Oleh : Nina Herlina Ibrahim
Pernah mendengar bumi berbicara? Ya
berbicranya bumi memang tidak seperti manusia yang bisa bercakap-cakap dengan
sesamanya. Berkomunikasi dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
Berbicaranya bumi adalah dengan
mengeluarkan suara infrasonik yang frekuensinya kurang dari 20 Hz. Artinya
terjadi 20 getaran dalam satu detik. Dan
suara ini tidak dapat di dengar oleh manusia. Yang dapat mendengar bunyi ini
hanya hewan tertentu sepeprti gajah, anjing dan ikan.
Hanya saja ketika bumi sudah mulai
berbicara maka itu ancaman bagi keselamatan manusia. Berarti bumi sedang
melakukan aktivitas geologinya di pusat bumi. Selanjutnya akan terjadi bencana
gempa, gunung meletus atau tsunami yang menimpa.
Itulah mengapa sesaat sebelum terjadi
bencana-bencana tersebut, ada banyak tanda-tanda yang terbaca bagi orang-orang
yang memperhatikannya.
Misalnya sebelum tsunami 2004 silam.
Anjing dan gajah bersuara gaduh. Ikan-ikan pun banyak yang terdampar di pantai.
Tsunami kemungkinan terjadi jika terjadi
gempa besar atau pergeseran lempengan.
Begitu juga ketika gunung akan meletus.
Bumi akan mengeluarkan bunyi infrasoniknya yang dapat di dengar hewan-hewan
yang ada di sekitar gunung. Maka mereka berbondong-bondong “turun gunung”
sebelum gunung benar-benar meletus. Suara yang terdengar sebelum gunung meletus
ini berasal dari tekanan fluida (berupa gas, uap air atau magma) yang mendorong
sumbat gunung. Tekanan ini masih bisa ditahan karena batuan juga memiliki daya
elastisitas. Ketika ditekan, batu akan melentur, sebelum pada suatu titik akan
jebol juga. Dan blaarr….gunungpun meletus.
Fenomena bumi berbicara ini, telah
dikabarkan oleh Allah dalam firmanNya :
ثُمَّ
اسۡتَـوٰۤى اِلَى السَّمَآءِ وَهِىَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلۡاَرۡضِ ائۡتِيَا
طَوۡعًا اَوۡ كَرۡهًا ؕ قَالَتَاۤ اَتَيۡنَا طَآٮِٕعِيۡنَ
Kemudian Dia menuju ke langit dan (langit)
itu masih berupa asap, lalu Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi,
"Datanglah kamu berdua menurut perintah-Ku dengan patuh atau
terpaksa." Keduanya menjawab, "Kami datang dengan patuh." (QS. Fussilat : 11)
Dalam ayat ini digambarkan bahwa Allah
berbicara dengan langit dan bumi. Bumi mematuhi perintah Allah dengan suka
rela. Tidak ada kata terpaksa. Begitu juga ketika bumi berbicara saat akan
memperingatkan manusia akan datangnya bencana. Semua itu merupakan pertanda.
Agar manusia mampu memikirkannya dan mengikuti ketundukkan bumi kepada Rabbnya.
Sayangnya, tidak semua manusia mempu
memikirkannya. Saat bumi berbicara, dengan mengeluarkan tanda-tanda
kehidupannya, sesaat kemudian bencana melanda, manusia tetap kukuh pada
kemaksiyatannya. Tetap jauh dengan syariahNya. Tanpa mau berpikir, tanpa mau
merenung, apalagi hingga kembali kepada aturanNya.
Sungguh bumi adalah makhluk ciptaanNya
yang senantiasa tunduk dan patuh pada perintahNya. Yang selalu beredar dan
bergerak sesuai dengan aturanNya. Tak mampu mengelak bahkan melanggar
aturanNya. Inilah tanda-tanda alam yang harus kita pikirkan. Tanda-tanda
kebesaran Allah yang tak akan mampu kita sangkal. Sebaliknya, seharusnya
sebagai makhluk yang berakal, menjadikan kita semakin tunduk dan taat pada
aturan Sang Pemilik Kehidupan.
Posting Komentar