Penulis : Widhy Lutfiah Marha
Untuk mengungkapkan cinta, pria mungkin menyukainya dengan bunga. Sementara kebanyakan wanita percaya bahwa makanan adalah ungkapan cinta bagi kaum pria. Bagi seorang pria salah satu alasan menikahi seorang wanita adalah karena ia pandai memasak. Beratnya, ia kerap membandingkan masakan istrinya dengan buatan ibunya atau restoran favoritnya. Nah, bila kita mencintai suami buktikan dengan masakan terlezat yang menjadi kesukaannya.
Bila ia membandingkan masakan kita dengan buatan rumahnya, jangan tersinggung, karena sebenarnya ia tengah membiasakan dengan selera kokinya yang baru dan tengah belajar untuk menyukainya. Jangan merasa digurui ketika ia memberitahu resep-resep masakan yang ia ketahui, karena sebenarnya ia tengah mengajak kita untuk menjadi orang yang dicintai, yang bisa menyajikan makanan kesukaannya. Juga, jangan sungkan-sungkan bereksperiman memasak sesuatu yang baru yang bakal menjadi masakan kesukaannya. Dan tahukah kita, bahwa masakan yang kita buat bernilai pahala di hadapan Allah Swt.
Imam An Nawawi Al Bantani rahimahullah dalam kita Uqudul Lujain menuliskan bahwa suatu hari Rasulullah saw menjenguk Fatimah Az Zahra. Didapatinya putrinya sedang membuat tepung dengan alat penggiling gandum sambil menangis. “Mengapa engkau menangis wahai Fatimah?” Tanya Rasulullah saw. Mudah-mudahan Allah tidak membuat matamu menangis lagi.
“Ayah aku menangis hanya karena batu penggiling ini, dan lagi aku hanya menangisi kesibukanku yang silih berganti.” Rasulullah kemudian duduk di sisi putrinya. “Ayah demi kemuliaanmu, mintakan kepada Ali supaya membelikan seorang budak untuk membantu pekerjaan-pekerjaanku membuat tepung dan menyelesaikan pekerjaan rumah,’ pinta Fatimah.
Mendengar ucapan putrinya, Rasulullah bangkit dan berjalan menuju tempat penggilingan. Beliau menggenggam biji-biji gandum, memasukkannya ke dalam penggilingan dan membaca basmalah, maka dengan izin Allah berputarlah alat itu. Rasululullah pun terus memasukkan biji-biji yang lain sambil memuji Allah hingga biji-biji itu menjadi tepung.
Nabi saw berkata pada putrinya:
“Hai Fatimah, bila Allah menghendaki, pasti batu penggiling itu akan berputar sendiri untukmu. Tapi Allah berkehendak mencatat kebaikan-kebaikan untuk dirimu dan menghapus keburukan-keburukanmu serta mengangkat derajatmu.
Hai Fatimah, setiap istri yang membuatkan tepung untuk suami dan anak-anaknya, maka Allah mencatat baginya kebajikan dari setiap butir biji yang tergiling, menghapus keburukannya dan meninggikan derajatnya.
Hai Fatimah, setiap istri yang berkeringat di sisi alat penggilingnya karena membuatkan bahan makanan untuk suaminya maka allah memisahkan antara dirinya dan neraka sejauh tujuh hasta.”
Sobat, para istri di dunia, hidup adalah kursus dan pembelajaran yang tiada berakhir selama hayat di kandung badan. Selama pernikahan berjalan, sepanjang itu pula setiap dari kita harus terus belajar untuk saling memahami pasangan hidup kita. Belajar untuk saling mengerti, memberi maaf dan menasehati untuk tetap saling mencintai. InsyaAllah kita akan menemukan berbagai hal-hal yang menakjubkan dalam rumah tangga kita, selama kita sabar dalam proses kebersamaan dan pembelajaran tersebut. Kita akan melihat banyak hal-hal positif dalam diri pasangan kita yang tidak dimiliki orang lain. Maka siapa bilang kalau cinta itu tidak butuh belajar?
