mantan presiden ke-45 Amerika ini harus gigit jari dan memenya bernada “nyukurin” bertebaran di media sosial.
Tapi tema-tema di atas yang pernah saya bahas kemarin rasanya kok berat gitu ya. Kayaknya butuh rileks lah sejenak, membahas yang ringan-ringan gitu tentang remaja dan pacaran. Ya, biar hati tenang dan pikiran rileks juga. Remaja dan pacaran adalah tema yang selalu menarik dibahas, bahkan bisa dikatakan tema “abadi” bagi para remaja. Karena, memang selalu hadir dalam kehidupan kesehariannya. Begitu banyak film-film fiksi bertebaran nggak pernah henti.
Mau dialihkan ke hal apapun, tapi remaja selalu punya waktu untuk rebahan bahas pacaran dan lika-likunya. Kadang menyenangkan, bisa juga kekecewaan. Bahkan diantara kamu-kamu nih ada yang masih dilema. Udah putus, tapi masih berlanjut.
Ya, maksudnya pacarannya sih udah putus, tapi kenangannya itu lho yang terus berlanjut. Pacar sih udah nggak punya, tapi masih ingat masa pacaran. Masih mengenang dia semasa pacaran. Ada suka ada duka. Ujungnya pengen ngulang lagi masa-masa pacaran. Terdengar lebay sih. Tapi, faktanya gitu. Udah putus tapi susah move on.
Saat udah putus pasti ada yang ngebayangin gini “Kamu yang jahat atau aku yang terlalu bodoh? Yang kamu lakukan itu mempertahankan orang yang kamu sayang, tapi dia malah mengecewakan. ” Hmm .. masih ingat kenangan menyakitkan model gini yang bikin kamu gagal move on? Udahlah, akhiri aja semuanya. Buang kenangan menyakitkan. Jangan mencoba mengulangnya kembali. Karena, itu sama aja kamu membuka luka lama, dan menggaraminya. Pedih dan perih, sobat! Apalagi udah tahu kalau kamu dibikin kecewa sama mantanmu. Jangan malah cengeng di hadapannya. Itu akan membuat dia merasa dibutuhkan sama kamu. Dia akan merasa kalau kamu gagal move on setelah putus dengannya. Idih, malu banget kan? Di mana pula kehormatanmu?
Mengingat masa lalu yang bikin kamu sakit hati, sebenarnya bagian dari dilema dalam hidupmu. Kalau kamu terus mengingatnya, itu sama dengan menceburkan dirimu pada masa lalumu. Kamu jadi nggak berani menatap masa depan. Nggak percaya dengan perubahan. Kamu terus bertahan dalam lumpur masa lalu tanpa ada sedikit pun untuk keluar dari kondisi tersebut.
Itu artinya, kamu akan menolak semua ajakan orang lain agar meninggalkan masa lalumu untuk meraih masa depanmu. Padahal, semua bisa diakhiri dan kamu bisa melakukannya. Tapi, kalau kesempatan itu nggak kamu manfaatkan. Lalu, apa artinya semua ini? Kamu tahu kalau kamu sedang sakit, tapi nggak mau berobat dan mencari obatnya. Padahal kalau kamu terus larut dalam masa lalumu, maka dipastikan kamu bakalan gagal bergerak selamanya.
Ini bukan menakut-nakuti, tapi sesuai fakta, kondisi macam gini adalah kondisi di mana kamu akan sulit menghadapi kenyataan hidup. Orang lain udah berlari sejauh 1 kilometer, sementara kamu masih diam terpaku di tempatmu. Ya, pasti tertinggal jauh. Dalam diammu, kamu malah asyik membayangkan masa lalumu yang nggak mungkin kembali, tapi masih berharap bisa kamu raih untuk bersama menuju masa depan. Itu sesuatu hal yang mustahil. Why? Karena kamu udah merasa dikecewakan oleh mantanmu, namun berharap dia kembali kepadamu. Selain dia yang jahat, kamu juga bisa dikatakan bodoh. Iya, kan? Maaf lho, ini bukan nuduh dan agak kasar plus galak bahasanya. Sebab, banyak kondisi yang sering anomali yang pernah kita hadapi. Buktinya, banyak yang sudah tahu dizalimi, tapi masih juga mencintainya. Apa itu wajar?
