Naik eskalator atau naik tangga bukan suatu hal yang baru kita dengar dalam kehidupan kita. Kalo kita ke mall, supermarket besar, kantor, dan mungkin gedung pemerintahan pasti ada eskalator, tapi juga disediakan tangga.
Jika kita suruh milih jalan yang mudah dan cepat, naik eskalator atau naik tangga? Sudah pasti milih naik eskalator. Lebih cepat dan mudah menaikinya.
Jika kita penulis disuruh yang cepat pastilah pilih eskalator. Karena setiap orang ndak mungkin ingin yang sulit-sulit dalam hidupnya.
Namun, perlu diingat jalan yang mudah ini tak selamanya menguntungkan. Seperti eskalator tadi walaupun mudah, semua orang bisa menaikinya baik mulai anak-anak sampai nenek-nenek. Tapi, secara kenyataan sering juga terjadi kecelakaan eskalator, ada kecelakaan yang sifatnya ringan ada juga yang berat. Kejadian ini dialami, karena eskalator dinaiki orang-orang yang terburu-buru, orang yang belum stabil karena habis terbang jauh, sehingga waktu naik eskalator jatuh bahkan berguling-guling.
Nah, disini kita bisa buktikan dalam menulis yang dianalogikan dengan naik eskalator. Naik eskalator jalannya mudah dan juga cepat tetapi banyak korban yang menaikinya.
Sebagai penulis, yang memilih jalan ini hanyalah penulis yang terburu-buru. Misal ingin cepat populer, mendapatkan penghasilan yang melimpah, sehingga menghalalkan segala cara. Atau penulis yang mengambil jalan ini hanyalah orang yang belum stabil dalam menentukan tujuan sehingga ia linglung dan cepat jatuh.
Naik tangga memang lama, naik tangga memang melelahkan, tapi jika itu satu-satunya jalan yang aman maka kita harus naik tangga bukan eskalator.
Seperti halnya menulis butuh step by step. Untuk meraih tujuan tidak bisa instan langsung jadi. Latihan yang tak kenal lelah dan tak ada libur dalam menulis.
Ketika kita punya niat yang bagus seperti keinginan menulis, harus melatih diri dari sekarang! Ya, sekarang!
Bahkan lagunya grup band GIGI kalo menunda sesuatu itu, berubah pula tujuan, keinginan, dan mungkin juga impian.
"Pagi beriman, sorenya kafir. Sorenya beriman paginya kafir."
Ngeri banget ya syair lagunya. Jadi, intinya kalo kita menunda sesuatu itu, bisa jadi kehilangan kesempatan untuk masuk surga. Karena surga itu hanya akan diraih oleh orang-orang beriman dan tak kenal lelah. Syair lagu di atas, harus jadi peringatan bagi kita untuk tidak menunda sesuatu termasuk menulis. Karena, menunda sesuatu yang baik sama berarti menunda kesuksesan kita. Menunda menulis sama saja mematikan kreativitasnya.
Maka dari itu, dengan tidak menunda menulis, secara otomatis kita akan merutinkan untuk latihan, hingga kita melalui step by step, tidak secara instan seperti naik eskalator. Setuju?
Posting Komentar