Kebanyakan mereka yang kecewa dengan pasangannya adalah karena memaksakan angan mereka pada pasangan mereka. Ketika mereka tidak mendapatkannya mereka akan kecewa, frustasi, menyesal, dan menjadikan semua jasa yang ia berikan pada suami adalah sebagai keterpaksaan bukan ibadah kepada Allah Swt. Alangkah ruginya, sudahlah tidak mendapatkan angan-angan cintanya, tidak berpahala pula.
Maka, selama kita saling terbuka dan mau berbagi dengan suami, insya Allah tidak ada kegagalan dalam cinta kita. Satu pepatah mengatakan, orang-orang yanga gagal dibagi menjadi dua: mereka yang berpikir gagal padahal tidak pernah melakukannya, dan mereka yang melakukan kegagalan dan tak pernah memikirkannya.
Semoga Allah memberkati orang-orang yang mencintai-Nya, mencintai Rasul-Nya, mencintai perjuangan di jalan-Nya, dan yang mencintai cinta.
Mencintai Itu Menyenangkan
Mencintai itu menyenangkan. Ada yang dipikirkan, dipandang, dirasakan, dan dikenang. Mahasuci dan penyayangnya Allah Swt yang menaburkan rasa cinta pada manusia. Andaikan kehidupan manusia tidak ditaburi cinta, hidup terasa hampa, tidak ada yang indah dipandang mata, manis saat didengar, bergetar saat diucapkan. Hati pun kering. Tidak ada rasa gembira maupun luka.
Karena cinta seorang Asma binti Abu Bakar, rela menggiling gandum hingga telapak tangannya yang halus mengeras, memanggul kurma bermil-mil di bawah panasnya terik matahari dan berjalan di tengah debu-debu gurun, bahkan Asma pula yang mengurus kuda milik suaminya, Zubair bin Awwam. Padahal, Zubair hanyalah seorang fakir, bekas budak Rasulullah. Sedangkan Asma putri seorang bangsawan Quraisy, sahabat sekaligus mertua Rasulullah yang terkemuka. Andaikan mau, para pemuda yang kaya, tampan dan lebih baik dari Zubair berdatangan meminangnya. Tapi Zubair telah menjadi tambatan hatinya, sehingga ia rela karena Allah atas apa yang ada pada Zubair.
“Sesungguhnya yang paling kuat ikatan imannya adalah yang paling mencintai saudaranya,” (al hadits)
Cinta yang dibangun seorang muslimah dalam kalbunya, bukanlah cinta yang memabukkan pikiran dan membutakan mata hati. Bukan cinta seperti dalam roman Shakespeare Romeo dan Juliet, yang meminta cinta sehidup semati. Tapi cinta yang terukur dengan kemuliaan agama. Takaran itu dibutuhkan bukan untuk menghambat apalagi mematikan api cinta seorang wanita., tapi mengatur agar api itu tidak membakar apa saja yang dapat menyengsarakan kaum wanita.
Kesengsaraan itu, dapat dirasakan oleh seorang muslimah di dunia, dan pastinya di akhirat. Cinta yang keliru, kesengsaraan itu, dapat dirasakan oleh seorang muslimah di dunia, dan pastinya di akhirat. Cinta yang keliru, di dunia akan memberikan siksaan batin pada orang yang merasakannya. Hidup tidak akan menyenangkan ketika kita hidup bersama orang yang tidak mencintai diri kita, apalagi tidak mencintai Allah dan Rasul-Nya.
Andaikan seluruh manusia berkeyakinan bahwa hidup itu hanya sebatas dunia, bukan tidak mungkin akan ada manusia yang menikahi selain manusia, bangkai atau malah hewan. Mungkin kita pernah membaca berita kriminal yang menceritakan seseorang yang senang bercinta dengan mayat, bahkan di antara mereka ada yang merasa puas hasrat birahinya kalau mayat itu telah dikoyak-koyak dulu.
