Saat ini masih melajang dalam usia matang bagi beberapa orang mungkin tak nyaman, apalagi bagi seorang wanita. Sebutan perawan tua, ditambah kultur yang berkembang di masyarakat menjadi label cukup menyakitkan bagi mereka yang belum menikah. Apalagi kalau sampai ada tuntutan dan pertanyaan “kapan nikah?” dari keluarga dan tetangga kanan, kiri, duh tambah perih hati.
Sobat, sudah saatnya berhenti meratapi diri menjadi jomblo. Melajang bukanlah aib atau kutukan, dia sekedar status yang mampir dalam kehidupan kita. Rasa ketidaknyamanan melajang sebenarnya muncul karena seseorang fokus terhadap pikiran negatifnya menjadi jomblo. Nah, sebenarnya tinggal mengalihkan fokusnya ke persoalan yang lain, yaitu mencoba berpikir menjadi jomblo yang sehat. Jomblo yang sehat maksudnya, menjadi jomblo yang fine-fine aja, ketika yang lain resah dengan status jomblonya.
Nggak gampang memang, tapi bukan berarti nggak bisa kita lakukan. Coba kita tengok, betapa banyak orang-orang di sekitar kita yang akhirnya bisa menjaga status jomblonya dengan baik hingga mereka meried. Artinya, sekali lagi status lajang atau jomblo bukan aib yang harus disesali. Hanya mereka yang berpikiran negatif aja yang selalu dibayang-bayangi ketakutan jadi jomblo. Jika sekikit saja berpikir positif, maka aka ada hikmah dibalik status lajangnya kita.
Selanjutnya kita hanya perlu meyusun benteng di saat yang lain resah bin gelisah dengan status lajangnya, kita justru tegar. Dan kelak ketika kita sudah dipandang siap oleh Allah, maka pangeran berkuda atau putri impian akan datang menghampiri kita. Nah, persiapan apa aja yang bisa kita lakukan untuk menyusun benteng, agar kita tetap jadi jomblo sehat?
1. Letakkan pondasi akidah atau keimanan yang kokoh.
Utamanya keimanan terhadap takdir (qadha dan qadar). Pemahaman yang benar dan kuat terhadap takdir, bisa mengantarkan kita untuk untuk selalu ber-positive thinking terhadap takdir yang menimpa kita. Termasuk takdir tentang siapa, kapan, dan di mana jodoh kita. Kalo diantara kita termasuk yang pernah beberapa kali ditolak oleh orang yang kita incar, atau incaran kita dinikahkan dengan orang lain, maka percaya aja bahwa itu adalah qadha (ketetapan) dari Allah. Berpikirlah positif terhadap qadha Allah, selalu ada hikmah dibalik itu semua. Siapa tahu dia yang selama ini kita idamkan, jika benar menjadi pasangan hidup kita, ternyata malah kita nggak bahagia dengan dia. Atau dia yang kita idam-idamkan menjadi pendamping hidup, ternyata punya banyak kelemahan, yang jikalau kita bersamanya kelak, kita akan merasa kurang nyaman.
Begitulah kita butuh melegakan hati dan menghibur diri terhadap qadha, yakin bahwa Allah telah menyiapkan jodoh yang terbaik buat kita kelak. Kata sebagian teman “tak akan lari gunung dikejar, asam di gunung garam di laut, toh bisa ketemu juga.” Maka kokohkanlah keimanan saat momen itu terjadi pada kita. Yakinilah skenario Allah tengah berlangsung, dan jadilah penyimak yang baik dengan penuh sangka yang baik pada-Nya. Jangan terus menanamkan prasangka buruk pada-Nya. Kita harus sadar kalo ini semua adalah ujian dari Allah.
2. Lapisi dengan tembok kesabaran.
Mungkin nasehat tentang sabar udah sekian kali mampir ke telinga kita dan sebagian dari kita mungkin udah bosan mendengar nasehat tentang ini. Tapi, apakah kita bisa benar-benar memahami letak indahnya bersabar menunggu Rabb kita. Padahal, kalo kita disuruh nunggu teman yang datangnya terlambat aja sungguh geram.