Jangan sampe pula kamu nulis status di story instagram, misalnya dengan kalimat seperti ini, “Aku memang belum sempat membuat kamu bahagia, tapi cara kamu meninggalkan aku begitu saja membuat hidupku terasa hancur.” Jiaaah… lagi-lagi kamu baper, sih. Emang sih hal itu bikin nyesek dan galau. Namun apakah nyesek nggak ilang-ilang dan galaunya keterusan bisa dianggap wajar? Kalau kamu sesak nafas dan sulit sembuh, harusnya kan segera ke dokter atau nyari obat demi kesembuhan kamu. Bukan malah menikmati. Sudah tahu sakit hati sama mantanmu, tapi malah kamu nikmati juga kenangan pahit dan perih itu.
Udah deh, yang model begini udah bisa dipastikan bakalan gagal move on selamanya. Bukan memvonis, tapi apa mau dikata. Kan udah dibilangin kalau hal itu salah, tapi kenapa kamu tetap melakukannya? Sudah tahu maen api itu bisa kebakar, tapi kamu tetap melakukannya. Nasihat orang lain nggak kamu dengar, malah sebaliknya kamu nyinyirin. Itu namanya nggak tahu diri. Jleb, lagi deh. Nggak apa-apa, sekali-kali baca tulisan saya yang isinya agak ‘marah-marah’ begini. Hehehe…
Sobat, gagal move on selain disebabkan karena faktor ekternal, ada juga fakor internal. Faktor eksternal adalah kondisi di sekitarmu yang sulit mendukung kamu untuk bangkit. Misalnya, nggak ada yang mau menasihati kamu. Nggak ada juga yang peduli sama kamu.
Padahal, kamu sedang membutuhkan nasihat dan perhatian agar kamu bisa jalani kehidupan ini dengan lebih baik. Coba dipikir-pikir lagi, apakah kondisi eksternal kamu itu udah bikin kamu jadi terhambat untuk move on, atau justru sebenarnya mendukung kamu untuk bisa move on, hanya saja kamu yang nggak menerima nasihat mereka?
Kalo kondisi kedua yang dominan, berarti faktor internal kamu yang nggak beres. Lebih parah lagi adalah jika kondisi eksternal nggak mendukung kamu, dan kamu betah terbenam dalam jebakan bayang-bayang masa lalumu. Sudah itu mah, gabungan sempurna untuk gagal move on. Gawat!
Kalau udah gini, sebaiknya kamu introspeksi, mengapa nggak bisa juga untuk move on dari kondisi seperti ini. Mantanmu bisa jadi sudah meninggalkan kenangan bersamamu, tapi kamu masih berharap banyak kepada mantanmu, atau setidaknya masih mengenang masa lalu bersama mantanmu walau menyakitkan. Perasaan kadang sulit dimengerti, tapi lebih nggak bisa dimengerti lagi kalau terus menerus kamu baper. Ayolah, jangan memberi ruang terlalu banyak kepada perasaanmu, apalagi yang nggak dilandasi keimanan dan akal sehat. Sebab, bisa saja kamu menganggap hal itu baik, padahal sejatinya adalah keburukan. Bisa jadi kamu merasa menjadi korban, padahal kamu sendiri sedang mengorbankan dirimu untuk sesuatu yang tak ada artinya. Cobalah berpikir realistis dan lebih bijaksana, sobat.
Kita bisa saja kecewa, tapi kita nggak perlu terus kecewa. Hidup terlalu berharga jika hanya mengikuti perasaan dan hawa nafsu belaka. Isilah hidup dengan banyak kebaikan. Amal shalih kita mungkin belum banyak dan belum berkualitas. Itu sebabnya, daripada gagal move on terus dalam urusan dengan mantanmu, ada baiknya kamu segera berkemas untuk memperbaiki hidupmu. Biarlah, masa lalu sudah lewat. Jangan diulang dengan maksiat. Benahi hari ini dan esok dengan banyak taat.
Jadi sobat, yuk mulai belajar walau berat. Mulai melupakan walau sulit. Mulai memahami bahwa kekecewaan adalah bagian dari ujian agar kamu berani untuk menjadi kuat menghadapinya, karena hidup tak selamanya terus bahagia. Mulai untuk memberikan penghargaan terhadap waktu dan potensi yang kamu miliki sebagai manusia. Jangan munculkan kelemahanmu, tetapi berikan ruang yang lebih besar untuk menunjukkan kekuatan yang kamu miliki.
Posting Komentar