Dulu ketika masih kuliah, dan setelah selesai kuliah bingung cari jodoh, dan bagaimana agar jodoh kita datang berbagai upaya, impian yang kita tuliskan, yang kita rencanakan demi terpenuhi sebuah harapan. Sebuah harapan yang akan kita bawa sampai ke akhirat.
Wanita adalah manusia yang rawan ketika usia telah pantas untuk menikah, dimana mana selalu terpikirkan kapan aku menikah, kapan aku datang jodohnya. Teman-teman seperiode telah mempunyai pasangan dan bahkan telah mempunyai anak.
Ketika melihat teman-teman kita yang telah menggendong anak , rasanya ingin sekali seperti mereka, telah terpikir kapan aku menikah. Lagi dan lagi menambah beban di kepala.
Ya, Itulah yang terjadi ketika belum menemukan jodoh, suatu hari kita mengajukan bahwa kita sudah siap menikah dengan desakan dan kondisi yang terjepit bahwa siap karena untuk menolak tawaran orang tua untuk menikah dari pilihan orang tua. Sebagai aktivis memang tak gampang memilih seorang suami, harus mempertimbangkan siapa orangnya, siapa yang akan mendampingi kita, dan rencana apa yang akan dilakukan setelah menikah.
Menikah tidak sembarangan, ketika dalam keluarga hanya berdasarkan suka sama suka karena fisik dan persamaan hoby, itu tidak cukup, karena suatu saat akan merasa bosan dengan perubahan fisik dan juga kesukaan, kesukaan akan berubah ketika umur atau keadaan fisik berubah. Dan ketika terjadi perubahan tersebut, orang tidak sama lagi kesukaan dan fisiknya, keadaan ini menjadi rentan untuk menyatukan persepsi, maka dari itu, perlunya sebuah ikatan yang bisa mengikat kita dan tidak akan berubah dengan perubahan waktu tempat dan juga materi. Sebuah ikatan yang akan mengikat kita erat untuk mencari ridho-Nya, yaitu ikatan akidah.
Dalam membina rumah tangga kita harus samakan persepsi, samakan visi, dan misi dan juga perkuat akidah kita, agar tidak mudah goyah dalam mengambil keputusan. Tak sedikit orang yang menikah tanpa ikatan yang kuat akhirnya pisah ditengah jalan. Maka dari itu jangan pernah main-main dengan menikah.
Menikah itu tidak mudah karena memang selain persiapan secara fisik, materi, juga jiwa kita, tak ada yang terjadi dengan baik jika kita tidak mempersiapkan dengan matang. Ketika persiapan sudah matang, dan ada orang yang sepemikiran dan seperasaan dan seperjuangan kita perlu berfikir lagi.
Mungkin jika yang datang itu adalah orang yang kita impikan kita mungkin langsung bisa bilang iya, tetapi jika yang datang itu belum tentu sesuai dengan harapan kita, kita akan bingung lagi, seorang pengemban dakwah orientasi hidupnya adalah ridho Allah. Itu adalah cita-cita tertinggi dalam beramal. Memang setiap manusia itu memiliki keinginan, namun ternyata belum tentu sesuai keinginan, apapun yang terjadi kita harus yakin Allah memberikan apa yang kita butuhkan.
Jika orientasi kita sudah benar tinggal kita menentukan pilihan, mana yang lebih baik , mana yang lebih tahan dan mana yang lebih kuat dengan apa yang terjadi pada kita dan dengan kondisi kita. Menikah itu tidak hanya antara aku dan kau, tapi untuk membangun silaturahmi yang mengikat dua keluarga dan mempersatukannya dengan menjadi saudara dan mahram, jadi kita harus bener-bener ngerti apa tujuannya.
Jika saat ini ada 2 orang pemuda misalnya dalam hidup kita yang memang masanya sudah siap nikah, 2 pemuda yang sudah siap untuk membina keluarga, dimana 2 pemuda tersebut adalah pemuda yang sama-sama baik agamanya, sama-sama dalam memperjuangkan agama Allah .
Diantara pemuda tadi ada perbedaan secara fisik jelas, umur, kondisi keluarga, pendidikan, tetapi itu semua kita kesampingkan cobalah kita melihat dari perjuangan dua orang tadi siapa yang pantas mendampingi kita.
Saat ini yang terjadi memang sulit menentukan pilihan ini masalah hati, seseorang jika diantara 2 orang tadi ada salah satu yang mundur itu tinggal memilih satunya, jika dua orang tadi maju semua, itu benar-benar sulit.
Allah akan menentukan mana yang terbaik dan akan memberikan jawaban apa yang menjadi kegundahan hati, jalan satu-satunya adalah memohon kepada Allah, karena pemutus perkara dan hakim terbaik itu hanya Allah yang maha adil, dekatkanlah diri kita kepada Allah agar kita menjadi hamba yang benar-benar hati-hati.
Posting Komentar