Cinta yang harus diraih seseorang adalah cinta yang menembus batas fisik kemanusiaan, yaitu cinta yang mendatangkan keridhoan Allah Swt. Kekasih yang diharapkan bukan sekedar sedap dipandang, enak untuk didengar tutur katanya, tapi juga memberi kekuatan ruhiyyah pada pasangannya. Masalahnya cinta dengan dasar ruhiyyah itu tidak dimiliki oleh siapapun kecuali oleh mereka yang bertakwa. Maka bangunlah rumah cinta dalam kalbu kita dengan dasar ruhiyyah, niscaya akan mendatangkan cinta yang berlimpah dari manusia dan Yang Maha Pencipta cinta.
Kalau Kamu Jatuh Bangunlah
Hidup ini ibarat roda. Kadang kita berada di atas kadang di bawah. Menghadapi onak dan duri adalah bagian dari liku-liku kehidupan. Orang yang sukses adalah orang yang berani menempuh segala ujian. Kalau takut gagal, sebaiknya memang nggak usah meneruskan hidup di dunia ini. Hidup di dunia ini selalu diwarnai kegagalan dan banyak orang yang terinspirasi kegagalan dan banyak orang yang terinspirasi dari kegagalan sehingga akhirnya sukses.
Nggak ada seorangpun yang hidup di dunia ini tanpa diwarnai kegagalan. Bahkan dari jutaan sperma yang berjuang membuahi sel telur, hanya satu yang berhasil dan menjadi janin dan jadilah diri kita ini. Maka dari itu artinya kita adalah juara sejak lahir dan layaknya punya mental juara yaitu pantang menyerah. Buang jauh kata putus asa dari hidup kita agar kita nggak putus asa dalam menghadapi ujian. Firman Allah dalam surat Al Hijr ayat 56:
“Ibrahim berkata tidaklah berputus asa dari rahmat Allah melainkan golongan orang yang sesat.”
Jadi sebenarnya kita masih belum dikatakan gagal selagi kita mau berusaha mengubah hidup kita. Kita hanya akan dihukum gagal jika kita putus asa dan nggak mau berusaha. Orang bijak adalah orang yang menjadikan masalah dan kegagalan sebagai kekuatan untuk mencapai kesuksesan. Dan sebenarnya hidup ini dipenuhi dengan berbagai kesempatan. Kalau kesempatan itu diambil, maka bisa jadi kesempatan itu mengubah seluruh hidup kita. Kesempatan yang bernilai sering muncul di sela-sela ujian yang sedang kita hadapi. Orang-orang yang berani gagal sebenarnya nggak menjadikan dirinya sebagai target gagal. Hal itu lebih, karena keyakinan bagian pada setiap kesulitan selalu ada kemudahan. Jika kegagalan adalah bagian dari skenario Allah Subhaanahu wa ta’alaa, pastilah akan datang pertolongan dari Allah Subhaanahu wa ta’alaa dan pasti ada hikmah yang besar untuk hidup kita.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa salam juga mengalami ujian dan kegagalan beberapa kali dalam mensyiarkan Islam. Namun, Rasulullah yakin akan pertolongan dan kemenangan dari Allah Subhaanahu wa ta’alaa. Bayangkan jika Rasulullah shallallahu’alaihi wa salam orang yang takut gagal, tentulah nggak akan terjadi perubahan besar-besaran pada masyarakat Arab jahiliyyah. Pengalaman Nabi Yusuf adalah juga contoh yang baik. Beliau pernah dilemparkan ke dalam sumur oleh saudara-saudaranya yang dengki padanya. Kemudian pernah dijual kepada Pembesar Mesir oleh sekumpulan ahli dagang sebelum difitnah dan akhirnya dipenjara. Beliau tidak merasa kecewa dan tetap tabah. Sewaktu dalam penjara, beliau berusaha baik pada sesama teman-temannya di penjara dan menggunakan kemahirannya menerjemahkan mimpi. Akhirnya Raja Mesir mengetahui kemahiran Nabi Yusuf ‘alahi salam dan meminta menerjemahkan mimpi buruk yang dialaminya. Sejak saat itu kehidupan Nabi Yusuf berubah. Beliau kemudian dinobatkan menjadi Raja Mesir. Kegagalan dan ujian dilaluinya dan menjadi jembatan untuk meraih kesuksesan.
