Anak Muda

Anak Muda

Oleh : 
Dedi Sahputra

Ba’da Maghrib kemarin saya dan istri singgah di warung makan seberang masjid. Di sebelah meja kami beberapa anak muda sedang menikmati makan malamnya. Semuanya laki-laki. Wajah mereka cerah bersinar. Jilatan sinar itu mengusik sudut mata saya. Satu-satu per satu kemudian saya perhatikan dengan seksama.

Benar. Air muka mereka masih sangat bersih. Matanya menyorotkan tekad besar menghadapi dunia, dahinya mencitrakan kepatuhannya kepada Tuhannya. Tentu saja saya bukan pertama kali ini merasakan potensi yang terpancar-pancar dari dari diri anak-anak muda. Saya merasakan beberapa mahasiswa saya juga punya itu, hanya saja mereka bercampur dengan wajah-wajah buram penuh beban. Meredup menunggu hilang atau semakin benderang hingga melesat ke angkasa.

Anak-anak muda. Mereka inilah yang punya potensi mencetak berbagai keajaiban, meruntuhkan penguasa tiran bahkan membangun peradaban. Kita punya pengalaman ketika Soeharto sudah sangat kuat. Anak-anak muda tampil menjatuhkannya.


Taufik Ismail mengabadikan semangat perjuangan kaum muda itu lewat syairnya:

Mereka anak muda pengembara tiada sendiri,

mengukir reformasi karena jemu deformasi,

dengarkan saban hari langkah sahabat-sahabatmu


beribu menderu-deru

Revolusi kemerdekaan kita juga direbut oleh semangat anak muda yang bahkan harus bertabrakan dengan golongan tua. Pemuda memang begitu, penuh potensi dan semangat.

Tahun 60-an Eropa pun merasakan gerakan pemuda. Di Spanyol mahasiswa bangkit menentang diktator Jendral Franco. Para pemuda jugalah yang terlibat haru biru revolusi Aljazair tahun 1954 ketika mengusir Prancis dari tanah airnya. Di Mesir, para pemuda membuat penjajahan Inggris harus hengkang. Lihat pula gerakan intifadha rakyat Palestina melawan penjajah Israel. Anak-anak muda itu bahkan bahagia menjemput mautnya.

***      

Tatkala berdiri di hadapan luasnya bentangan Samudera Atlantik, Uqbah bin Nafi’ seorang pemuda dari Bani Ummayah berseru lantang: “Demi Rabb Muhammad, sekiranya bukan karena bentangan samudera ini yang menjadi penghalang, niscaya akan aku taklukkan seluruh jagat raya ini demi meninggikan kalimat-Mu, wahai Rabbku, saksikanlah.”

Dia adalah anak muda yang menjadi panglima pasukan Muslim. Ternyata benar, semangat anak muda itu mampu mengatasi perang tatkala pasukan Muslim menaklukkan Afrika.  Satu lagi bukti bahwa sebuah peradaban hanya bisa bangkit apabila para pemuda terlibat di dalamnya.

Ada apa dengan pemuda. Mengapa Soekarno berani sungguh berkata begini: “Berikan kepadaku 1000 orang tua, aku sanggup mencabut Semeru dari uratnya. Tapi berikan kepadaku 10 pemuda, maka aku sanggup menggoncangkan dunia”.

Ketika Muhammad diangkat menjadi Rasulullah SAW hampir semua sahabat adalah para pemuda. Sosok fenomenal Ali bin Abi Thalib ra bahkan baru berusia 12 tahun berjuang bersama Rasulullah SAW. Ada lagi Bilal bin Rabah, Amar bin Yasir, Abu Dzar Al-Ghifari, Mas’ab bin Umair, Zaid bin Haritsah, atau Ja’far bin Abi Thalib. Mereka semuanya adalah pemuda.

***

Perlawanan dan pembelaan jiwa-jiwa muda adalah energi bagi munculnya peradaban baru. Dan energi itu akan lahir dari sikap kritis yang berakar dari kegelisahan-kegelisahan yang menggunung, pada pertanyaan-pertanyaan yang tak menemukan jalannya.

Setiap ketidakadilan diperagakan semena-mena, setiap keangkaramurkaan sudah berdiri mengangkang pongah, setiap kejumudan yang membatu, dan setiap kekuasaan yang memberhala maka muncullah kegelisahan itu. Ketika rezim korup itu semakin membusungkan dada, ketika kelicikan semakin mendigjaya. Maka itulah saatnya anak-anak muda ini akan bangkit. Dan jika saat ini tiba, tidak ada yang bisa menghentikan selain kehancuran kaum perusak itu.

Tapi anak muda yang manakah itu?

Seperti para pemuda Kahfi, mereka adalah orang-orang yang menghindarkan diri, mengasingkan diri dari tirani dan ketidakadilan. Pergi menjauhi segala aksesoris yang tak penting. Mereka lari melindungi diri dari ketercampuran dengan semak dan duri yang rama-rama menghujani.

Sampai Tuhan Yang Maha Agung menidurkan hati dan pikiran mereka dari semua hiruk pikuk itu—dan membangunkan lagi dalam suasana dan hidup yang baru. Merekalah innahum fityatun amanuu birabbihim wazidnahum hudan (adalah anak-anak muda yang telah beriman kepada Tuhan mereka, lalu Kami tambahkan petunjuk kepada mereka), QS.Kahfi:13.(Vol.235, 16/12/2010)


 


 


 


 

Posting Komentar