Oleh : Lilik Yani
Ketika mendengar kata manna dan salwa apa yang kita ingat? Makanan yang disebut dalam Al-Qur'an, diperuntukkan kaum Nabi Musa.
Dikisahkan ada serombongan orang dari Bani Israil berada di gurun pasir. Mereka berjalan sangat jauh, tetapi tidak sampai-sampai ke tujuan. Sengaja Allah membuat seperti itu akibat pembangkangan mereka kepada Allah dan RasulNya. Bahkan mereka berputar-putar di situ saja sehingga kelaparan dan meminta makanan kepada Nabi Musa.
"Duhai Musa, berdoalah kepada Tuhanmu agar Dia memberi makanan kepada kami." Maka Allah memberi mereka manna dan salwa. Ini adalah makanan yang baik dengan komposisi gizi seimbang, yang tercatat dalam Al-Qur'an.
"Dan Kami menaungi kamu dengan awan, dan Kami menurunkan kepadamu mann dan salwa. Makanlah (makanan) yang baik-baik dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu. Mereka tidak menzhalimi Kami, tetapi justru merekalah yang menzhalimi diri sendiri." (QS Al-Baqarah : 57)
Manna adalah makanan manis seperti madu merupakan makanan yang mengandung vitamin, mineral, dan protein, di samping karbohidrat, juga zat-zat yang memiliki unsur-unsur pengobatan.
Sedangkan salwa adalah burung sebangsa puyuh, memiliki gizi berupa protein dan lemak hewani. Jika burung tersebut adalah jenis burung yang lincah maka lemak yang dihasilkannya adalah lemak yang baik dan sehat. Identik kita yang suka berolahraga maka lemak jahat tak mau ngendon berada dalam tubuh.
Nikmat luar biasa dari Allah untuk kaum Yahudi, namun mereka tak cukup puas dengan nikmat tersebut. Mereka tak bersyukur bahkan sebagian merasa bosan dengan makanan lezat bergizi tinggi itu.
Kaum Nabi Musa yang terkenal membangkang itu minta agar Nabi Musa memohon kepada Rabb-nya untuk diberikan makanan jenis lain yang dianggapnya lebih lezat dan nikmat. Makanan jenis apa saja yang diminta kaum Nabi Yahudi?
Semua tersebut dalam ayat Al-Qur'an sebagai berikut :
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata, "Wahai Musa! Kami tidak tahan hanya (makan) dengan satu macam makanan saja, maka mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia memberi kami apa yang ditumbuhkan bumi, seperti: sayur-mayur, mentimun, bawang putih, kacang adas dan bawang merah."
Dia (Musa) menjawab, "Apakah kamu meminta sesuatu yang buruk sebagai ganti dari sesuatu yang baik? Pergilah ke suatu kota, pasti kamu akan memperoleh apa yang kamu minta." Kemudian mereka ditimpa kenistaan dan kemiskinan, dan mereka (kembali) mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas. (QS Al-Baqarah : 61)
Dalam ayat tersebut Nabi Musa mengingatkan, "Apakah kamu mau mengambil sesuatu yang buruk sebagai ganti dari sesuatu yang baik?" Padahal manna dan Salwa memiliki komposisi gizi jauh lebih baik daripada jenis makanan yang mereka minta.
Sayuran yang dimasak maupun yang mentah bagi tubuh manusia hanya sebagai penyumbang serat makanan. Jika ada mineral dan vitamin dalam sayuran, komposisi masih lebih kecil dibanding protein dan lemak hewani.
Jenis makanan terbanyak yang dibutuhkan manusia modern saat ini dari sayuran adalah serat. Serat berfungsi untuk pencernaan tubuh manusia. Namun bagi manusia yang pola makannya sesuai dengan sunnah, mereka hanya membutuhkan serat secukupnya saja.
Fungsi serat makanan untuk pencernaan sebagian bisa digantikan oleh manna yang mengandung madu. Rasulullah Saw menyebutkan bahwa madu bermanfaat untuk perut atau pencernaan yang bermasalah, salah satu masalah tersebut adalah sembelit.
Bawang merah dan bawang putih yang diminta kaum Nabi Musa, fungsinya hanya sebagai perasa atau bumbu untuk masakan. Sedangkan Rasulullah Saw memasukkan bawang merah dalam kategori makruh, jika dikonsumsi dalam keadaan mentah.
MasyaAllah, luar biasa kekuasaan Allah. Padahal saat itu belum ada penelitian tentang gizi dari suatu makanan. Namun pilihan Allah adalah yang terbaik. Maka tugas kita hanyalah bersyukur penuh ketundukan atas semua karunia Allah. Jika demikian, masihkah ingin meminta lebih dari apa yang dikaruniakan Allah? Wallahu a'lam bish shawwab
Posting Komentar