Kemuliaan Islam dengan syariatnya salah satunya, ditunjukkan dengan pola hubungan yang unik antara dua insan manusia yang mengikatkan diri sebagai suami istri dalam berumah tangga. Interaksi unik tergambar pada kedudukan suami bagi istri dan istri bagi suami.
Allah telah menciptakan seorang istri sebagai sahabat kita, para suami. Karena masing-masing menjadi sahabat bagi yang lainnya secara utuh dan sempurna dalam sebuah aspek kehidupan, maka pola interaksi dan pergaulan diantara mereka berdua pun senantiasa penuh diliputi oleh rasa persahabatan.
“Siapa yang dikehendaki oleh Allah mendapat kebaikan, maka ia Allah) memberinya sahabat yang baik” (Muktasar Ihya Ulumudin)
Sahabat lebih dari sekedar teman. Kalau kita sedang dalam keadaan bahagia, banyak orang yang menjadi teman kita, tapi dikala susah banyak orang juga yang tadinya teman, toh akhirnya malah meninggalkan kita. Sahabat adalah teman dikala suka maupun disaat kita mendapat celaka.
Seorang sahabat justru akan muncul ketika kita dalam keadaan duka, dengan keikhlasannya dia akan memberi support, memberi problem solving terhadap masalah yang kita hadapi.
Istri adalah sahabat sejati bagi suami. Dia ada dengan kesiapannya untuk berkorban tanpa berharap akan balasan yang akan diterimanya kelak.
Bagaimana tidak? Disaat istri menunaikan kewajibannya memasak, mencuci, mengurus suami dan anak, serta kewajiban lainnya yang ketika suami tidak ada di rumah, dia mengurus dan mengurusi isi rumah tangga tanpa berpikir apakah dilihat suaminya atau tidak.
Istri menjalankan kewajibannya dengan penuh keikhlasan semata-mata muntuk menunaikan kewajiban dari Allah swt. Sebab dia yakin baik dilihat atau tidak oleh suaminya, pekerjaan yang dia lakukan akan tetap bernilai pahala, jika semuanya dikerjakan atas dasar ibadah kepada Allah Swt.
Sebab dia akan payah sendiri kalau mempermasalahkan setiap pekerjaan yang ia lakukan berharap dilihat oleh suaminya, justru tidak akan bernilai pahala dan tidak bisa disebut ibadah. Disitulah kita bisa melihat syariat Islam telah memuliakan kedudukan seorang istri bagi suaminya dalam berumah tangga.
Persahabatan seorang istri adalah persahabatan yang bisa membuat suaminya merasa tenteram dan tenang terhadap dirinya dan keluarganya. Karena memang Allah menciptakan seorang istri itu sebagai tempat lahirnya ketenteraman dan ketenangan bagi kehidupan suami. Allah Swt berfirman:
“Dialah yang menciptakan kalian dari satu orang, kemudian darinya Dia menciptakan istrinya, agar menjadi cocok dan tenteram kepadanya” (TQS. Al-A’raf [7]: 189)
Berarti maksud ayat ini adalah diciptakan-Nya istri-istri itu agar seorang suami menjadi tenteram dan tenang terhadap istrinya. Masing-masing tertarik kepada lainnya dan tidak berpaling. Pada dasarnya, itulah esensi pernikahan, yakni diperolehnya ketenteraman, ketenangan dan kedamaian.
Bagaimana hati tidak tenang kalau selalu ada orang ysng care dengan cintanya terhadap kita. Sebagai sahabat, istri akan hadir meluruskan dikala kita melakukan kesalahan dalam melangkah. Jika suami menyimpang dari syariat, seorang istri yang baik justru tidak akan datang dengan cinta kasihnya mengamini perbuatan suaminya.
Kata Ali r.a: “Seorang sahabat adalah orang yang selalu membuat kita benar, bukan yang selalu membenarkan kita.”
Konsekuensi persahabatan adalah masing-masing harus mau dikoreksi dan mengoreksi. Nasehat istri bagi suami ibarat air penyejuk dikala dahaga, ibarat cahaya penerang dalam gulita. Semuanya penuh hikmah dan manfaat yang mendalam bagi sang suami dan juga bagi perjalanan kehidupan rumah tangganya.
Begitulah kemuliaan istri sebagai sahabat sejati suami. Maka, bagi para suami balasan apa yang pantas kita berikan bagi sahabat sejati kita itu? Tidak lain adalah sikap serupa, yakni kita akan berusaha menjadi sahabat sejati bagi istri kita dengan menjadi suami yang sholih bagi istri kita.
Atau kalau kita belum mendapatkan sahabat sejati di rumah tangga kita, maka ingatlah, yang salah itu bukan syariat Islamnya, melainkan kita yang kurang piawai memanfaatkan syariat untuk menciptakan wasilah (cara) agar menjadi rumah tangga yang penuh cinta dan kasih sayang. Atau dengan kata lain, kita tidak bisa menciptakan suasana persahabatan dengan istri kita.
Kalau itu yang terjadi, akhirnya jangan buru-buru menyalahkan istri kita, karena tidak bisa menjadi sahabat sejati kita. Bisa jadi sebagai suami, kita kadang posesif. Ingin istri kita baik terhadap kita, padahal kita tidak pernah berlaku baik kepada dia. Ingat, karena kebahagiaan atau kedukaan bagi diri kita adalah kita sendiri yang bisa menciptakan, bukan orang lain. Dan kelak kita sendiri yang akan mempertanggungjawabkan perbuatan kita tadi. Sebagaimana firman Allah Swt:
“Tidakkah suatu jiwa menanggung dosa orang lain” (TQS. Al-An’am [6]: 164)
“Setiap orang bertanggung jawab terhadap apa-apa yang dia kerjakan” (TQS. Ath-Thur [52]: 21)
Nah, jika itu keadaannya tidaklah perlu kita menyandarkan perbuatan baik kita terhadap amal istri kita yang belum baik terhadap kita. Maka, untuk mendapatkan istri sebagai sahabat sejati bagi kita, maka jadilah dulu sahabat sejati bagi istri kita.
Posting Komentar