Membaca Salah Satu Cakrawala Ide

"Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan." (TQS. Al Alaq: 1) Kata iqra’ merupakan bentuk kata perintah. Yaitu perintah untuk membaca.

 



"Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan." (TQS. Al Alaq: 1) Kata iqra’ merupakan bentuk kata perintah.  Yaitu perintah untuk membaca. Selain itu juga untuk memotivasi kita untuk belajar membaca dan mengajarkan membaca. Perintah ini tak sekedar perintah jika Allah telah memerintahkan, tapi perintah tersebut adalah kewajiban. Jadi, sudah barang tentu banyak hikmah yang bisa kita ambil.

 

Membaca, terutama membaca Al-Qur'an adalah kewajiban bagi setiap muslim, tetapi tidak hanya membaca sekedar membaca saja. Membaca dengan memahami, kemudian mengamalkan setelah itu menyampaikannya. Ini juga berlaku bagi penulis karena kata pepatah “buku adalah gudang ilmu.” Sebuah nasehat yang sering kita dengar. Dengan membaca kita akan menemukan lebih banyak inspirasi, ide-ide, motivasi dan berbagai khasanah ilmu pengetahuan. Jadi bagi seorang penulis, membaca sebagai sarana untuk mendapatkan ide, menuangkan inspirasi, memotivasi dan menularkan ilmu.

Dengan banyak membaca seorang penulis akan menjadi lebih ahli dalam bidang yang ditulis dan menemukan inspirasi-inspirasi baru untuk berkarya dalam sebuah tulisan. 


Membaca adalah suatu keharusan, karena membaca itu adalah kuncinya bisa nulis. Bagi pemula menulis itu gampang-gampang susah. Walaupun sebenarnya hanya dengan mengayunkan pena di atas kertas dan tulis, tapi tanpa banyak-banyak membaca itu mustahil terlaksana. 


Setelah membaca,  menulis perlu pengamatan yang mendalam tentang keadaan sekitar, bisa dengan jalan-jalan, berdiskusi, mendengarkan curhat orang lain. Itu semua bisa menambah kepekaan panca indera. Dari penciuman, pendengaran, penglihatan, perabaan,  perasaan dan yang terakhir adalah naluri intuitif hal yang tidak bisa dilihat tetapi bisa memprediksi titik jalan ke depan. 


Aktivitas menulis membuat semua organ otak kita berjalan dengan maksimal seperti olahraga. Selain tubuh yang membutuhkan olahraga, hati butuh ibadah, otak juga butuh olahraga. Dan olahraga otak yang paling efektif adalah menulis, karena dengan menulis bisa merawat energi –energi positif.


Saat akan menulis berbagai ide dan gagasan seperti simpang siur dalam pikiran. Ide dan gagasan tersebut harus disusun secara sistematis agar dapat dipahami dan dimengerti orang lain dengan baik. 


Proses penyusunan ide agar tulisan dapat dengan mudah dipahami akan membawa kita kepada pengenalan terhadap ide-ide orang lain dan melahirkan pendapat atas ide-ide tersebut. 


Karena itu membaca dan terus belajar adalah cara yang tepat untuk menyusun argumentasi untuk menopang ide agar mudah dipahami secara rasional. Hal tersebut berarti membuat kita terbiasa berpikir sistematis dan seksama, karena apabila sudah terbiasa melakukannya kemampuan berpikir kita semakin tajam. 


Luar biasanya Islam menganggap menulis sebagai kemampuan yang paling bermanfaat sampai-sampai Ikrimah berkata: Tahanan perang Badar mencapai empat ribu orang, setiap tawanan dapat menebus dirinya dengan mengajarkan menulis, karena kemampuan menulis sangat penting dan sangat bermanfaat.


Allah juga berfiman di QS Al Alaq (3-4) “Wahai Muhammad bacalah Al-Qur’an, Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Mulia, Tuhan yang mengajari menulis dengan pena. Kemampuan menulis dianggap sebagai nikmat-Nya yang paling agung. Karena menulis memfungsikan otak untuk kerja maksimal yang dimulai dari proses berfikir seseorang. Pemikiran itu tertuang dalam bentuk tulisan, yaitu tulisan yang tidak hanya sekedar tulisan, tapi hasil berfikir cemerlang yang berasal dari seseorang. 


Maka dari itu, menulis dibutuhkan referensi-referensi, fakta-fakta yang tepat untuk menjadi sumber menulis yang valid. Jika metode ini dijalankan akan menghasilkan tulisan dengan pemikiran yang cemerlang.

Posting Komentar