Persoalan di negeri ini tak pernah ada habisnya. Laporan kasus yang berujung pada penahanan sekarang ini tidak hanya terjadi pada masyarakat biasa, namun merambah pada perseteruan anak dan orang tuanya sendiri.
Mirisnya, hanya dipicu oleh perkara remeh yakni materi. Ramai di sosial media, pemberitaan seorang anak berinisial A, 19 tahun yang melaporkan ibu kandungnya S ke polisi di kabupaten Demak Jawa Tengah, karena cekcok masalah baju.
Kedua orangtua A telah bercerai, menurut kuasa hukum S, pada 21/10/2020 lalu. A mendatangi rumah S untuk mengambil pakaiannya. Mengetahui pakaiannya telah dibuang sang ibu terjadilah percekcokan hingga berujung pada luka yang tak disengaja di pilipis mata A. Akhirnya membuat sang ibu mendekam dalam sel tahanan polsek Demak kota, dengan dugaan penganiayaan dan kekerasan dalam rumah tangga.
Namun akhirnya, secara resmi A mencabut laporannya terhadap sang ibu. Remaja asal Demak ini mengaku gelisah selepas ia melaporkan sang ibu ke polisi. (kompas.com, 13/1/2021).
Video A yang ngotot memenjarakan ibunya, walaupun telah melakukan mediasi, sempat menimbulkan polemik. Bahkan tidak sedikit yang menyebut A sebagai anak durhaka. Syukurlah, kasus A berujung melegakan dada.
Walaupun tidak sedikit publik yang mengelus dada. Sebab di luar sana, tidak sedikit kasus yang sama menimpa ibu. Anak laporkan ibu, anak penjarakan ibu hingga anak bunuh ibu seolah menjadi lumrah dalam sistem ini.
Kasus yang sama juga terjadi di Lombok Tengah, sebuah video yang memperlihatkan Kasat Reskrim Lombok Tengah Angken Supriyanto Hartono menolak laporan seorang anak berinisial M berusia 40 tahun, ingin memenjarakan ibu kandungnya sendiri, K 60 tahun. Hal ini viral di facebook dan youtube. Perseteruan tersebut berawal dari harta warisan ayah M yang dijual seharga Rp 200 juta. Setelah dijual sang ibu mendapatkan bagian Rp 15 juta, dan dipakai untuk membeli motor. Motor tersebut kemudian ditaruh di rumah keluarga. M yang tidak tahu tidak terima, ibunya dianggap menggelapkan uang. Kemudian melaporkan sang ibu ke polisi.
Sungguh miris, kasus ini sebenarnya semakin menambah deretan panjang kasus sebelumnya. Perseteruan antara anak dan orangtua yang berujung pada narapidana. Kini hubungan keluarga tak lebih harmonis sebagaimana suasana dalam rumah tangga.
Sistem kapitalisme telah menjadikan hubungan antara keluaga bernilai materi. Sistem materialistik ini menjadikan hubungan antara anak dan orangtua diukur berdasarkan untung dan rugi.
Tak masalah jika harus memenjarakan orangtua hingga menghabisi nyawa mereka karena harta dan masalah-masalah materi lainnya. Sebab sistem kapitalisme memang menjadikan manfaat sebagai tolak ukur dalam segala hal.
Sistem rusak ini tak dapat dilepaskan dari asas yang mendasarinya yaitu sekulerisme yang memisahkan agama dari kehidupan. Akibatnya manusia-manusia yang terbentuk dalam sistem ini akan berbuat sesuka hati tanpa memperhitungkan benar salah menurut standar Islam.
Inilah yang dikenal dengan nilai liberalisme atau kebebasan. Nilai-nilai liberal telah gagal memberi penghormatan kepada Ibu, gagal memberikan ketenangan dalam keluarga dan hanya menghasilkan generasi durhaka.
Maka sampai kapan sistem kapitalisme sekuler ini akan kita pertahankan dan merusak keluarga muslim? Apakah kita akan membiarkan generasi-generasi muslim tumbuh jauh dari kepribadian Islam dan menjadi generasi durhaka? Padahal keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat dan menjadi tempat pertama tumbuhnya generasi. Tempat berteduh, bertukar cerita, dan saling menjaga. Di rumah seharusnya seseorang memperoleh ketenangan dan kebahagiaan.
