Anak menjadikan kedua orangtuanya sebagai guru pertama dalam hidup mereka. Orangtua yang mengajarkan berjalan ketika kecil, memberikan asupan makanan yang bergizi, dan menyiapkan semua kebutuhan yang terbaik untuk sang anak. Anak juga belajar banyak hal dari melihat sikap yang diberikan kedua orangtuanya untuk dirinya.
Dengan pengorbanan yang begitu besar, masihkah layak hatinya tersakiti? Jerih payahnya tak dihargai. Apalagi saat orang tua telah lanjut usia. Masihkah kita tega untuk menghardiknya? Apa yang terjadi pada Kakek Koswara sangat menyayat hati. Hari tua yang indah seperti yang dicita-citakan tiba-tiba sirna, saat dilayangkan gugatan 3 Milliar kepadanya. Bukanlah siapa-siapa, si penggugat adalah anaknya sendiri. Bisa dibayangkan, bagaimana hati kakek Koswara dengan semua ini?
Semua berawal dari masalah tanah warisan. Tanah yang sebenarnya masih menjadi hak kakek Koswara dan saudaranya. Saat tanah itu ingin dibagi dengan cara menjualnya, ternyata sang anak tak menyetujuinya. Alasannya karena ia sudah membangun toko kelontong dan menyewa tanahnya. Atas alasan itu, si anak pun nekat menggugat orang tuanya ke pengadilan.
Sangat disayangkan, anak yang dulu disayangi kini malah menyayat hati. Anak yang dulu ditimang kini malah membangkang. Inikah potret anak yang berbakti? Teringat kisah Malinkundang si anak durhaka, ia dikutuk sang ibu karena tak mengakui ibunya. Sakit hati sang ibu, membuat anak berubah menjadi batu. Mungkin ini yang disebut ridho Allah tergantung ridho orang tua.
Masih ingatkan dengan hadits yang menyatakan ridho Allah tergantung ridho orang tua?
"Ridha Allah tergantung ridha kedua orang tuanya dan murka Allah tergantung murka keduanya." (HR. Thabrani)
Jadi, anak yang baik imannya, yang memahami hakikat orang tua, ia tidak akan salah dalam bersikap. Ia akan hidup dengan mengandalkan ridho Allah. Jika ia mengetahui bahwa Allah akan meridhoi manakala orang tua telah ridho, maka ia akan berupaya berbakti pada orang tuanya. Sesulit apapun, seorang anak akan merawat, menyayangi, dan senantiasa memenuhi kebutuhan orang tuanya. Bahkan ia akan menahan untuk berkata "ah" walau saat itu hatinya tersakiti oleh kata-kata orang tuanya.
"Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.’” (QS. Al-Israa’ : 23-24).
Anak yang rela mengabdi pada orang tuanya, demi meraih ridho Illahi akan rela menjalani semua prosesnya. Meski sangat berat baginya, ia tetap tabah menekuni diri sebagai anak yang berbakti. Tapi insyaAllah anak itu akan mendapatkan ridho Allah. Kebahagiaan dunia dan akhirat.
Gambaran anak sekarang sebagian besar adalah anak-anak yang hanya ingin nikmatnya saja dengan cara menikmati harta peninggalan orang tua. Mereka berani menghardik orang tua, bahkan membuang orang tuanya ke panti jompo atau menelantarkan mereka. Lebih parah lagi jika ada yang berani memenjarakan, menggugat mereka hanya karena tidak terima atas perlakuan tertentu.
Tentu, orang tua akan tersakiti dengan tingkah anak yang seperti ini. Mereka tidak akan memaafkan, kecuali anak-anak itu benar-benar menyesal. Jika hal ini terjadi, masihkah tipe anak seperti ini layak mendapatkan ridho Allah SWT? Karena sungguh, keridhoan Allah akan berpengaruh pada barokah hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat.
Jika Allah tidak ridho, bagaimana mau masuk Surga-Nya? Menikmati kebahagiaan dunia fana tanpa ridho orang tua, ujung-ujungnya di akhirat tak selamat selama-lamanya.
Maka dari itu dalam Islam wajib untuk berbakti kepada orang tua. Jika kita durhaka tentu tak akan ada harapan surga bagi kita.
1. Anak dalam Islam akan bergaul bersama kedua orangtuanya dengan cara yang baik. Di dalam hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam disebutkan bahwa memberi kegembiraan kepada seseorang mukmin termasuk shadaqah, lebih utama lagi kalau memberi kegembiraan kepada orang tua kita.
2. Berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut. Hendaknya dibedakan adab ber-bicara antara kepada kedua orang tua dengan ke-pada anak, teman atau dengan yang lain. Berbicara dengan perkataan yang mulia kepada kedua orang tua.
3. Tawadhu’ (rendah hati). Tidak boleh kibr (sombong) apabila sudah meraih sukses atau memenuhi jabatan di dunia, karena sewaktu lahir, kita berada dalam keadaan hina dan membutuhkan pertolongan, kita diberi makan, minum, dan pakaian oleh orang tua.
4. Memberi infak (shadaqah) kepada kedua orang tua, karena pada hakikatnya semua harta kita adalah milik orang tua. Oleh karena itu berikanlah harta itu kepada kedua orang tua, baik ketika mereka minta ataupun tidak.
5 . Mendo’akan kedua orang tua. Di antaranya dengan do’a berikut:
رَبِّ ارْØَÙ…ْÙ‡ُÙ…َا ÙƒَÙ…َا رَبَّÙŠَانِÙŠ صَغِÙŠْرًا
“Wahai Rabb-ku, kasihilah keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidikku sewaktu kecil.”
Seandainya orang tua masih berbuat syirik dan maksiat, kita tetap harus berlaku lemah lembut kepada keduanya, dengan harapan agar keduanya kembali kepada Tauhid. Bagaimana pun, syirik adalah sebesar-besar kemungkaran, maka kita harus mencegahnya semampu kita dengan dasar ilmu, lemah lembut dan kesabaran. Sambil terus berdo’a siang dan malam agar orang tua kita diberi petunjuk ke jalan yang benar.
6.Banyak meminta maaf kepada orang tua apalagi jika kita berbuat salah.
Namun, tidak bisa dipungkiri kekuatan atau keistiqomahan bakti seorang anak juga dipengaruhi oleh lingkungan. Sistem yang mendukung, baik masyarakat maupun negara akan otomatis membuat anak memahami kedudukan orang tuanya. Dengan suasana iman di masyarakat, membuat anak memahami peran utamanya dan bagaimana berlaku pada orang tua. Ditambah lagi negara mendukung dengan sistem pendidikan, ekonomi, sanksi, dan pemerintahan yang berlandas keimanan, anak akan terjaga dari faham-faham materialis. Dalam benaknya ia hanya ingin mencari ridho orang tua dan ridho Allah Swt. Wallahu a'lam bishshawab.
Posting Komentar