Alfi Ummuarifah
Sahabat syurgaku, pernahkah engkau
mendengar ruang hampa udara? Ruang yang kosong dari Udara? Apakah udara itu?
Tentu pernah ya. Berbicara ruang hampa
udara ini, berarti kita bicara tentang ruang yang disana tidak ada udara. Ya,
di sana tidak ada udara. Udara adalah sebuah massa yang berisi oksigen, nitrogen dan sebagainya.
Konsep ini menandakan bahwa ada ruang yang
manusia saat itu tak akan bisa hidup di ruangan itu. Ruangan itu
menyebabkan manusia tidak bisa bernafas.
Ruang itu diluar angkasa 100 km dari permukaan bumi dan seterusnya ke atas.
Maha benar Allah atas Kuasanya.
Setiap makhluk hidup terutama manusia
membutuhkan udara agar bisa tetap bernapas dan hidup. Lalu apa yang terjadi jika seseorang berada
di dalam ruang hampa udara tanpa perlindungan?
Berada di dalam ruang hampa udara bisa
menimbulkan banyak bahaya bagi manusia bahkan jika ia hanya berada dalam waktu
beberapa detik saja. Hal ini karena di dalam ruangan tersebut tubuh tidak
mendapatkan pasokan oksigen.
Jika seseorang tidak bisa bernapas akan
menyebabkan kerusakan pada paru-paru. Kondisi ini mungkin akan membuat
seseorang tetap sadar selama beberapa detik sampai akhirnya darah yang tidak
mengandung oksigen tersebut mencapai otak.
Persoalannya darah kita jika tak membawa
oksigen, itu akan menyebabkan kekacauan. Darah kita saat berjalan,khususnya Hb
atau hemoglobin tugasnya membawa oksigen ke seluruh tubuh. Jika oksigen tidak
ada maka rusaklah paru dan tubuh kita. Sementara oksigen itu kita butuhkan
untuk bernafas.
Pada hewan pun oksigen dibutuhkan untuk
bernafas. Maka bayangkanlah dunia ini
sempurna karena ada tumbuhan penghasil oksigen yang dibutuhkan manusia, hewan,
bakteri aerob dan makhluk lainnya.
Bakteri an aerob tidak butuh oksigen. Dia
subur di ruang hampa itu. Maka pembusuk manusia di ruang hampa akan cepat
sekali bekerja. Itulah mengapa manusia akan mati di ruang hampa jika membekali
dirinya dengan oksigen.
Tubuh manusia umumnya tidak akan
kehilangan panas dalam waktu yang cepat, sehingga seseorang masih memiliki
sedikit waktu sebelum akhirnya menjadi beku dan mati. Hal lebih buruk lagi akan
terjadi jika udara dingin dan pengap.
Bahaya yang muncul ketika seseorang berada
di dalam ruang hampa udara bisa ringan, reversibel hingga yang berat dan
ireversibel. Umumnya pembengkakan kulit dan jaringan di bawahnya akan mulai
terjadi setelah terpapar selama 10 detik atau lebih. Bayangkan 10 detik hanya
sanggup bertahan. Setelah itu???
Pada titik-titik tertentu seseorang akan
kehilangan oksigen, dan luka atau cedera yang terjadi semakin banyak. Setelah
1-2 menit seseorang bisa langsung sekarat. Tapi sampai saat ini belum ada batas
yang benar-benar diketahui.
Karenanya bagi seorang astronot yang akan
melakukan perjalanan ke luar angkasa atau saat melakukan pelatihan di ruang
hampa udara, hal penting yang harus dipastikan adalah pakaian luar angkasanya
tidak boleh mengalami kebocoran. Kebocoran pada baju luar angkasa bisa menyebabkan
tubuh terpapar dengan hampa udara tersebut.
Tubuh manusia sebenarnya luar biasa
tangguh, tapi masalah terburuk bisa terjadi apabila ia mengalami kekurangan
oksigen. Jika ia bisa kembali ke atmosfer atau kondisi normal dengan cukup
cepat, maka ia akan bisa bertahan dengan kemungkinan adanya cedera yang
ireversibel (tidak bisa diperbaiki).
Paparan hampa udara tidak hanya terjadi di
ruang antariksa atau luar angkasa, ketika seseorang melakukan penyelaman di
bawah laut atau pendakian juga memiliki risiko tersebut. Hal ini karena pada
titik tertentu seseorang bisa mengalami kekurangan oksigen yang cenderung dapat
merusak paru-paru.
Bicara ruang hampa udara ini, berarti kita
bicara tentang ruang yang disana tidak ada udara.Di sana tidak ada udara yang berisi
oksigen, nitrogen dan sebagainya. Konsep ini menandakan bahwa ada ruang yang
manusia saat itu tak akan bisa hidup di ruangan itu. Ruangan itu
menyebabkan manusia tidak bisa bernafas.
Sahabatku, aku pertama sekali mendengar
inspirasi ayat ini saat mengikuti kajian terakhir bersama guruku ustadz Haris
Mujahid founder PAZ Alkasaw beberapa hari sebelum beliau wafat. Beliau menjelaskan ayat ini saat itu
berdasarkan salah satu tafsir para
Mufassirin.
Ustadz Haris menjelaskan bahwa bagi orang
yang tidak mendapatkan hidayah, dia akan sempit dan sesak dadanya bagaikan
orang yang naik ke langit. Orang yang naik ke langit itu akan menjumpai
sedikitnya oksigen dan dia akan sulit bernafas.
