Generasi peradaban pernah muncul di tengah-tengah umat, membawa Islam dan ilmu pengetahuan dalam membangun peradaban emas yang gemilang. Karakteristik seorang pemimpin dan generasi muda pembangun peradaban adalah orang-orang yang lahir dari keluarga-keluarga muslim yang mendidik anak-anaknya sesuai dengan metode pendidikan ala Rasulullah saw.
Namun, hidup dalam sistem yang terikat pada aturan manusia, sangat sulit bagi sebuah keluarga di zaman ini. Karena sistem kapitalisme yang bersanding dengan sekulerisme dan liberalisme telah membuat kerusakan pada banyak keluarga. Sistem tersebut memang bertujuan memisahkan agama dari kehidupan, sehingga terpisah tujuan utamanya yaitu membina keluarga sakinah mawardah warahmah.
Seperti kasus-kasus yang diberitakan oleh media, Anak laporkan ibu kandung, ibu bunuh anak kandung, anak bacok ibu kandung, suami bunuh istrinya dan sebagainya. Semua kasus-kasus yang terjadi menunjukkan potret buram keluarga materialistik . Diantara anggota keluarga sangat jauh dari kata adab, misal seorang anak yang tidak lagi menghormati orangtuanya, seorang ayah atau bahkan ibu tidak merasa sedih menghilangkan nyawa anak-anaknya, atau juga terjadi pada pasangan suami istri. Jauhnya nilai-nilai dan ikatan antar anggota keluarga ini disebabkan penanaman dan pembinaan dalam pendidikan sebuah keluarga jauh dari yang Allah syariatkan.
Secara global, agenda pendidikan ala sekuleris dan liberalis memang diterapkan dengan tujuan memisahkan agama dengan kehidupan manusia. Dan atas nama kebebasan digunakan untuk tujuan memporak-porandakan hubungan antara anak dengan ayah, anak dengan ibu, suami dengan istri dan sebagainya. Keluarga dijalankan atas dasar kebutuhan material semata, di luar ikatan batiniah, ruhaniah dan kasih sayang antara anggota.
Padahal jika kita lihat dan bercermin pada sebuah peradaban, maka peradaban yang mampu melahirkan generasi emas adalah peradaban Islam yang berjaya selama berabad-abad. Daulah Islam dengan sistem pemerintahan khilafahnya mengatur, mengurus, dan mendidik masyarakatnya dimulai dari kumpulan masyarakat terkecil yaitu keluarga.
Peran orang tua adalah pendidik awal dan utama di rumah. Mereka menjadi ujung tombak perkembangan, pendidikan, dan kepribadian anak-anaknya. Besarnya peran orang tua dalam mendidik tidak berdiri sendiri, tetapi juga dipandu oleh negara dalam melengkapi dan memberi fasilitas jaminan kelancaran pendidikan.
Orang tua harus mampu menjadi suri tauladan bagi anak-anaknya, baik secara akhlak, moral, minat hingga kecondongan anak-anak untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki. Islam memberikan peranan serta arahan bagi para keluarga untuk mengedepankan dan memperkokoh akidah sang anak, mengembangkan bidang sains teknologi berbasis pendidikan akhlak tanpa batas.
Pendidikan ala Rasulullah saw mengutamakan dua hal dalam mendidik seorang anak, yaitu: mengajarkan pemahaman agama Islam (adab) sejak dini dan menanamkan kepada umat Islam untuk menjadi umat terbaik, maka wajib untuk belajar (ilmu) hingga ke negeri yang jauh sekalipun.
Sehingga persoalan yang diakibatkan oleh gempuran sistem sekuler terhadap keluarga, khususnya keluarga muslim, membuat umat semakin menyadari kebutuhan untuk mengenali agamanya. Wujudnya berupa Cinta Rasul dan Cinta Syariahnya. Karena jika kebebasan telah berada pada titik dekadensi adab dan moral sebuah generasi, maka kerusakan dalam institusi keluarga kian memburuk.
Sejatinya, sikap sebuah keluarga muslim haruslah tetap kokoh, konsisten dan menegaskan bahwa sumber solusi atas segala problematika kerusakan generasi materialistik saat ini adalah Islam kaffah. Sistem Islam memberikan jaminan terbentuknya generasi smart high-tech dengan pribadi kokoh berakidah. Peran keluarga generasi ini menjadi ujung tombak kemaslahatn sebuah keluarga yang didambakan umat.
Posting Komentar