Allah Pemilik Arah Mata Angin

 

Allah Pemilik Arah Mata Angin

Alfi Ummuarifah 

Ayat pertama juz kedua ini sungguh menggodaku. Aku penasaran dengan maksudnya. Ternyata Allah hendak minta kepatuhan hamba-Nya. Patuh menghadap saat ibadah kemanapun yang diperintahkannya.


Selama di Makkah Rasulullah dan para sahabat menghadap Utara yaitu Baitul Maqdis Palestina. 


Nah, saat Allah memindah kiblat ke arah Makkah yaitu arah lain dari yang sebelumnya, orang-orang pandir itu marah. 


Mereka menuhankan arah, padahal tak ada yang spesial dari semua  arah itu. Semua arah itu kepunyaan Allah. Terserah Allah mau mengubah dan megngganti arah yang mana. Sebab Dia Allah pemilik seluruh bumi ini. 


Orang-orang yang kurang akal di antara manusia akan berkata, "Apakah yang memalingkan mereka (Muslim) dari kiblat yang dahulu mereka (berkiblat) kepadanya?" Katakanlah (Muhammad), "Milik Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus."


Pada saat Nabi berhijrah ke Madinah, beliau dan para sahabatnya selama 16 sampai 17 bulan melaksanakan salat menghadap ke Baitulmakdis.


Lalu  pada Rajab tahun ke-2 Hijriah, Allah memerintahkan Nabi untuk menghadap ke Masjidil Haram di Mekah. 


Tentang hal ini orang yang kurang akal di antara manusia, yakni sebagian orang pandir itu mereka mengolok-olok Nabi dan kaum mukmin dengan berkata, "Apakah yang memalingkan mereka, yakni kaum muslim, dari kiblat yang dahulu mereka berkiblat kepadanya?"

Lalu wahyu pun turun kepada Nabi Muhammad untuk menjawab mereka.


Katakanlah, wahai Rasul, "Milik Allah-lah timur dan barat. Allah berhak untuk menyuruh hamba-Nya menghadap ke arah mana saja, apakah ke arah timur atau barat, karena semua arah adalah milik Allah.


Mereka yang beriman dengan benar akan mengikuti seluruh perintah Allah. Mereka itulah yang mendapat petunjuk dari Allah. 


Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus." Allah yang paling mengetahui siapa yang pantas untuk mendapat petunjuk itu.


Rasulullah setelah berada di Medinah hanya menghadap Baitulmakdis ketika salat. Hal itu berlangsung selama 16 bulan, dan beliau berdoa agar Allah menetapkan Ka'bah menjadi kiblat, sebagai pengganti Baitulmakdis.


Beliau menengadahkan wajahnya ke langit, menantikan wahyu dari Allah swt dengan penuh harapan, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, sebagai salah seorang hamba Allah yang berbudi luhur dan berserah diri kepada-Nya.


 Tidak lama kemudian, turunlah ayat ini yang memerintahkan perpindahan kiblat dari Baitulmakdis ke Ka'bah. Ayat ini diturunkan pada bulan Rajab tahun kedua Hijri. 

Ayat ini sekaligus merupakan jawaban terhadap ejekan kaum musyrikin dan keingkaran orang-orang Kafir itu serta kaum munafik atas perpindahan kiblat tersebut.

Orang yang mengingkari dan mengejek perpindahan kiblat ini dinamakan sebagai "orang yang kurang akal" (sufaha'/pandir). Mereka mencela padahal tidak mengetahui persoalan-persoalan yang pokok dalam masalah perpindahan kiblat itu. 


Mereka tidak menyadari, bahwa arah yang empat, yaitu timur, barat, utara dan selatan, semuanya adalah kepunyaan Allah Swt. 


Tidak ada keistimewaan yang satu terhadap yang lain. Dengan demikian, apabila Allah memerintahkan hamba-Nya menghadap ke satu arah dalam salat, maka hal ini bukanlah disebabkan karena arah tersebut lebih mulia dari yang lain. Melainkan semata-mata untuk menguji kepatuhan mereka kepada perintah dan peraturan-Nya.


Kaum kafir dan orang munafik yang mengingkari perpindahan kiblat tersebut. Allah menyebut  sebagai "orang yang kurang akal" (pandir). 


Mereka menanyakan alasan perpindahan itu. Nabi Muhammad saw diperintahkan Allah untuk memberikan jawaban kepada kami dengan mengatakan bahwa semua arah kepunyaan Allah.


Apabila Dia menentukan kiblat bagi kaum Muslimin, maka hal itu adalah untuk mempersatukan mereka dalam beribadah.


Hanya saja orang yang kurang akal telah menjadikan batu-batu dan bangunan-bangunan tersebut sebagai keyakinan baru.


Padahal, kelebihan dan keutamaan sesuatu arah bukanlah karena zatnya sendiri. Melainkan karena ia telah dipilih dan ditentukan Allah Swt.


Kota Makkah terletak sekitar 600 km sebelah selatan kota Madinah. Kurang lebih 200 km sebelah timur laut kota Jeddah. Kota ini merupakan lembah kering, dikelilingi pegunungan karang yang tandus dengan bangunan Ka'bah sebagai pusatnya.


Maka saat Nabi berada di Madinah, mereka sholat menghadap kiblat ke arah Makkah atau selatan. Sementara kita yang ada di Indonesia memposisikan Mekkah itu sebagai arah Barat laut.


Intinya di manapun kita berpijak, kita akan menjadikan pusat kiblat kita itu adalah kota Mekkah. Sebab Mekkah yang Allah jadikan sebagai arah ibadah sholat bagi seluruh umat manusia di buminya ini. 


Nah, oleh karena itu kewajiban bagi kita untuk mengetahui dimana arah mata angin itu. Caranya dengan melihat matahari dimana terbitnya. Berdasarkan hal ini arah mata angin ditentukan oleh matahari. Sebagaimana kiamat pun Rasulullah bersabda, "Tidak akan terjadi kiamat sehingga matahari terbit dari sebelah barat, jika ia telah terbit, lalu manusia menyaksikannya, maka semua orang akan beriman, ketika itu tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya".


Kota Makkah terletak sekitar 600 km sebelah selatan kota Madinah, kurang lebih 200 km sebelah timur laut kota Jeddah. Kota ini merupakan lembah kering, dikelilingi pegunungan karang yang tandus dengan bangunan Ka'bah sebagai pusatnya.


Demikianlah Allah ciptakan matahari dan pengaruhnya dalam menghangatkan bumi. Juga sebagai penunjuk arah dalam mendukung seseorang menentukan arah sholat. Mengapa orang pandir kafir itu masih menggugat? 


Posting Komentar