Oleh : Nina Herlina Ibrahim
Pernahkah terbersit pertanyaan seperti ini? Barangkali kita yang sudah banyak belajar sains akan bisa menjawabnya dengan tepat bahwa bumi itu bulat. Bagaimana dengan anak-anak yang masih menangkap informasi sesuai dengan fakta yang ada di depannya?
Berkali-kali anak-anak bertanya, “Mik, bumi itu bulat ya mik? Tapi kok kita ga jatuh ya? Bukankah kita tinggal di bumi?”. Hayooo lo bagaimna menjelaskannya?
Saat belajar tata surya tentang planet-planet, mereka paham jika bumi adalah salah satu planet dan bentuknya bulat atau lebih tepatnya elips. Mengelilingi matahari. Hanya saja fakta bahwa mereka bisa berjalan dengan tenang di daratan, tak merasakan perputaran bumi, ga jatuh padahal dalam logika mereka barangkali jika bumi berputar dan bentuknya bulat, maka suatu saat kita ada di bawah dan memungkinkan kita terjungkal. Jatuh dan keluar dari peredaran bumi.
Memang proses talaqiyan fikriyyan harus dihadirkan dalam konsep belajar anak. Sehingga mereka bisa memahami realita dengan benar. Mengapa kita hanya bisa merasakan bahwa bumi itu berupa hamparan? Bahwa bumi itu datar?
Karena jarak pandang manusia yang terbatas. Ya manusia meski memilki akal yang sempurna dan bisa memikirkan berbagai hal, tetapi indranya sangat lemah dan terbatas. Terbatas hanya dalam jarak tertentu kita bisa memandang di depan kita. Belum lagi yang mengalami gangguan penglihatan macam rabun jauh dan rabun dekat. He he penglihatan pasti semakin terbatas.
Seperti hal nya ketika jauh mata memandang ke lautan lepas. Apakah kita bisa menemukan ujungnya? Apakah bentuknya datar lurus-lurus saja?
Ternyata tidak. Lautan seperti tak berujung. Bentuknya pun cembung bukan datar. Inilah salah satu bukti yang menunjukkan bahwa bumi kita bulat. Apalagi jika kita lihat perahu nelayan misalnya. Tiba-tiba akan hilang seperti tertelan laut. Atau tiba-tiba muncul menuju pantai dimana kita berdiri.
Bahkan beberapa ilmuwan pun sebenarnya juga sudah bisa memfoto dan menjadi bukti bahwa bumi itu bulat. Juga sudah ada beberapa ilumwan muslim yang berhasil membuat tiruan bumi atau globe. Salah satunya adalah Al Idrisi dari Andalusia yang berhasil membuat globe dari perak dengan berat 400 kg. Dalam globe itu Al Idrisi sekaligus melengkapinya dengan jalur perdagangan, danau, sungai, kota-kota utama, daratan serta gunung-gunung.
Nah jadi sudah cukup bukti kan ya bahwa bumi itu bulat? Tak usah diraukan lagi. Dan semoga dengan memperhatikan bukti sederhana tadi bisa menguatkan mafhum Ananda. Sekaligus menyadarkan tentang betapa lemah dan terbatasnya pandangan manusia. Yang hanya mampu melihat sebagian kecil dari bumi yang ada yang berbentuk hamparan. Allah pun telah menyampaikan berita itu dalam firmanNya :
Dan setelah itu bumi Dia hamparkan. (QS. An-Nazi'at : 30)
(Dialah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (QS. Al-Baqarah : 22)
Dari ayat ini kita tahu bahwa memang Allah lah yang menjadikan bumi itu seperti hamparan agar manusia merasa nyaman tinggal di dalamNya. Bukan berarti ayat ini sebagai dalil bahwa bumi itu datar.
Justru dari ayat ini seharusnya menguatkan kita bahwa manusia itu penuh dengan kelemahan. Jika bukan karena pertolongan dan kemurahan Allah, maka tak mungkin kita bisa menikmati hidup di bumi yang bentuknya bulat. Jika bukan karena pertolongan dan kemurahan Allah, menjadikan pandangan kita lemah dan terbatas, maka bisa jadi hidup kita akan was-was. Melihat bumi dengan bentuknya yang bulat. Merasakan dan memperhatikan akan berputar bersama bumi dan kemungkinan terjungkal dari peredaran bumi.
Allah, Allah yang berkehendak. Memperlihatkan kita bumi sebagai hamparan. Yang dengannya kita bisa hidup tenang. Yang dengannya seharusnya semakin iman. Yang dengannya seharusnya semakin tertanam keimanan dan ketaatan. Pada Allah pemilik kehidupan.
Posting Komentar