Angin Segar Tapi Tak Menyegarkan

 

Angin Segar Tapi Tak Menyegarkan

Oleh : Widhy Lutfiah Marha

Kemenangan Biden seolah menjadi angin segar bagi Muslim dunia, karena selama 4 tahun ke belakang masa kepemimpinan Presiden Trump di nilai Rasis dan cenderung anti Islam.

Perbedaan pada Biden kini mampu menggaet hati umat Islam, bahkan dalam kampanyenya Biden mengutip Hadits Nabi:

"Hadits Nabi memerintahkan siapa pun di antara kamu melihat kesalahan, biarlah dia mengubahnya dengan tangannya, jika dia tidak mampu maka dengan lidahnya, jika dia tidak mampu maka dengan hatinya" kata Biden.


Dia pun berjanji akan memperlakukan umat Islam sebagaimana mestinya, sebagaimana agama besar lainnya, kata Biden dalam video You tube yang dikutip dari RRI, pada Minggu tanggal 8 November 2020. Kemudian video yang langsung tersebar luas itu sontak membuat publik terharu dan banyak yang mendoakan kemenangan bagi Biden.


Bahkan Dalam cuitan akun twitter Presiden Jokowi mengucapkan selamat atas kemenangan Biden dan Kamala. Serta beliau menyatakan Indonesia dan AS akan sehera menyusun san mengimplementasikan kerjasama di berbagai bidang.


"Semoga kita segera bisa bekerja sama dalam rangka memperkuat hubungan Indonesia dengan AS di sektor Ekonomi, Demokrasi dan Multilateralisme. Untuk kemaslahatan rakyat Indonesia dan AS." Tulis Jokowi.


Seolah tidak mau ketinggalan, beberapa petinggi negeri-negeri muslim pun ikut menaruh harapan. Sebut saja Perdana Menteri Imran Khan yang berharap dapat bekerja sama dengan Biden untuk mengakhiri pajak ilegal dan membangun perdamaian di Afghanistan. Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani berharap untuk terus memperkuat hubungan dekat antara kedua negara. Anggota dan pemimpin Organisasi Pembebasan Palestina Hanan Ashrawi mengatakan dunia bisa bernapas lega sekarang. Termasuk Raja Abdullah II, Yordania. Perdana Menteri Abdalla Hamdok, Sudan. Putra Mahkota Abu Dhabi Mohammed bin Zayed Al Nahyan, UEA. Presiden Mesir Abdel-Fattah al-Sissi. (Pikiranrakyat, 8/11/2020)


Di Balik  Pola Pemilihan Presiden AS


Sungguh luar biasa memang, pilpres Amerika Serikat ini terbukti sangat menarik perhatian masyarakat dunia. Sebagaimana pemimpin negara adidaya banyak yang berharap Biden bisa membawa perbaikan dunia di masa mendatang. Baik salam sistem Ekonomi, Sosial, Keamanan, Politik dan dunia Islam. 


Namun, terlalu dini bahagia dan menaruh harapan besar pada kemenangan Biden. Meski melihat janji kampanye Biden membuat kesengsem dan menaruh harapan karena menunjukkan keberpihakannya pada Islam dan kaum muslimin


Akan tetapi, kemenangan kubu Biden ini sesungguhnya tidak akan mengubah prinsip kebijakan politik luar negeri AS. Sebagai penguasa negara adidaya yang mengemban ideologi kapitalisme, AS hanya menyuguhkan pemain yang berbeda, dengan gaya dan cara yang berbeda. Namun tetap saja tidak akan ada banyak perubahan.


Pendekatan seperti apapun yang disuguhkan, tetap saja AS menjadikan Islam dan negara Islam sebagai ancaman bagi ideologi global mereka. Model hard power seperti di era George Bush maupun soft power sebagaimana di era Obama, tetap tidak akan merubah arah dan visi misi kapitalisme yang diusungnya. Termasuk seperti hari ini. Trump yang dianggap hard power, dan Biden yang dianggap soft power, merupakan sosok yang sama-sama memberikan dukungan bagi Israel dan banyak berperan dalam berbagai konflik yang terjadi di negeri-negeri Islam.


Meski dukungan kepada Biden juga banyak diberikan oleh pemilih Arab dan Muslim Amerika, hal itu tidak mengendurkan upaya Biden untuk tetap mendukung Israel memperluas wilayah pendudukan dan mencaplok Tepi Barat Palestina. Di sisi lain, meski Biden berencana menarik pasukan dari beberapa wilayah di Timur Tengah seperti Irak dan Afghanistan, namun dia tetap akan menempatkan pasukan di sana untuk membantu upaya penanggulangan terorisme. Klaim penanggulangan terorisme ini sesungguhnya bukti nyata bahwa AS berupaya untuk tetap menjadikan Islam sebagai musuh utama sebagaimana sifat asli ideologinya.


Kita juga bisa melihat, di belakang masing-masing kubu sesungguhnya tetap ada andil para kapitalis. Trump banyak didukung perusahaan minyak dan industri senjata dan di belakang Biden ada perusahaan-perusahaan industri farmasi. Sikap dan arah keduanya tentu tidak akan berbeda jauh dengan arahan para kapitalis atau para pemodal besar yang memberikan mereka modal untuk meraih kemenangan.


Belum lagi kepentingan lain yang ikut serta di dalamnya, seperti dukungan terhadap Biden yang juga datang dari kaum feminis dan sejenisnya. Masing-masing kepentingan ini, meski tidak mengubah secara penuh haluan dasar ideologi kapitalisme yang dianut AS-penjajahan dan menguatkan hegemoni- tetap saja akan menunjukkan wajah dunia 4 tahun yang akan datang selama Sistem Kapitalisme masih berkuasa dengan Amerika sebagai pengusungnya. Bila sudah begini, apa yang bisa diharapkan dunia Islam atas kemenangan Biden dan kalahnya Trump? Nyaris tidak ada! Umat Islam hanya akan mendapat angin segar yang nyatanya tidak menyegarkan. 


Jadi, Semua hanyalah topeng kapitalisme untuk menenangkan rakyat yang tengah gelisah. Karena ideologi kapitalis telah terbukti tidak mampu menyelesaikan setiap apapun problematika umat. Umat Islam  tidak boleh tertipu! Tidak ada solusi terbaik selain ganti sistem dan rezim ini dengan sistem Islam yang telah terbukti mampu menyelesaikan seluruh problematika umat selama 13 abad. Jika hanya pemain yang berganti tidak akan menyebabkan perubahan, dan mengubah nasib khususnya umat muslim. 

Wallahu a’lam biashshawab

Posting Komentar