Kondisi ini jelas tidak dapat dibiarkan. Mengingat keluargalah pondasi peradaban Islam yang mulia. Sebab dari keluarga lahirlah ibu generasi yang mencetak generasi khoiru ummah dan calon pemimpin masa depan. Maka tak pelak lagi, umat butuh perisai yang mampu menjaga dan melindungi keluarga. Termasuk menyelesaikan seluruh problematika yang mengguncang ketahanannya.
Sebagai akidah dan syariah yang syamilan wa kamilan, Islam hadir sebagai solusi solutif. Dalam paradigma Islam, membangun keluarga haruslah dengan pondasi ketakwaan kepada Allah Swt semata. Ketakwaan ini akan membentuk kesadaran setiap anggota keluarga, untuk menjalankan fungsi dan perannya dalam bingkai syara'. Berjalannya fungsi dan peran tiap anggota keluarga sesuai fitrahnya, akan membentuk imun untuk menjaga ketahanan keluarga.
Karena ketakwaan pula yang menjadi penentu lahirnya Individu-individu muslim yang hanya patuh pada Allah Swt, ikhlas dengan Islam yang diyakininya dan hanya mau diatur oleh Allah Swt. Sehingga seorang suami memahami kewajibannya mencari nafkah untuk keluarganya dan bergaul dengan cara yang makruf. Sedangkan istri memahami kewajibannya taat pada suaminya dan sebagai ummun warabbatul bait.
Islam juga memperhatikan pentingnya hidup bermasyarakat, menjaga masyarakat dengan amar makruf nahi mungkar. Amar makruf yang dilakukan secara menyeluruh baik dikeluarga, lingkungan kaum muslimin dan jamaah-jamaah dakwah saling bahu membahu. Begitu juga dengan negara, Islam memberi tugas pada negara untuk menyiapkan berbagai perangkat untuk mewujudkan ketahanan keluarga dengan Islam kaffah.
Negara menciptakan suasana masyarakat tempat generasi menimba pengalaman hidup dan menempa mentalnya. Negara menyediakan pendidikan formal dengan kurikulum yang bertarget melahirkan calon orangtua sholih mushlih dan siap membina rumah tangga. Negara melaksanakan sistem pendidikan dengan paradigma yang lurus, berbasis akidah yang bertujuan melahirkan generasi berkepribadian Islam, berjiwa pemimpin, mampu mengemban taklif, serta mumpuni dalam ilmu dan teknologi.
Tentu, semua itu akan memudahkan tugas perempuan sebagai pendidik generasi, madrasatul uula bagi anak. Kaum ibu tidak akan khawatir keshalihan anak yang sudah terbentuk dari rumah. Negara menebar nilai-nilai kebaikan melalui sistem media masa yang bermanfaat, menguatkan keyakinan masyarakat dan mencerdaskan, mencegah informasi negatif di media masa, kontrapoduktif dengan akidah dan akhlak. Pembentukan keluarga yang benar, pergaulan di masyarakat yang sehat dan produktif.
Penerapan syariat Islam di aspek ideologi, politik, sosial, ekonomi, pendidikan, kesehatan layanan publik, ketahanan dan keamanan oleh negara serta kepengurusannya dengan benar dan bertanggung jawab penuh secara efektif akan melahirkan keluarga yang kuat, masyarakat mulia, dan umat terbaik.
Melalui penerapan hukum Islam yang satu sama lain saling mengukuhkan. Negara akan menjamin terpenuhinya kebutuhan rakyatnya secara masal dan individual. Mulai dari sistem ekonomi, politik, sosial, pendidikan, sistem sanksi dan lain sebagainya.
Begitu indah jika Islam diterapkan, tidak ada keluarga yang disharmoni, semua akan aman, tenteram dan damai, karena semua aspek tersebut telah dijamin oleh negara. Semoga Islam segera tegak di muka bumi ini, supaya unit terkecil dalam masyarakat ini bisa terselamatkan dari rongrongan kapitalis liberal.
Posting Komentar