Perlu kita ingat Allah berfirman dalam surah At-Tin ayat 4: “Sesungguhnya kami menciptakan manusia dengan bentuk yang terbaik.” Dan satu hal yang harus kita ingat, ketika lahir kita harus nangis sebagai pertanda kita hidup. Jika kita nggak nangis, otak kita menjadi tertahan, paru-paru nggak berkembang, dan malahan nyawa bisa melayang. Begitu juga dalam hidup, ujian dan kesulitan harus kita hadapi. Karena ujian dan kesulitan merupakan jembatan ke arah keberhasilan dan kesuksesan. Tangisan sering menjadi obat yang menyembuhkan manusia.
Ngomong-ngomong kita pernah jatuh kan? Bisa jadi jatuhnya kita emang diskenariokan oleh orang-orang yang nggak suka kita. Bisa jadi juga jatuhnya kita bagian dari cobaan Allah untuk menguji keimanan kita. Apa pun sebabnya kejatuhan nggak boleh membuat kita menjadi terpuruk, putus asa dan akhirnya menyalahkan diri sendiri. Bahkan yang paling berbahaya adalah menyalahkan takdir Allah.
Orang yang bisa bangkit dari jatuh adalah benar-benar orang yang kuat dan terpilih. Kenapa orang harus berani bangkit? Karena Allah telah memberi peluang untuk bangkit, dalam firman-Nya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah sesuatu keadaan kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’du:11)
Jadi dalam keadaan sejatuh apapun kita, tak perlu bersedih dan putus asa , karena Allah selalu beri kesempatan dan kalau kita berusaha bangkit dari jatuhnya kita Allah akan mengubah hidup kita juga. Aamiin
Antara Cinta dan Gila
Ngomong-ngomong sesuatu yang indah kok jadi masalah berat. Gimana nggak berat. Cinta saja bisa membuat gila. Gila karena cinta. Mana yang benar? Rasa-rasanya semuanya benar. Emm, kita sebagai muslim perlu tahu kalau dalam Islam, cinta itu bagian dari naluri alias gharizah. Artinya, cinta itu rangsangannya dari luar dan pemenuhannya nggak bersifat pasti. Nggak harus dipenuhi langsung. Kalo nggak terpenuhi, dalam jangka waktu tertentu bisa jadi hanya gelisah.
Kalau kasus yang parah, bisa aja seorang lelaki jatuh cinta pada seorang wanita, dia rela gila karena ingin dipenuhi langsung rasa cintanya. Kayak hilang ingatan contohnya. Atau mungkin setiap malam memanggil-manggil nama orang yang dicintainya dengan berteriak, memandang fotonya saja jadi kejang-kejang. Update status di FB dan IG hanya tentang kekasihnya. Kok nggak malu, padahal kan bisa dibaca semua orang yang berteman atau folower dia. Atau, memang itu benar-benar agar diketahui banyak orang? Udah nggak punya rasa malu kalo gitu sih. Bahaya. Jangan-jangan, gi… oppss!
Ada juga yang jatuh cinta tapi mewujudkan rasa cintanya dengan perbuatan yang mendekati gila. Misalnya, dia melupakan agama, datengi dukun kalo cintanya ditolak, lupa diri, pacaran jadi pilihannya, bahkan seks bebas malas. Kalo kayak gitu, benar-benar gila deh. Maksudnya, inspirasi gila hanya demi cinta. Parah bener!
Itu benar, kalo cinta jangan gila. Cinta membabi buta. Bahaya. Cinta buta adalah cinta yang tak mengikuti aturan Islam. Ia bebas bebas apa saja. Terumasuk saat orang yang model begitu tuh jatuh cinta, maka ia akan buta dan gelap mata. Berbuat sesukanya dan mencampakkan norma agama.
Ada kerusakan akibat cinta buta ini.
Menurut Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah hearts Kitab al-Jawabul Kafi Liman Saala' anid Dawaaisy-Syafi'i (. Edisi terj) , hlm, 242-244:
Pertama, lupa mengingat Allah. Ya, karena lebih sibuk mengingat makhluk-Nya, yakni orang yang dicintainya, misalnya. Jika dia lebih kuat mengingat Allah, insya Allah mengingat makhluk-Nya jadi terkendali. Tapi jika lebih kuat mengingat makhluk-Nya, maka mengingat Allah akan dikalahkan.
