Teknologi Nano dalam Api Ibrahim

 

Teknologi Nano dalam Api Ibrahim

Alfi Ummuarifah

Saat nabi Ibrahim berada dalam yang menyala-nyala. Saat turun ayat ini.Allah menarik potensi api yang membakar menjadi sesuatu yang sejuk. Semua di luar nalar manusia. Mari kita simak ayat ini....

 Kami (Allah) berfirman, “Wahai api! Jadilah kamu dingin, dan penyelamat bagi Ibrahim!”

 Orang-orang kafir di Kota Ur dan Kaldea,  melemparkan Ibrahim ke dalam api yang menyala, namun Allah berkehendak menyelamatkan Ibrahim dengan mengubah sifat api. Kami, berfirman kepada api, “Wahai api! Jadilah kamu dingin,” api dikecualikan dari sifatnya yang alamiahnya yang panas dan membakar, tetapi bukan dingin yang membahayakan. Allah melanjutkan firman-Nya kepada api, “Dan jadilah kamu penyelamat bagi Ibrahim dengan menjadi sejuk!” 

Benar,  Ilmu Allah  tak pantas dibandingkan dengan ilmu manusia. Ibarat seluruh air samudera disatukan, berbanding secercah bulir air di paruh burung camar. Pengibaratan ini pun hanya kalau kita terpaksa  harus membandingkan, demi membuat penjelasan masuk akal.

Surat Al Anbiyaa' : 69 yang kita kutip di awal tulisan ini, jelas menjadi tantangan bagi para ilmuwan untuk  bisa memecahkannya.

 

Mengutip  Michel Talbot dalam buku ‘’Mysticism and The NewPhysics’’ Ferdy Novrizal dkk menjelaskan, api dan panas merupakan bentuk energi yang dampaknya dihasilkan akselerasi vibrasi molekul yang akseleratif.

 

Menurut  teori  fisika  baru,  kesadaran  manusia  bisa  mempengaruhi  materi. Dan menurut fisikawan Jack Sarfatti, perilaku acak partikel-partikel dalam gerak brown dapat dipengarui oleh aktivitas manusia atas kemauannya sendiri.

 

Kesadaran dapat menghasilkan sebuah medan biogravitasi yang dapat berinteraksi dan mengubah medan  gravitasi  pengendali materi. Kesadaran inilah yang mengintervensi vibrasi molekul-molekul akselerasi dan menahan peroses nyala api yang normal

.

Memasuki abad ke 21,  kalangan ilmuwan   sepakat, bahwa kemajuan teknologi di dunia masa datang ditopang  oleh tiga teknologi yang saling berhubungan dan saling mempercepat. Yaitu  teknologi informasi dan komunikasi,  rekayasa biologi (bio engineering) dan teknologi nano   (nano technology).

 

Khusus teknologi nano, menjadi fokus perhatian kalangan fisikawan dunia karena berbagai kemungkinan yang dilahirkannya dan diramalkan akan mengubah wajah peradaban manusia. Dengan menciptakan zat hingga berukuran satu per miliar meter (0,000000001 m) sifat dan fungsi zat tersebut bisa diubah sesuai dengan yang diinginkan.

 

Konsep positional assembly dan self replication yang dianut teknologi nano membuka peluang munculnya rekayasa teknologi untuk membuat api yang menyala-nyala menjadi dingin. Dengan kata lain, teknologi nano bisa menarik panasnya api.

Indikasi ke arah tersebut sudah semakin nyata, dengan semakin banyaknya produk produk hasil teknologi nano yang tahan panas/ mengurangi panas yang dilempar oleh kalangan industri  ke pasar.

 Kelak kalau revolusi teknologi nano sudah mencapai puncaknya, kisah seperti yang dialami Nabi Ibrahim AS atau orang berjalan di atas bara api bukan lagi sesuatu yang aneh.

Karena ketika itupun, manusia terbang di udara tanpa mengendarai pesawat  bukan sesuatu yang  mustahil.wallahualam bissawab.

 Namun dalam konsep qodar yang bermakna khosiat atau potensi sustu benda, lain lagi bahasannya. Sebab dalam konsep qodar Allah, saat itu Allah mencabut potensi panas dari api yang menyala  itu.Lalu sejenak  Allah memberikan potensi yang lain yaitu "sejuk dan dingin" pada api tersebut hingga proses pembakaran selesai.

 Saat itu hanya tali pengikat tangan ibrahim saja yang terbakar. Artinya dalam waktu bersamaan api sebagai makhluk Allah tunduk pada Allah. Tunduk juga pada perintah Allah. Karena memang Allah sebagai pencipta itulah fokusnya. Saat Dia berkehendak, tak ada yang bisa menolak.

 Berdasarkan logika ini maka jika kita sebagai makhluk meminta sesuatu kepadaNya termasuk dalam hal mengubah qodar benda, tentu itu mudah bagiNya. Misalkan jika kita meminta pada Allah untuk menghilangkan sel kanker yang merusak tubuh kita hingga tubuh kita sakit, maka itu tak sulit bagiNya. Termasuk penyakit apapun yang kita alami. Tapi bukan itu bahasannya. Sekali lagi bukan itu.

 

Karena yang menjadi fokus bahasan itu adalah saat  Allah menguji hambaNya dengan sakit. Allah memiliki alasan untuk memberikan pertolongan dan cintaNya pada yang sakit. Artinya sakit itu tanda Cinta dari Allah. Saat itu Allah harus mencari alasan untuk menolong hambaNya. Tentu setelah diminta si hamba dalam rintihan, doa,dan tangisan hambanya.

Oleh karena itu saat nabi Ibrahim berdoa saat di bakar. Setelah sebelumnya menolak bantuan  malaikat. Saat itulah tak lama, Allah perintahkan api menjadi sejuk. Jika bukan karena zikir  nabi yunus di dalam perut ikanpun, niscaya nabi yunus tak akan keluar dari perut ikan hingga hari kiamat datang. Alhamdulillah dia dan zikir menyelamatkannya.

 Begitulah, Allah selalu punya alasan untuk menegur hambaNya, agar selalu mengingatnya. Juga agar menolongnya. Sebab Allah tak butuh pertolongan kita. Karena yang membutuhkan pertolonganNya itu justru kita. Ya, kita yang lemah ini. Bersyukurlah saat diberikan ujian. Itu tanda cinta dariNya. Berbahagialah dicintai olehNya. Cinta yang sejati.

 Ya Allah, jika dengan ujian ini kami sekeluarga diuji. Kami rela dan ridho ya Allah. Kami mencintaiMu lebih dari apapun. Berikanlah kami syukur dan sabar tanpa batas. Mudahkan bagi kami untuk melupakan sakitnya ujianMu.

 Jika semua itu dalam rangka  melebur dosa kami, dan kami bersih menghadapMu. Kami ridho ya Allah. Sesungguhnya Engkau maha perkasa dan Maha penyayang. Sayangilah kami sebagaimana Engkau menyayangi nabi Ibrahim kekasihMu. Aamiin.


 

Posting Komentar