Salah siapa ?

 

Salah siapa ?


Oleh : Nina Herlina Ibrahim

Kasus corona di Indonesia yang pasiennya terus meningkat dan berkembang membuat semua kalangan menjadi kebingungan dan panik.

Rakyat ini terbagi menjadi tiga golongan dalam merespon penyakit ini.

Golongan pertama disebut dengan golongan religius. Mereka terdiri dari sebagian pemuka agama yang lebih percaya Qadla Allah Swt. akan penyakit ini, corona memang ada, tetapi virus tersebut kan ciptaan Allah Swt. juga, kalau terkena dan meninggal, InsyaAllah syahid, tutur mereka. Tapi tidak dibarengi dengan ikhtiar yang maksimal dalam menghadapi virus ini dan tidak mau menjalankan prokes sama sekali.

Termasuk dalam golongan pertama juga, golongan masyarakat yang sama sekali tidak percaya adanya virus ini lantas abai, golongan ini kebanyakan berasal dari masyarakat awam yang tidak mau berfikir dan memang tidak melihat langsung pasien yang terinfeksi.

Golongan kedua adalah golongan politis dan saintis.

Mereka merupakan golongan yang perfeksionis, yang umumnya berasal dari kalangan professional, dokter, nakes, pemerintah yang memandang virus ini sangat berbahaya sehingga mereka mengupayakan segala cara untuk mencegah dan mengobati orang yang terinfeksi virus.

Mereka membuat aturan dalam berinteraksi yang dikenal dengan istilah 3M bahkan 5M dan terus mengedukasi masyarakat agar “aware” dengan virus ini dan menjalankan pola hidup yang baik dan bersih.

Mengingatkan kembali tentang pentingnya olahraga, berjemur, berpikiran yang positif, dan memperhatikan kembali asupan makanan yang bergizi.

Mereka hanya fokus memikirkan regulasi dan edukasi kesehatan, membangun imun untuk meningkatkan kesehatan tapi tidak fokus untuk membangun imun dan meningkatkan keimanan mereka. 

Disamping itu, pihak pemerintah yang dianggap “terlalu santai” dan tidak serius dalam mengatasi virus ini sejak awal, tidak berani lockdown karena alasan ekonomi. Padahal akibat tidak terpusatnya aturan lockdown ini membuat virus semakin berkembang dan menginfeksi ke banyak daerah, yang membuat kerugian semakin meningkat.

Belum lagi  aturan yang tidak serius dan tebang pilih. Test yang sejatinya dilakukan untuk mengetahui tingkat infeksiusitas dari virus ini malah dijadikan sebagai syarat bepergian dan untuk kepentingan kantor saja. Astaghfirullah…

Golongan ketiga adalah golongan ketiganya yaitu religius, saintis dan politis. Mereka memandang virus ini adalah merupakan Qadha dari Allah Swt., untuk menguji tingkat keimanan dan ketaqwaan hambanya, juga ketika bertindak sangat berhati-hati dalam menggunakan data, mereka memperhatikan bagaimana karakter, pola, cara menginfeksi dan pencegahan terhadap virus ini dan ikut aware dan mengedukasi masyarakat supaya tidak abai terhadap virus ini dengan menjalankan prokes dan bergaya hidup yang sehat.

Mereka mengedepankan ikhtiar, sebagai bentuk usaha kita dalam menghindari virus tersebut, jangan sampai kita termasuk bagian orang yang dengan kebodohan kita, dan abai tidak mau menjalani prokes justru malah dzolim terhadap orang lain dan banyak menginfeksi orang.

Disamping meningkatkan kekebalan imun dengan iman, memperbanyak ibadah dan menyebarkan informasi-informasi yang valid yang berguna untuk masyarkat terkait penularan virus ini.   

*****

Perkembangan terbaru yang membuat kita semakin miris adalah saat ini virus corona sudah bermutasi menjadi virus yang semakin “ganas”, artinya semakin menginfeksi banyak orang, corona virus yang sebelumnya hanya menginfeksi 1-3 orang, kini karena sudah semakin bermutasi, virus ini bisa menginfeksi 8 orang sekaligus.

Ahli biologi molekuler, Bapak Ahmad Rusydan mengatakan dalam sebuah seminar online, “virus corona ini mempunyai qadar untuk bermutasi, jadi jangan salahkan virusnya, mereka memang seperti itu karakternya.

Jadi yang salah adalah manusianya, kenapa mereka masih berkerumun, virus itu tidak akan hidup lama, tidak akan berkembang dan tidak akan bermutasi jika tidak ada medianya. Media tersebut adalah manusia, khususnya dalam sistem pernafasannya.

Allah Swt. berfirman :

“Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Janganlah berbuat kerusakan di bumi!” Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan.” (QS. Al Baqarah : 11).

Mutasi tersebut terjadi karena manusia tidak menjalankan ikhtiar dengan maksimal. Kebijakan lockdown juga tidak dijalankan dengan maksimal.

Padahal Rasulullah Saw. bersabda :

“Jika kalian mendengar tentang wabah-wabah di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Tetapi jika terjadi wabah di suatu tempat kalian berada, maka janganlah kalian meninggalkan tempat itu,” (HR. Bukhari dan Muslim).

Sebagai seorang muslim, ketika melihat suatu persoalan seharusnya dia menguapayakan bisa berfikir secara religius, saintis dan politis. Sehingga dapat menyelesaikan secara persoalan secara komprehensif. Tidak berfikir secara berlebihan yang akhirnya membuat dia ketakutan berlebihan dalam menyikapi suatu permasalahan tidak juga pasrah karena semua ini berasal dari Allah dan tentu akan kembali kepada Allah atas kehendakNya.

Posisi manusia sebagai “khalifah fil ardl” lah yang mewajibkannya berfikir secara politis agar keselamatan dan kesejahteraan manusia di muka bumi ini tercipta.  Wallahu ‘alam bish-showwab

Posting Komentar