Hidup Itu Seperti Secangkir Kopi!

 


Tak peduli seberapa besar kesalahanku, harapan itu masih tetap ada. 

Tetap yakin dan optimis saja.

Aku tak tahu kapan akhirnya yang penting adalah berjalan sesuai dengan tuntunan.

Bagaimanapun cara Allah mengingatkanku itu tetap menjadi pembelajaran.

Dan selalu kuanggap sebagai sebuah nikmat dan kesempatan,

Menuju jalan perbaikan.

Mungkin bagi orang lain sudah biasa aku lakukan, tapi sungguh tak ada unsur kesengajaan.

Mana mungkin ada orang yang ingin membiarkan dirinya pada kenistaan.

Tak peduli orang anggap sebagai ketakutan,

Tak peduli orang anggap sebagai kebiasaan,

Tak peduli orang anggap sebagai kereaktifan,

Tapi sungguh tak ada unsur kesengajaan,

Apapun yang ku terima tidak pernah kuanggap sebagai keburukan.

Hanya ingin merenungi setiap dari kesalahan.

Karena tetap menjadi sebuah hadiah yang berharga yaitu pembelajaran.

Ini bukan curhatan tapi peringatan bagi diri ini yang sering kecewakan orang.

Setiap kali bicara kebaikan tapi kadang tak mampu untuk lakukan.

Setiap kali menasehati orang padahal tak mampu menjadi penasehat diri sendiri. Setiap kali bicara sebuah kekuatan, tapi sebenarnya tak punya kekuatan.

Suatu keadaan dimana semakin berpikir sempit dan semakin banyak ku berada dilingkupnya aku akan terus jatuh kebawah dan tak mampu kembali keatas lagi.

Hidup ini terlalu berarti mana mungkin aku berhenti disini walaupun sesingkat apapun aku merasakannya aku akan merengkuhnya sepenuh hati, jika aku telah tak mampu berarti waktunya istirahat dan pulang.

Mana mungkin akan pergi jika sebuah pengorbanan dan penderitaan adalah cinta-Nya?

Terlalu sempit jika diri ini hanya berpikir untuk diri ini sendiri, karena sekelilingku selalu ada orang yang berarti, siapapun dia, baik orang yang bersamaku, orang yang  dekat denganku, ataupun oarang yang jauh dariku. Orang yang menyayangiku, orang yang biasa terhadapku, ataupun orang yang benci terhadapku, itu semua adalah orang-orang yang berarti, semua menjadi pembelajaran bagiku.

Meniti langkah hidup ini tak semudah membalikkan telapak tangan. Jalannya sempit, terjal , licin yang bisa membuat kita terjatuh dan sakit. Inilah perjuangan yang tidak akan berhenti sampai akhir tujuan.

Apa perjuangan ini begitu mudah? Tidak!,  karena ketika kita sedih, kecewa, bahkan ketika kita sakit kita akan merasakan  begitu sakit. Inilah bumbu-bumbunya kehidupan yang akan selalu hadir dalam setiap jengkal hidup kita.

Yang akan menyadarkan ketika kita salah,

Yang akan mengingatkan begitu perihnya kehidupan,

Dan yang akan menjadi pemandu kita berada  pada tangga kehidupan.

 Sebelum kita masuk pada tangga berikutnya yaitu kematian. Dan tangga ini tidak akan berhenti sebelum melalui masa penantian, masa dimana tangga menuju akhir dari perjuangan yaitu tangga surgaNya. Mari berjuang untuk menuju tangga yang kita inginkan.  Sesulit apapun jalannya itu adalah jalannya dan akan tetap kita lalui hingga akhirnya kita menyerah dengan kata “aku bisa”. 

Memang seperti secangkir kopi komposisi kenikmatan terbaik terbentuk terdiri dari gabungan rasa pahit dan manis yang pas. Tugas kita hanyalah berusaha sisanya serahkan pada Allah.


Posting Komentar