Seni Bertengkar Suami Istri untuk Mengharmoniskan Rumah Tangga

 

Seni Bertengkar Suami Istri  Untuk Mengharmoniskan  Rumah Tangga




Oleh : Widhy Lutfiah Marha

Pernikahan adalah suatu perjanjian sakral antara dua insan, yang menyebabkan keduanya memiliki hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Keberadaannya dibangun atas dasar cinta kasih, dengan tujuan mulia yakni sebuah tatanan hidup rumah tangga yang harmonis. Pernikahan haruslah diawali dengan niat yang baik, yang kemudian dilanjutkan dengan upaya-upaya keras untuk dapat mewujudkan harapan inti sebuah pernikahan, yakni kebahagiaan rumah tangga lahir dan batin.

Pernikahan bukan sekedar tanda pengikat dua insan yang saling mencintai. Dalam pernikahan harus ada usaha bersama untuk menciptakan keharmonisan keluarga. Keharmonisan keluarga sangat berpengaruh dalam pemenuhan kebutuhan keluarga, baik emosional, material, ataupun spiritual.


Ibarat hati, pernikahan memiliki berbagai rasa yang tak menentu, kadang marah, bahagia, sedih, kecewa, bangga, dan puluhan rasa lainnya. Sulitnya menjaga suasana hati, sesulit itu pula menjaga pernikahan. Tapi, sesulit apapun itu, jika suami atau istri mengupayakan untuk terwujud, maka mereka akan memperoleh kebahagiaan dan ketenteraman lahir batin.

Sepasang suami istri yang telah memutuskan menikah adalah mereka yang harus siap menghadapi perjalanan kehidupan selanjutnya dengan saling bergandengan tangan, saling melengkapi kebutuhan, memaklumi kekurangan, saling menghargai satu sama lain, dan tentu saja yang terpenting saling mencintai karena iman. Tanpa kesadaran itu, pernikahan yang dibangun akan menuai masalah.

Jadi, idealnya sebuah pernikahan adalah sebuah proses hidup yang dipenuhi dengan kebahagiaan, mengingat kehidupan itu dibangun oleh dua insan yang saling mencintai, tapi jangan keliru, kebahagiaan itu dapat diraih dengan berbagai cara. Artinya tidak selalu semua hal yang lurus dan lancar akan ada kebahagiaan di sana. Bisa saja, ketika sepasang suami istri yang dalam perjalanan pernikahannya selalu mulus (tidak ada kendala materiil maupun moril), mengalami kebosanan. Kebosanan itu bisa terjadi akibat kehidupan yang monoton, tak ada tantangan-tantangan yang melatih mental hubungan suami istri. Sebaliknya, sepasang suami istri yang dalam kehidupan rumah tangga mereka selalu diterpa badai masalah, justru semakin kuat mental hubungan keduanya.


Jadi, pada dasarnya tidak ada pernikahan yang sempurna. Tidak ada pernikahan yang bebas dari masalah. Misalnya saja masalah pertengkaran. Dan yang pasti, dalam kehidupan berumah tangga terjadinya pertengkaran memang sulit untuk dihindari. Ada saja kejadian yang membuat kesal, entah tentang masalah keuangan, pengasuhan anak, cara bersikap ataupun seksualitas. Ketidakcocokan cara hidup suami istri ini kerap menimbulkan konflik, yang jika tidak segera diatasi, akan berdampak buruk pada stabilitas rumah tangga. 


Tetapi, benarkah bertengkar adalah wujud tidak sehatnya suatu pernikahan? Benarkah bertengkar adalah kegiatan negatif yang selalu berpengaruh buruk pada kelangsungan rumah tangga? Apakah benar, rumah tangga yang di dalamnya terjadi pertengkaran, kemudian akan mengalami kehancuran?


Bertengkar itu sah-sah saja. Bertengkar juga bukan pertanda tidak sehatnya suatu pernikahan. Sebaliknya, banyak peneliti mengatakan bahwa bertengkar dapat mengharmoniskan rumah tangga. Justru, rumah tangga tanpa pertengkaran adalah rumah tangga yang perjalanannya tidak baik dan tidak sehat, bahkan membosankan.


Bertengkar menjadi hal yang positif jika suami istri mampu mengelola pertengkaran tersebut menjadi sebuah proses pendewasaan dan instropeksi diri. Mereka yang dinyatakan bahagia adalah bukan mereka yang dalam rumah tangganya tidak pernah bertengkar, melainkan mereka yang mampu mengelola pertengkaran itu dengan baik. 


Bertengkarpun ada seninya. Bertengkar jangan hanya sekedar meluapkan emosi dan dengan suara keras menggelegar. Tetapi tetap tenang dan tidak panik dalam menghadapi badai permasalahan apapun. Kalaupun pertengkaran sudah terlanjur terjadi, pikirkanlah langkah-langkah penyelesaian yang tepat sampai dengan bagaimana cara memperlakukan pasangan pasca pertengkaran. Oleh karena itu, agar tidak berdampak fatal kuasailah seni bertengkar yang tetap diselimuti dengan kasih sayang.


Untuk itu, pertengkaran hendaknya sepasang suami istri saling berusaha keras untuk mempertahankan kelanggengan rumah tangga mereka. Karena  siapa saja memang berpotensi menyakiti, bahkan pada pasangan hidup yang sangat dicintainya. Jadi, ketika suami atau istri menyakiti pasangannya sebenarnya hal tersebut bukanlah sebuah peristiwa yang aneh. Lantaran keduanya adalah manusia, yang tak akan pernah terhindar dari dosa dan salah. Jadi, jangan menganggap bahwa seseorang yang jatuh cinta dapat mencegah terjadinya sakit hati. Orang bijak berkata , berani jatuh cinta maka harus berani terluka. Tidak perlu takut pada yang namanya bertengkar, terluka atau sakit hati. Sebab peristiwa-peristiwa itu justru akan menjadi motivasi hidup seseorang untuk menjadi lebih baik lagi.


Tidak mudah memang untuk mewujudkan tujuan pernikahan yang mulia. Namun, kita juga tidak perlu pesimis. Banyak pasangan suami istri yang berhasil menggenggam tujuan pernikahan mereka. Banyak juga kisah-kisah kehidupan rumah tangga mereka yang penuh cinta menjadi fenomenal dan abadi. Mereka yang berhasil membawa rumah tangga pada kebahagiaan hakiki adalah mereka yang menghargai pernikahan mereka. Penghargaan mereka ini dilakukan dengan cara menyemai cinta setiap saat. Jadi, bahagia tidaknya suatu pasangan suami istri dalam pernikahan mereka, sangat tergantung bagaimana kebijaksanaan keduanya dalam menyikapi setiap persoalan yang datang dalam rumah tangga.


Terima kasih telah mengunjungi Medandakwah.com! Kami mengundang Anda untuk menulis dan mempublikasikan artikel op-ed/opini Anda bersama Kontributor Medan Dakwah Lainnya

Posting Komentar