Kedua, menyiksa hati. Cinta buta, meski adakalanya dinikmati oleh pelakunya, namun sebenarnya ia merasakan ketersiksaan hati yang paling berat.
Ketiga, hatinya tertawan dan terhina. Ya, hatinya akan tertawan dengan orang yang dicintainya. Namun, karena ia mabuk cinta, maka ia tidak merasakan musibah yang menimpa. Jadi , ati-ati deh kalo jatuh cinta. Jangan sampe hati kita tertawan dengannya, hingga lupa segalanya.
Keempat, lupakan agama. Tak ada orang yang paling menyia-nyiakan agama dan dunia melebihi orang yang sedang dirundung cinta buta. Ia menyia-nyiakan maslahat agamanya karena dia lalai untuk mengisi kepada Allah. Kalo ada teman kita ketika jatuh cinta tuh sampe nggak sholat, nggak sekolah, dan nggak belajar, karena cuma mikirin dia, maka itu udah dibilang cinta buta. Jadi, kita yang kudu ingatkan dengan jangan keterusan.
Kelima, mengundang bahaya. Bahaya-bahaya dunia dan akhirat lebih cepat menimpa kepada orang yang dirundung cinta, melebihi kecepatan api yang diuji kayu kering. Ketika hati terhubung dengan orang yang dicintainya secara buta itu, ia akan menjauh dari Allah. Jika hati jauh dari Allah, semua jenis marabahaya akan mengancamnya dari segala sisi karena setan menguasainya. Jika setan telah menguasainya, maka mana ada musuh yang senang lawannya senang? Semua musuh ingin musuhnya dalam bahaya. Duh, jangan sampe kejadian. Cukup fakta-fakta soal perzinahan dan penularan penyakit seksual itu menjadi perhatian bagi kita untuk nggak melakukan hal yang sama. Naudzubillahi min dzalik.
Keenam, setan akan menguasai. Jika kekuatan setan menguasai seseorang, ia akan merusak akalnya dan memberikan rasa waswas. Bahkan, mungkin tak ada bedanya dengan orgil alias orang gila. Mereka tidak menggunakan akalnya secara layak. Padahal yang paling berharga bagi manusia adalah akalnya yang berbeda dengan binatang. Jadi , nggak heran dong kalo banyak yang kejerumus pajak maksiat karena mikirnya instan banget. Cuma kepikiran enak aja menurut hawa nafsunya. Nggak mikir jauh ke depan: soal dosa dan akibat dosa tersebut.
Ketujuh, pengurangan kepekaan. Cinta buta akan merusak indera atau mengurangi kepekaannya, baik indera suriya (konkret) maupun indera maknawi (abstrak). Kerusakan indera maknawi mengikuti rusaknya hati, sebab jika hati telah rusak, maka organ pengindera lain, seperti mata, lisan, telinga, juga turut rusak. Artinya, ia akan melihat yang buruk pada diri orang yang dicintainya secara buta itu sebagai sebuah peringatan dan juga Agak. Disebutkan oleh Imam Ahmad, "Cintamu kepada sesuatu membutakanmu dan membuatmu tuli." Ibnu Abbas pernah mendengar berita ada seorang laki-laki yang sangat kurus sehingga tersisa hanya kulit dan tulang. Ibnu Abbas berkata, “Kenapa ia?” “Ia jatuh cinta, isyq(cinta buta) ”, jawab seseorang. Ibnu Abbas berdoa dan berlindung kepada Allah sepanjang hari dari penyakit isyq .
Inilah beberapa mafsadat alias kerusakan akibat cinta buta.
Cinta buta adalah seseorang yang mencintai berlebihan, sehingga orang yang dicintainya sudah pada tingkat menguasai dan mengendalikannya. Seperti kata orang, cinta buta itu awalnya ringan dan manis, pertengahannya sedih, kesibukan, dan sakit hati, dan ujung-ujungnya adalah kebinasaan dan kematian, jika nggak diselamatkan oleh Allah Ta'ala. Jadi, kalo cinta jangan gila. Ati-ati, deh.
Posting Komentar