Insprasi Uniknya Hidup Kita

  

Uniknya Hidup Kita



Sobat, kalau kita bandingkan makhluk yang masih hidup dengan yang udah mati, pastinya gampang banget ya. Makhluk hidup tentu menunjukkan tanda-tanda kehidupannya seperti bergerak, berkembang biak, mencari makan, menyayangi anak atau orang tua, berinteraksi dan beristirahat. Sebaliknya kalau makhluk mati tidak ada tanda-tanda kehidupan, ya karena mati atau yang sudah wafat bin koit. Ini terjadi pada manusia juga hewan.

Manusia dan hewan, meski sama-sama makhluk hidup kehidupan manusia dan hewan punya perbedaan. Emang sih ada aja sebagian manusia yang nyontek abis cara hidup hewan. Tapi bukan tergolong anak buahnya Sumanto yang punya hobi makan manusia atau bukan pula Sukamto alias kepanjangan dari suka kambing tok. Hehe. 

Yang punya nama Sukamto jangan ge er ya! Secara fisik dan biologis layaknya manusia biasa, tapi tingkah lakunya selalu ngikutin hawa nafsu, melakukan aktivitas sesuka hati tanpa aturan, atau dia menjalankan hidup cuma sekedar formalitas. Orang Jawa bilang “gawe genep-genep urip” (buat menggenapi hidup. Kalau kayak gini bisa jadi nggak jauh dengan kehidupan hewan.

Nah, mereka yang pola hidupnya ngikutin hawa nafsu alias doyan maksiat, nggak usah protes kalau disamain dengan hewan. Karena yang kasih label bukan kita lho. Tapi  Allah sendiri dalam firman-Nya: “Dan sesungguhnya kami jadikan untuk isi neraka jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah dan mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, dan mereka mempunyai telinga , tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar ayat-ayat Allah. 

Mereka itu sebagai binatang ternak bahkan lebih sesat lagi, mereka itu adalah orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raf: 179)


Imam Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya: “Allah menyediakan jahanam bagi manusia yang melakukan perbuatan-perbuatan penghuni jahanam, ya siapa saja yang tidak mempergunakan akal dan pikirannya untuk mengkaji, melihat dan mencari kebenaran dalam nash-nash Al-Qur’an dan As-Sunah niscaya ia akan seperti hewan.”

Atau firman-Nya yang lain dalam surat Al-Ahqaf ayat 26, yang artinya: “Orang yang tidak memahami, tidak tunduk, tidak patuh kepada wahyu-Nya disebut hewan bahkan lebih rendah lagi.”

Sobat, kalau kita merasa beda dengan ayam, kucing, semut dan sebangsa hewan lainnya, tunjukin yuk kalau kita manusia yang punya akal untuk mengendalikan hawa nafsu. Kita adalah makhluk terbaik yang Allah Swt ciptakan. Seperti ditegaskan dalam surat ath-Thiin ayat 5, Allah berfirman yang artinya: “Sungguh telah Aku ciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” Tafsir ayat ini menunjukkan bahwa maksud dari bentuk yang sebaik-baiknya adalah karena pada diri manusia dikasih karunia akal. Karena akal manusia melakukan proses berpikir, sehingga dia bisa berinovasi dan mengembangkan terus hidupnya.

Nggak heran kalau dari tahun ke tahun, zaman ke zaman, perubahan lingkungan tempat hidup manusia tak bisa dibendung. Dari zaman Hp al jaduli sampai zaman 4G dan 5G. berbagai inovasi hasil kerja manusia datang silih berganti. Dulu manusia masih suka pindah-pindah tempat tinggal, hingga seiring berjalannya waktu, kini manusia udah bisa bikin rumah mulai dari yang sederhana sampai yang luar biasa bak istana.

 Dari tipe rumah sederhana sempit sekali sampai rumah setaraf hotel bintang lima. Dulu orang untuk naik ke tingkat yang lebih atas dari sebuah gedung mesti pake tangga. Kini pemikiran manusia berkembang, maka diciptakanlah lift atau escalator. Untuk pergi ke tempat jauh dulu butuh waktu berhari-hari. Tapi sekarang manusia udah bisa bikin pesawat, sehingga jarak ratusan kilometer atau  ribuan bisa ditempuh dalam hitungan jam bahkan menit. Itulah hebatnya manusia. Sementara binatang dengan keterbatasan akalnya hidup sekedar mempertahankan diri sesuai naluri. Makan, minum, tidur, beranak, berantem, atau ngasuh anaknya, semua berjalan dengan pola yang sama.

Coba bandingkan antara manusia dengan kera yang keduanya doyan pisang. Dari zaman nenek moyangnya kera ampe zaman cicit buyutnya, mereka doyan pisang matang. Tinggal buka kulitnya, langsung lups…lups…lups! Tentu beda dengan manusia ketika dia dikasih pisang, dia bisa berinovasi dengan modal akal yang dimiliki dalam memodifikasi pisang menjadi berbagai macam kuliner. Ada pisang goreng, selai pisang, nugget pisang, molen pisang, kolak pisang, roti pisang, bahlan kulitnya pisang pun bisa jadi keripik kulit pisang. Tuh gimana nggak rakusnya manusia. Hehe. Mulai dari isi, daging, bunga, buah dan kulitnya juga diembat.

Jadi, kalau kita merasa berbeda dengan hewan dan kaumnya. Kita tunjukkan yuk akal kita! Jangan dibiarkan original aja. Pake buat mikir untuk menemukan kebenaran dan berinovasi sehingga kita bisa memanfaatkan sarana dan prasarana untuk memenuhi kebutuhan hidup. Karena yang membedakan manusia dengan hewan adalah keberadaan akal itu sendiri. Dan kalau akal yang udah kita punya ini nggak kita pake dari bayi sampai mati, berarti kita kagak ada bedanya dengan hewan. Ups mau?

Posting Komentar