Oleh : Alfi Ummuarifah
Beberapa hari ini hujan melanda sejumlah kota di Indonesia. Hujan ini terkadang dianggap musibah atau bencana yang menimpa satu kaum. Misalnya menyebabkan banjir, longsor dan lainnya. Padahal hujan itu tak bersalah. Hujan itu membawa rahmat. Hujan bahkan mengusir syaithan di dalam Al-Quran.
Mari kita lihat tentang ayat-ayat yang membahas tentang hujan.
Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji." (QS Asy-Syuura: 28).
Lihatlah di musim kemarau, orang akan sangat berharap turunnya hujan. Menurut petunjuk Alquran, salah satu penyebab turun hujan adalah iman dan takwa.
Sebagaimana dinyatakan dalam Alquran surah al-A'raf ayat ke-96, yang berbunyi: "Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan."
Para ahli tafsir, seperti Imam ath-Thabari, menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan keberkahan dari langit adalah hujan. Sementara keberkahan dari bumi adalah bermunculannya tumbuh-tumbuhan. Akan tetapi, tumbuhan pun tidak akan muncul tanpa air.
Karena itu, manusia seharusnya meyakini bahwa Allah berkuasa untuk menurunkan hujan. Sebab, mudah bagi Allah SWT untuk menurunkan hujan dengan cara menggiring awan, mengumpulkannya dan menjadikannya hujan.
Allah bukan yang menggiringnya ke arah yang dia kehendaki? Allah juga yang menurunkan sesuai jumlah yang diketahui dan diinginkanya?
Sebagaimana ditegaskan Allah dalam firman-Nya dalam surah Al-A'raf ayat 57. "Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira, mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan), sehingga apabila angin itu membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu. Kemudian Kami tumbuhkan dengan hujan itu berbagai macam buah-buahan."
Apa yang diungkap dalam Alquran tentang hujan juga sejalan dengan ilmu pengetahuan. Dalam Alquran disebutkan, Allah SWT menurunkan air hujan dalam ukuran atau kadar tertentu.
Sebagaimana ayat surah az-Zukhruf yang berbunyi, "Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan), lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati."
Mengutip tulisan Abdul Syukur al-Azizi dalam bukunya berjudul "Islam Itu Ilmiah" menuturkan, bahwa kata 'kadar' yang disebutkan dalam ayat tersebut merujuk pada salah satu karakteristik hujan.
Secara umum, jumlah hujan yang turun ke bumi selalu sama. Diperkirakan sebanyak 16 ton air di bumi dan menguap setiap detiknya.
Jumlah tersebut sama dengan jumlah air yang turun ke bumi setiap detiknya. Dengan demikian, dikatakan bahwa hujan secara terus-menerus beredar dalam sebuah siklus seimbang menurut 'ukuran' tertentu.
Siklus ini tak pernah salah. Maka jika terjadi banjir dan bencana lain yang disebabkan hujan itu berarti ada yang tidak beres. Ada penyerapan tanah terhadap air yang tidak seimbang. Juga ada masalah tumpukan sampah yang menyebabkan dangkalnya permukaan air. Jadi bukan karena jumlah hujan yang terlalu banyak curahnya. Bukan, sekali lagi bukan.
Manusia hendaknya berpikir jika itu masalah yang disebabkan olehnya. Pembangunan infrastruktur yang tidak ramah lingkungan dari sistem kapitalisme mengacaukan ekosistem, mengganggu keseimbangan dan memunculkan masalah baru yang jumlahnya lebih banyak.
Hujan yang turun juga diatur sesuai kadarnya. Dari ketinggian berapa pun hujan turun, kecepatan rata-ratanya hanya sekitar 8-10 km/jam ketika mencapai tanah. Hal ini disebabkan bentuk tetesan hujan yang sangat istimewa.
Ya, tetesan hujan itu istimewa sahabat. Sehingga, air hujan yang turun tidak sampai merusak benda yang ditimpanya.
Selain itu, turunnya air hujan juga memiliki fakta yang menarik lainnya. Pada lapisan atmosteris tempat terjadinya hujan, temperatur bisa saja turun hingga 400 derajat Celcius di bawah nol.
Akan tetapi, dalam kondisi demikian tetesan hujan tidak berubah menjadi partikel es. Sebab, air yang terkandung dalam atmosfer merupakan air murni. Sedangkan air murni hampir tidak membeku pada temperatur yang sangat rendah sekalipun.
Dengan demikian, air hujan diturunkan sesuai kadarnya agar memberikan manfaat bagi makhluk-Nya. Dengan hujan, tumbuhan atau tanaman menjadi subur dan menghasilkan buah yang bermanfaat bagi manusia.
"Dia-lah yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu." (QS an-Nahl:10). Wallahu a'lam bish-showaab.
Posting Komentar