Pada ayat ini terlihat bahwa Allah akan
memberikan keadaan orang yang diberikan hidayah itu sebuah hati yang lapang.
Maka tak usah heran jika orang yang lapang hatinya itu biasanya adalah orang
yang bersih hatinya dari pengotor hati. Dia senantiasa membersihkan
jiwanya(TazkiyatunNafsi).
Berdasarkan hal ini terlihat pentingnya
membersihkan hati agar dadanya lapang dan menjauhi hal yang mengotori hati
sebagai sesuatu yang baik. Hati tak boleh dibiarkan kotor. Sebab itu akan
membuat pemilik hati itu jauh dari Allah.
Inilah ayatku yang berkesan hari ini.
Kudapatkan maknanya dulu saat belajar PAZ dua tahun lalu. Kini kudalami lagi
ayat ini. Terasa getarnya hingga ke dalam jiwaku terdalam. Apalagi jika
mengingat kecerdasan sang guru mendapatkan ilmu dan membagikannya untuk
kemaslahatan manusia di muka bumi.
Termasuk saat menginfakkan dirinya untuk
bahan uji eksperimennya. Bahkan tubuhnya pun dia berikan untuk ummat. QS.Al-anam 125
menyatakannya dengan lugas di sini.
Barangsiapa dikehendaki Allah akan
mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima)
Islam. Dan barangsiapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya
sempit dan sesak, seakan-akan dia (sedang) mendaki ke langit. Demikianlah Allah
menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman. (QS.Al-anam 125)
Tugas para nabi dan pendakwah adalah menyampaikan
pesan-pesan Allah kepada masyarakat. Di antara masyarakat itu ada yang
mendapatkan hidayah dan ada pula yang memilih kekufuran. Hidayah dan kekufuran
adalah hak Allah sebagaimana juga risalah.
Bedanya kalau hidayah itu harus diminta,
sementara risalah adalah anugerah dan pemberian Allah semata kepada seseorang
yang dipilih-Nya.
Barang siapa dikehendaki Allah akan
mendapat hidayah atau petunjuk, Dia akan membukakan dadanya untuk menerima
Islam, yaitu pintu hatinya terbuka untuk menerima Islam atau cahaya yang datang
dari Allah yang dengannya seseorang bisa melihat kebenaran, kemudian mengikuti
kebenaran itu dengan memeluk Islam.
Siapa yang dikehendaki-Nya menjadi sesat,
dengan kesadarannya sendiri dia memilih kekafiran dan meninggalkan kebenaran.
Maka Dia jadikan dadanya sempit dan sesak sehingga tidak ada celah sedikit pun
untuk masuknya kebenaran di hatinya. Seakan-akan dia sedang mendaki ke langit.
Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada
orang-orang yang tidak beriman. Namun demikian, Allah tidak akan menyiksa satu
kaum kecuali setelah diperlihatkan kepada mereka tandatanda kebenaran. Tetapi
mereka secara sadar enggan menerimanya.
Jika ada orang yang berjiwa besar dan
terbuka hatinya untuk menerima kebenaran agama Islam, maka yang demikian itu
disebabkan karena Allah hendak memberikan petunjuk kepadanya.
Oleh karena itu, dadanya menjadi lapang
untuk menerima semua ajaran Islam, baik berupa perintah maupun larangan.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah pernah
ditanya tentang "kelapangan dada" yang dimaksud dalam ayat ini, lalu
beliau menjawab, "Itulah gambaran cahaya Ilahi yang menyinari hati orang
mukmin, sehingga menjadi lapanglah dadanya."
Para sahabat bertanya lagi, "Apakah yang
demikian itu ada tanda-tandanya?" Nabi saw menjawab, "Ada tanda-tandanya,
yaitu selalu condong kepada akhirat, selalu menjauhkan diri dari tipu daya
dunia dan selalu bersiap-siap untuk menghadapi kematian." (Riwayat Ibnu
Abi Hatim dari Abdullah bin Mas'ud)
Jika demikian sifat-sifat orang mukmin
yang berlapang dada disebabkan oleh cahaya iman yang masuk ke dalam hatinya,
maka sebaliknya orang yang dikehendaki Allah untuk hidup dalam kesesatan,
dadanya dijadikan sesak dan sempit seolah-olah ia sedang naik ke langit yang
hampa udara.
Apabila ia diajak untuk berfikir tentang
kebenaran dan tafakur tentang tanda-tanda keesaan Allah, maka disebabkan oleh
kesombongan dalam hatinya, ia menolak karena perbuatan itu tidak sesuai dengan
hawa nafsunya.
Hasrat untuk mengikuti kebenaran
melemah.Setiap anjuran agama dirasakannya sebagai suatu beban yang berat yang
tidak dapat dipikulnya.
Gambaran orang serupa itu adalah seperti
orang yang sedang naik ke langit. Semakin tinggi ia naik, semakin sesak
nafasnya karena kehabisan oksigen, sehingga ia terpaksa turun kembali untuk
menghindarkan diri dari kebinasaan.
Dalam ayat ini, Allah memberikan sebuah
perumpamaan, agar benar-benar diresapi dengan perasaan yang jernih.
Demikianlah Allah menjadikan kesempitan
dalam hati orang-orang yang tidak beriman, karena kekafiran itu seperti kotoran
yang menutup hati mereka, sehingga ia tidak menerima kebenaran.
Posting Komentar