Ketika Cinta di Atas Cinta

Apakah ada perasaan yang lebih hebat daripada jatuh cinta? Bagi banyak orang, tak ada yang setara dengan kenikmatan menjalin cinta.

 

Ketika Cinta di Atas Cinta

Apakah ada perasaan yang lebih hebat daripada jatuh cinta? Bagi banyak orang, tak ada yang setara dengan kenikmatan menjalin cinta. Saat berjumpa dengan orang yang kita cintai, darah berdesir lebih cepat, jantung pun berdetak lebih cepat, nafas kadang tersengal, berbicara pun bisa menjadi kelu. Inilah kedahsyatan cinta. 

Adanya alamiah. Begitulah cinta. Islam juga mengakuinya. Kalo pria emang pasangan wanita. Itulah sunatullah yang berlaku bagi semua makhluk ciptaan-Nya. Wanita punya daya pikat bagi pria, juga sebaliknya. Dengan cinta Allah ikat erat keduanya.

Bagi yang tengah diterpa asmara semuanya adalah matahari di pagi hari. Cerah dan indah. Tak ada cacat cela pada orang yang dicintai. Orang sering mengatakan cinta itu buta. Cinta mengubah pandangan, pendengaran, penglihatan dan tutur kata.

Bagi yang dirundung cinta, jarak jauh bisa terasa dekat, tapi dekat juga bisa terasa jauh. Saat seorang pecinta menatap gambar kekasihnya, mendengar suaranya atau membaca curahan isi hatinya, jarak sudah tak menjadi soal meski ribuan mil jauhnya. Tapi meski berdekatan namun tak bisa berhubungan, jarak jadi terasa jauh dan waktu seolah berjalan lamban.

Nggak salah kalo sebagian ulama menyebutkan cinta (mahabbah) sebagai sesuatu yang meluap. Ibnu Qayyim menuliskan kalo sebagian alim menjelaskan kata al-mahabbah berasal dari al-habbath, air yang meluap karena hujan lebat. Jadi, istilah al-mahabbah dapat diartikan luapan rasa dan  gejolak saat dirundung keinginan bertemu denga sang kekasih.

Saat memandang kekasih, semua terasa indah. Jangankan yang elok, yang buruk pun jadi terasa indah. Diceritakan dalam kitab Raudah-nya Ibnu Qayyim Al Jauzy, ketika ‘Azzah seorang wanita Arab, datang menemui Al-Hajjaj berkata padanya, “ Wahai Azzah, demi Allah, dirimu tidak seperti yang digambarkan oleh Kutsair (kekasih ‘Azzah).” Wanita itu menjawab, “Wahai Amir, sesungguhnya Kutsair tidak memandaingiku dengan pandangan yang kau gunakan untuk memandangku.”

Begitu dahsyatnya magnet orang yang dicinta, sampai-sampai tak ada kata rela untuk berpisah. Salah satu orang yang demikian dibutakan oleh cinta adalah Yazid bin Abdul Malik bin Marwan. Khalifah Bani Umayyah ini memiliki dua budak wanita yang amat dicintainya, Habbabah dan Salamah. Keduanya dibeli dengan harga seratus ribu dirham, Salamah dengan harga sepuluh ribu dirham.

Ia sering menyepi bersama keduanya hingga dua atau tiga bulan untuk memadu kasih dan bercinta. Meski untuk itu ia meninggalkan urusan kekhalifahan dan umat. Namun, tak ada seorang pun pejabat, sahabat atau saudara yang berani menegurnya. Hanya maslamah yang berani menegurnya dengan keras. Namun yazid tak bergeming.

Takdir Allah berbicara, Habbabah meninggal, ia tersedak buah delima. Yazid pun amat berduka. Meski telah mati, tapi Yazid menolak menguburkannya. Selama tiga hari ia menunggui jenazah Habbabah, sampai jasadnya menebarkan bau busuk dan mengering.

Beberapa anggota keluarganya menegurnya, “Takutlah pada Allah akan dirimu wahai Amirul Mukminin. Kuburlah gadis ini. Ia sudah menjadi mayat. Dengan menguburnya berarti kita telah memuliakannya.” Akhirnya Yazid mengizinkan penguburan gadis itu.

Lima hari setelah pemakaman Habbabah, kerinduan Yazid datang. Ia pun memerintahkan orang-orang untuk membongkar kuburannya. Ia membuka kain penutup wajahnya yang sudah berubah bentuk. Lenyaplah kecantikan wajahnya yang amat molek. Namun Yazid malah memeluknya erat-erat. Orang-orang pun mencaci maki dia.

Tapi Yazid malah berkata, “ belum pernah aku melihat dia secantik hari ini.” Maslamah datang menegurnya, “Demi Allah, seandainya orang-orang Syam mengetahui perbuatannmu, pasti mereka mengatakan, otaknya sudah tidak waras dan mereka akan merasa jijik dengan perbuatannmu, dan mereka melaknatmu. Maka lakukannlah keinginanmu!”

Maka Yazid memerintahkan agar jasadnya dikubur kembali. Semenjak itu, yazid terbaring sakit di ranjangnya. Tidak sampai tujuh hari ia meninggal dan dimakamkan di samping pusara Habbabah.

Sekarang ini juga banyak ‘Yazid-Yazid’ dan ‘Habbabah-Habbabah’ millennium. Sudah berapa kali kita baca orang yang sakit berhari-hari, bahkan mati karena cintanya kandas. Ada juga yang nekat bunuh diri atau malah membunuh orang yang dikasihinya, karena cintanya bertepuk sebelah tangan. Jadi, jangan main-main dengan cinta, bisa fatal akibatnya.

Sobat, cinta emang harus dikendalikan agar berbuah keberkahan. Hanya cinta pada Allah dan Rasul-Nya yang pantas disimpan diatas segalanya, dan mengalahkan segalanya. Sedangkan cinta pada makhluk-Nya, apapun dan siapapun, haruslah cinta yang terkendali dengan aturan Allah. Dalam surat at-Taubah ayat 24, Allah berfirman yang artinya:

“Katakanlah: “Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (TQS. At-Taubah: 24)

Jadi, cinta kepada selain keduanya, harus ditata dengan aturan yang benar. Melanggarnya hanya akan menimbulkan kerugian bagi diri sendiri dan menodai cinta.


Posting Komentar