Sebenarnya kalo kita mau sabar sedikit saja menuruti Allah untuk bersabar menunggu jodoh, maka Allah akan menjanjikan reward (pahala) atas kesabaran kita. Rasul berpesan: “Menakjubkan perkara seorang mukmin, sesungguhnya urusan seluruhnya baik tidaklah hal itu dimiliki oleh seseorang kecuali bagi seorang mukmin. Jika mendapat nikmat ia bersyukur maka hal itu baik baginya, dan jika menderita kesusahan ia bersabar maka hal itu lebih baik baginya.” (HR. Muslim)
3. Perkuat dengan amalan-amalan sunah.
Kalo sabar bisa dimiliki oleh siapa saja, tapi benteng amalan sunah hanya dimiliki kita yang muslim dan yang membuat kita berbeda dengan non muslim. Tentang amalan sunah ini Rasulullah bersabda: “Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian mampu untuk menikah, maka menikahlah, karena sesungguhnya menikah itu dapat menahan pandangan mata dan menjaga kemaluan. Tetapi barangsiapa yang tidak mampu untuk menikah, hendaknya dia berpuasa karena sesungguhnya puasa itu menjadi peredam hasrat seksual baginya” (Al hadits). Itu salah satunya saja, amalan sunah yang lain seperti dhuha, qiyamul lail, qiroatul qur’an, sedekah dan lain-lain. Bisa jadi amalan sunah itu bisa mendatangkan ‘miracle’ Allah pada kita.
4. Kelilingi dengan pagar pergaulan yang syar’i.
Cinta itu naluriah, dia bisa muncul kalau terus distimulus (di iming-iming). Boleh aja kamu berstatus jomblo, tapi gaul dengan lawan jenis musti dijaga dong, itu namanya memancing kesempatan dalam kesempitan. Nggak usah tergoda juga untuk ikutan acara-acara tivi yang menyatakan cinta ke lawan jenisnya yang akhirnya pacaran, nggak serius untuk married. Ada pepatah kunio bilang, witing tresno jalaran soko kulino (orang suka karena keseringan), makanya jangan sering-sering ngobrol dengan lawan jenis, baik sms, chating atau yang sejenisnya, itu bisa memancing naluri, hati-hati aja.
5. Lengkapi dengan jendela-jendela doa.
Banyakin berdoa pada Allah supaya dijauhkan dari perbuatan maksiat. Selain juga minta pada-Nya agar suatu saat dijodohkan dengan orang yang baik agamanya dan dunianya. Perjodohan adalah rahasia Allah. Nggak ada seorang pun yang tahu kapan dan dengan siapa kita akan berjodoh. Bisa jadi kita yang kaya, tampan, ternyata berjodoh dengan yang bisa-biasa aja. Atau yang shalihah plus baik, ternyata harus berjodoh dengan lelaki yang luar biasa jahatnya. Cinta dan perjodohan nggak kenal status dan identitas fisik. Bukan karena cantik maka para ikhwan menyukainya. Juga bukan karena seorang pengemban dakwah lalu setiap orang mendambakannya. Doa yang senantiasa kita panjatkan, bisa jadi memang nggak dikabulkan oleh-Nya, karena memang doa nggak bisa mengubah takdir.
6. Sempurnakan dengan ikhtiar dan tawakal.
Walaupun kita jomblo kita tetap berusaha ikhtiar mencari pasangan hidup kita. Bagi yang cewek, kalau ada temen, saudara atau tetangga, yang nawarin seorang ikhwan, ya cobalah dilihat dulu curriculum vitae-nya, kalau ternyata cocok, bisa diteruskan, kalau nggak cocok, bilang aja terus terang. Buat yang cowok pun bisa juga kayak gitu. Yakin aja ama keputusan Allah. Sambil berusaha terus tentunya. Kalau emang sudah ngebet pengen nikah, tapi masih mentok dengan calon pendamping, jangan putus asa.
Sobat, begitulah harusnya kita menyikapi menjadi seorang lajang dengan membangun benteng yang kokoh. Allah masih sayang pada kita dengan masih menjadikan kita lajang hingga usia matang. Cobalah untuk mencari keuntungan yang kita dapat dengan status lajang kita.
Seorang yang masih lajang akan lebih mudah bergerak dan beraktivitas karena ia belum dibebani tugas-tugas kerumahtanggaan. Bukan berarti ketika berumahtangga tugas kerumahtanggaan menjadi beban berat kita. Tapi setidaknya waktu luang kita sebagai lajang, lebih banyak dibanding dengan yang sudah tidak lajang.
Seorang yang masih lajang juga akan bisa lebih banyak berbakti kepada masyarakat dengan modal waktu, peluang dan kemampuan yang ia miliki. Berapa banyak selama ini aktivitas sosial masyarakat yang mandeg karena ditinggal pengasuhnya menikah? Bukan berarti kalau sudah menikah, nggak boleh beraktivitas sosial. Tapi, kesempatanlah yang kita harus bisa pandai mengaturnya, ketika sudah married dibanding yang masih lajang.
Begitulah tidak ada lagi rasa resah dan gelisah menjadi lajang, jika kita menyikapinya dengan positif. Sahabatku, slogan “I’m single, I’m happy” hanya akan jadi lips service, kalau ternyata pada kenyataannya, kita masih aja bingung dengan kesendirian kita, apalagi sampai memilih melakukan pelanggaran hukum syariat ketika masih lajang.
Posting Komentar